jurnalbogor.com – Pada Sabtu, 12 Juli 2025, puluhan pelajar, relawan, dan komunitas lingkungan berkumpul di Saung Alkesa, Bogor, untuk menyusuri aliran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Aksi Susur dan Resik Sungai.
Aksi ini merupakan bagian dari Green Initiative Project yang diinisiasi oleh Gerakan Turun Tangan sebagai upaya merawat kepedulian dan menumbuhkan keterlibatan langsung terhadap isu lingkungan melalui aksi nyata di lapangan.

Sejak pukul 08.00 WIB, para peserta mulai berjalan menyusuri bantaran sungai dengan membawa karung dan alat pembersih. Mereka memungut sampah yang tersangkut di semak, menarik plastik dari lumpur. Upaya ini untuk menata ulang hubungan manusia dengan sungai yang lama terabaikan. Langkah-langkah kecil itu menjadi bentuk nyata dari kepedulian yang tumbuh di antara arus.
Koordinator Program Green Initiative yakni Alfitra Mappunna menyampaikan bahwa aksi ini adalah bagian dari keberanian kolektif untuk kembali hadir bersama alam.
“Sungai ini menyimpan banyak cerita. Kami datang untuk mendengarkan kembali, dengan tangan terbuka dan langkah yang jujur.”
Ketika menyusuri sungai, para relawan berdiskusi langsung dengan Pakde Parno, aktivis lingkungan yang selama bertahun-tahun mendampingi warga sekitar Ciliwung.
Dalam sesi ini, Pakde Parno berbagi cara sederhana yang bisa dilakukan siapa saja untuk mencintai lingkungan. Ia mengajak peserta memulai dari hal kecil di rumah, membuat ecobrick dari sampah plastik, memisahkan sampah organik dan anorganik, serta mengajak masyarakat di sekitar Ciliwung untuk saling mengingatkan agar tidak membuang sampah ke sungai.
“Kalau kamu belum bisa turun ke sungai, mulailah dari rumah. Dari botol plastik yang kamu simpan, dari sisa makanan yang kamu pisahkan. Kecil memang, tapi kalau dilakukan bersama, hasilnya besar,” ungkap Pakde Parno dengan tenang namun penuh keyakinan.
Sebanyak kurang lebih 100 peserta terlibat dalam aksi ini, menyusuri aliran sungai dari titik awal di Saung Alkesa hingga Delta 15. Jalur sepanjang 1 kilometer itu dilalui dengan penuh semangat, sambil memungut sampah-sampah yang mengendap di antara bebatuan, menyangkut di akar-akar, atau terselip di semak dan tepi arus. Hasilnya, sebanyak 611 kilogram sampah berhasil dikumpulkan oleh para peserta selama kegiatan berlangsung.
Usai aksi, para peserta mengikuti sesi workshop terbuka. Di bawah rindangnya pohon dan suasana yang akrab, mereka berbagi cerita dan pengalaman tentang pentingnya keterlibatan langsung dalam menjaga lingkungan.
Ada yang baru pertama kali menyentuh sungai dari dekat, ada yang datang karena keresahan pribadi terhadap krisis iklim, dan ada pula yang hadir untuk belajar dan membawa pulang semangat yang bisa dibagikan kembali ke lingkungannya masing-masing.
Green Initiative Project adalah komitmen jangka panjang dari Gerakan Turun Tangan dalam membangun ekosistem relawan yang terhubung langsung dengan isu lingkungan. Program ini tidak berhenti pada aksi satu hari, tetapi terus berlanjut lewat pengembangan relawan, edukasi partisipatif, dan kolaborasi akar rumput yang tumbuh dari pengalaman nyata di lapangan.
Kegiatan ini turut diikuti oleh organisasi masyarakat sipil, komunitas pecinta alam, pelajar SMA dan mahasiswa, serta pegiat lingkungan dari berbagai daerah. Bersama, mereka membuktikan bahwa langkah kecil pun bisa membawa perubahan, selama dilakukan dengan kesungguhan dan kebersamaan.
Gerakan Turun Tangan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan bergerak bersama. Terima kasih kepada para penjaga sungai, kepada mereka yang datang dengan rasa ingin tahu dan pulang membawa kesadaran baru.
Pakde Parno mengungkapkan, sungai ini belum selesai bercerita dan kita yang hadir di hari itu adalah bagian dari kisahnya yang sedang ditulis ulang.
(wawanhermawanto)