jurnalbogor.com – Kurang dari lima menit berjalan kaki dari jembatan Gadog ke arah Jalan Raya Pasir Angin-Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor, berdiri eksis sebuah usaha kecil mikro, pangkas rambut asli Garut (Asgar).
Memanfaatkan kios dengan luas sekitar 2×5 meter, Egy Jhon (28), pria keturunan Garut yang besar di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, memangkas tiap helai rambut kepala pelanggan di balik kaca bertuliskan Pangkas Rambut Egy Jhon.
Bermodal seadanya, sisir, gunting, dan clipper atau mesin cukur, Egy Jhon menerima Rp 15.000 dari pelanggannya. Dalam bilik kios sederhana bercat putih, kala itu, hanya ada satu pengunjung yang menunggu dipermak mahkota kepalanya, berdialog sedikit tentang model rambut, namun sama sekali tidak mengacu pada salah satu model dalam poster di dinding kios.
Egy Jhon usaha sebagai tukang cukur belajar secara mandiri atau otodidak. Pria jebolan D3 BSI jurusan Manajemen Informatika ini mengaku jadi tukang cukur kurang lebih 12 tahun dari 2013 hingga sekarang.
“Otodidak, karena kan dari teman-teman kebanyakan profesinya sama. Jadi lingkungan sih, lingkungan saya sendiri,” kata Egy Jhon saat dijumpai Jurnal Bogor di kiosnya, Senin (24/2/2025).
Harga dari jasa yang ditawarkannya pun cukup terjangkau, untuk kategori dewasa pelanggan dikenakan Rp 15.000, dan anak-anak Rp 10.000. Dalam sehari, Egy Jhon bisa mencukur 20 orang dengan penghasilan Rp.300.000/hari.
Untuk menangani pelanggan anak, Egy Jhon biasa menggunakan pijakan tambahan pada kursi. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan sang pelanggan. Sementara perawatan alat, biasanya yang ia lakukan sebatas membersihkan alat cukur paling lama satu bulan sekali.
“Paling yang sering kita beli bedak, kayak gituan doang. Kalau untuk kayak clipper (mesin cukur), dia awet sih,” terangnya.
Kendati bersaing dengan berbagai usaha pangkas rambut modern, Egy Jhon mengaku tak khawatir tersaingi. Selain karena bertarif murah, pangkas rambut miliknya juga menjajakan model rambut sesuai dengan tren masa kini.
(Wawan Hermawanto)
