jurnalbogor.com – Perekonomian Jepang yang masuk ke jurang resesi dinilai akan memberikan keuntungan terhadap perekonomian Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, dari sisi perdagangan, perlambatan ekonomi Jepang akan memukul perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat Jepang merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia.
Kendati begitu, Airlangga melihat, perekonomian Indonesia berpotensi mendapat keuntungan dari sisi penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi.
Menurutnya, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan utama yang akan menjadi incaran para investor Jepang untuk berinvetasi. Dengan begitu, Indonesia juga berpotensi menerima aliran investasi dari Negeri Sakura tersebut.
“Mereka akan melihat yang salah satu region yang masih bisa tumbuh adalah ASEAN. Jadi justru dengen resesi disana, saya berharap investasi dari sana akan semakin mengalir,” ujar Airlangga.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, resesi di Jepang dan Inggris bisa menurunkan permintaan barang dari Indonesia ke kedua negara tersebut. Begitu juga dengan investasi perusahaan Jepang dan Inggris yang tampaknya akan berkurang.
“Geliat ekonomi yang lesu di Jepang akan membuat daya dorong investasi perusahaan menurun,” ujar Huda kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2/2024).
Dengan begitu, investasi dari perusahaan Jepang dan Inggris akan menurun. Oleh karena itu, investasi yang ada di kedua negara tersebut akan keluar dan mencari tempat investasi baru yang mempunyai cost yang rendah dan kesiapan yang baik.
“Ini harus dilihat juga oleh pemerintah untuk bisa menarik investasi tersebut,” katanya.
Menurut Huda, ada dua langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pertama, membuka pasar ekspor selain negara tradisional seperti China dan Jepang.
“China sendiri diprediksi melambat pertumbuhan ekonomi-nya. Artinya pasar ekspor (meskipun kecil pengaruh ke PDB) bisa tersendat apabila tidak ada pasar ekspor alternatif,” katanya.
Kedua, dengan resesi di Jepang dan kemungkinan perlambatan di negara maju lainnya, Indonesia harus bisa menampung perusahaan yang pindah dari negara-negara tersebut.
“Tapi saingannya adalah Vietnam. Maka kita harus siapkan infrastruktur (secara fisik maupun regulasi) yang bisa menarik investasi tersebut ke Indonesia,” tandasnya.
Senada, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky mendorong pemerintah dalam hal ini Kementerian Investasi/BKPM untuk aktif menarik peluang investasi dari negara-negara tersebut.
“Tidak otomatis investasi masuk ke Indonesia tapi perlu ada langkah aktif dari pemerintah untuk mempromosikan investasi di Indonesia dan mempermudah investor berinvestasi di Indonesia,” terang Riefky.
(DR)