jurnalbogor.com – Terpilihnya Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjadi presiden 2024-2029, rupanya membuat partai berlambang burung garuda itu semakin seksi hingga menjadi bahan rebutan bakal calon kepala daerah.
Diketahui, sedikitnya ada tiga nama yang digadang-gadang akan memperebutkan tiket ‘Hambalang’ untuk bertarung dalam kontestasi Pilkada Kota Bogor 2024.
Ketiganya adalah, asisten pribadi Iriana Jokowi, Sendi Fardiansyah, Wakil Ketua I DPRD Kota Bogor, Jenal Mutaqin, dan orang terdekat Prabowo, Aji Jaya Bintara.
Diketahui, nama Jenal Mutaqin mencuat setelah DPC Gerindra Kota Bogor menggelar pleno, dan sepakat mengusung sang wakil pimpinan DPRD di kontestasi lima tahunan itu.
Sedangkan Sendi Fardiansyah yang merupakan sekretaris pribadi Iriana Jokowi telah bertemu Prabowo Subianto untuk membahas tiket pilkada serta mengklaim telah mendapat restu Presiden Jokowi.
Sementara Aji Jaya Bintara mempunyai track record yang cukup menterang. Ia merupakan Ketua Umum Nusantara Open dan Liga Bola Rakyat (Libra) Piala Prabowo Subianto dan sempat aktif sebagai pengurus sayap Partai Gerindra, DPP Persatuan Tionghoa Indonesia Raya (Petir).
Kini, pria yang akrab disapa Kang Jaya tengah disekolahkan oleh calon presiden (capres) terpilih di Universitas Pertahanan (Unhan) untuk gelar doktoral.
Selain itu, ia pun pernah menjabat sebagai Ketua Tim Intelijen Ekonomi dan Perdagangan Kementerian Perdagangan pada 2011-2014, Ketua Tim Penyusunan Naskah Akademis dan Legal Drafting PP E-Commerce Kementerian Perdagangan dan Asosiasi E-commerce (IDEA) 2011-2013, juga menjadi direktur pada sejumlah perusahaan.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Yusfitriadi menyebut bahwa Partai Gerindra saat ini mempunyai daya tarik yang kuat. Hal itu lantaran Prabowo terpilih menjadi presiden.
“Bukan sesuatu yang aneh, jika pemenang dalam kontestasi akan banyak dilirik oleh berbagai kekuatan. Termasuk partai pengusung utama yang memenangkan Prabowo-Gibran yaitu Partai Gerindra,” ujar Yus kepada wartawan, Sabtu (23/3/2024).
Dengan demikian, Gerindra semakin banyak dilirik dan menjadi sandaran bagi para kadernya untuk meniti karier politik. Sekaligus dilirik untuk menjadi ‘batu loncatan’ politik bagi para petualang politik yang tidak pernah berproses di partai.
“Mendekati momentum elektoral pilkada, sudah bisa dipastikan akan banyak orang untuk berebut tiket rekomendasi Gerindra. Bukan hanya di Kota Bogor tapi juga hampir di seluruh Indonesia,” ucap Yus.
Selain itu, kata dia, hal itu juga dipengaruhi oleh efek Jokowi yang di fase akhir Pemilu 2024 memperjelas keberpihakannya kepada Prabowo.
“Bukti kongkritnya selain memasangkan Prabowo dengan Gibran, juga beberapa partai politik (parpol) yang mengusung disebut-sebut lantaran adanya advise Jokowi,” katanya.
Kemudian, kata Yus, faktor lain yang menyebabkan Gerindra diperebutkan adalah aspek elektabikitas pada Pemilu 2024. Walaupun tidak konsisten dengan tingkat elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusungnya, namun tetap masuk dalam kategori partai politik papan atas.
Sehingga, sambung Yus, kondisi tersebut akan mampu menjadi mahlgnet kuat untuk menarik siapapun yang akan meniti karier politik termasuk melalui pilkada 2024.
“Sangat wajar ketika banyak figur yang berharap diusung oleh Gerindra. Namun, analisis saya ada dua hal yang harus menjadi perhatian bagi figur siapa saja yang berharap tiket Gerindra. Pertama adalah sosok yang bakal menjadi faktor penting agar mampu mendapat perahu,” ucapnya.
Sebab, sambung dia, dalam pilkada selain diusung oleh partai yang memiliki elektabilitas tinggi, faktor sosok atau figur sangat menentukan.
Sehingga walaupun diusung oleh partai politik atau koalisi yang memiliki elektabilitas tinggi. Tetapi, bila figur tidak mendapat tempat di hati masyarakat, maka akan sulit untuk memenangkan pertarungan.
“Tapi semua keputusan akan kembali ke Prabowo sebagai ketua umum Gerindra,” ucapnya.
Saat disinggung siapa yang berpeluang besar meraih tiket ‘Hambalang’. Yus menegaskan bahwa kemungkinan besar Prabowo akan memberikan rekomendasinya kepada kader internal.
“Bila parpol merekomendasikan orang yang tidak pernah berdinamika dan berdialektika di partai, sama dengan menegasikan peran dan fungsi partai sebagai lembaga pengkaderan politik,” jelasnya.
Selain itu, Yus menilai akan muncul persepsi kurang baik jika tiket pilkada jatuh ke eksternal partai.
“Khawatir akan ada anggapan publik, untuk dapat tiket pilkada tidak harus berproses di parpol,” tandasnya.
(FDY)