jurnalbogor.com – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, media sosial telah menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi Z (Gen Z).
Gen Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi teknologi dan konektivitas. Meskipun teknologi menawarkan banyak peluang, media sosial juga membawa berbagai tantangan yang dapat memengaruhi kesehatan mental generasi ini.
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental Gen Z, tantangan yang mereka hadapi, serta solusi yang dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan mental.
- Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Gen Z
Media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan X (sebelumnya Twitter), sering digunakan sebagai sarana untuk berbagi momen hidup, berinteraksi dengan teman, dan mengekspresikan diri. Namun, keberadaan platform-platform ini juga dapat menyebabkan tekanan mental.
Menurut Dr. Ratih Ibrahim, seorang psikolog klinis di Indonesia, salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental adalah budaya comparison, di mana individu cenderung membandingkan hidup mereka dengan kehidupan orang lain yang terlihat “sempurna” di media sosial. “Budaya ini sering menurunkan harga diri dan meningkatkan perasaan cemas,” ujarnya.
- Budaya Hustle dan Overachievement
Selain itu, Gen Z tumbuh dalam budaya yang sangat mendorong produktivitas dan hustle. Media sosial dipenuhi dengan konten tentang kesuksesan, bisnis, dan perkembangan diri yang dapat menimbulkan tekanan untuk selalu tampil produktif.
Dr. Yulius Putera, psikiater dan pengamat kesehatan mental, menegaskan bahwa tekanan ini dapat merusak keseimbangan kesehatan mental. “Tekanan untuk selalu terlihat produktif justru dapat membuat banyak individu merasa tidak nyaman dengan proses hidup mereka sendiri,” katanya.
- Cyberbullying dan Penyebaran Informasi yang Tidak Akurat
Sayangnya, media sosial juga menjadi tempat subur bagi cyberbullying. Gen Z yang aktif di dunia maya sering kali menjadi korban atau bahkan pelaku cyberbullying.
Menurut Dr. Inez Kristanti, psikolog klinis, efek dari cyberbullying dapat mengurangi rasa percaya diri dan menyebabkan gangguan kecemasan. “Penting bagi remaja untuk memiliki kesadaran akan konsekuensi dari tindakan mereka di dunia maya,” ujarnya. Selain itu, penyebaran informasi yang tidak akurat di media sosial bisa membingungkan dan membahayakan kesehatan mental, terutama saat membahas isu-isu sensitif.
- Fenomena Digital Detox sebagai Upaya Kesehatan Mental
Mengetahui dampak negatif dari media sosial, banyak anggota Gen Z mulai melakukan digital detox, yaitu menghentikan sementara penggunaan media sosial atau mengurangi waktu pemakaian.
Dr. Andri, seorang psikiater, menyarankan agar remaja dapat mengambil waktu untuk beristirahat dari media sosial demi kesehatan mental mereka.
“Digital detox dapat membantu individu kembali terhubung dengan kehidupan nyata dan mengurangi tekanan sosial yang dihasilkan dari ekspektasi tidak realistis,” jelasnya.
- Tips Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital
Dalam menghadapi tantangan ini, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh Gen Z untuk menjaga kesehatan mental mereka:
- Tetapkan Batas Waktu Online: Atur durasi penggunaan media sosial setiap harinya. Manfaatkan fitur screen time di ponsel untuk mengontrol waktu.
- Sadari Bahwa Media Sosial Tidak Sepenuhnya Nyata: Ingat bahwa apa yang dilihat di media sosial hanyalah satu sisi dari kehidupan seseorang. Hindari perbandingan yang tidak sehat dengan kehidupan orang lain.
- Cari Dukungan: Jika merasakan tekanan berlebihan, penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional. Terapi psikologi dapat membantu mengelola stres dan kecemasan.
- Ikuti Konten Positif: Pilih untuk mengikuti akun-akun yang memberi inspirasi dan konten yang positif, daripada yang menimbulkan kecemasan atau ketidakpuasan diri.
- Peran Pendidikan dan Kesadaran tentang Kesehatan Mental
Pendidikan tentang kesehatan mental juga sangat penting bagi Gen Z. Hal ini dapat dimulai dari sekolah, kampus, hingga komunitas online, yang mengajarkan pentingnya kesehatan mental dan cara menjaga keseimbangan hidup.
Dr. Melissa Hunt, seorang psikolog dari University of Pennsylvania, menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mental yang baik dapat membantu remaja mengenali tanda-tanda gangguan mental dan mengedukasi mereka untuk mencari bantuan ketika diperlukan.
Dengan demikian, Gen Z menghadapi tantangan yang kompleks dalam menjaga kesehatan mental di era media sosial. Meskipun era digital memberikan banyak manfaat, penting bagi generasi ini untuk bijak dalam menggunakan media sosial.
Menjaga keseimbangan dan memiliki kontrol terhadap diri sendiri adalah kunci untuk tetap sehat secara mental dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia maya. Dengan pendekatan yang tepat, Gen Z dapat menikmati manfaat dari media sosial tanpa harus mengorbankan kesejahteraan mental mereka.
Penulis: Firlia Amara Nurbaiti