jurnalbogor.com – Asalamu’alaikum Wr Wb
Bang Mansyur dkk, aktivis ICMI dan HA IPB Riau
Bismillahir Rahmanir Rahiem
Dalam menyambut HUT RI ke-79 thn 2024, kita berkewajiban menebar pengetahuan sejarah kepada anak negeri, pribumi, kaum ulama dan santri, agar mereka sadar warisan (legacy) para leluhurnya (founding fathers) yang mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 asli yang disahkan tgl 18 Agustus 1945, yang akam berusia genap 79 thn, 17-8-2024 tahun ini, kita mengucapkan syukur alhamdulillah.
Dalam rangka memperingati dirgahayu Republik Indonesia (RI) ke-79 thn 2024, saya AA menurunkan 2 artikel yang sudah viral di medsos Jurnal Inspirasi dan Jurnal Bogor, berjudul “Alm Ajengan KH Sholeh Iskandar: Pahlawan Nasional” dan satu lagi “Pelajaran Sejarah Sultan Siak Riau: Pahlawan Nasional Sultan Syarif Kasim”.
Kedua tulisan saya AA tersebut, saya berniat, diharapkan bisa membangkitkan alam sadar, kesadaran kita sebagai warga bangsa akan sejarah yang sebenarnya. Bahwa NKRI ini merupakan warisan (legacy) hasil perjuangan jiwa dan raga dari para ulama, ustadz dan santri. Soalnya, fakta sejarah tersebut mulai dikaburkan atau dikubur oleh para penipu dan pengkhianat negara-bangsa dengan berbagai siasat dan cara-caranya yang sesat dan menyesatkan.
Harap mohon dishare 2 artikel saya AA tentang Kepahlawanan Bangsa based ulama dan santri tersebut, dalam rangka dan upaya peningkatan kualitas pemahaman mengapa kita memperingati HUT RI ke-79 thn 2024 di seluruh Nusantara, terutama untuk ke kawan-kawan di Riau, etnis Melayu Islam Riau agar sadar dan peduli sejarah negerinya, sekali lagi mohon dishare artikel tersebut.
Semoga para warga bangsa ini, setelah membaca dan menyimak ada peningkatan kualitas kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negeri ini, yang kondisinya “tidak baik-baik” amat. Kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan serta kenegaraan kita dalam aspek/dimensi ipoleksosbudhankam dalam satu dasa warsa terakhir, mengalami kemunduran (degradasi) berdasarkan data dan informasi sejumlah indikator pembangunan.
Gejala sosial negatif, berupa kemunduran tersebut dapat kita kita analisis dalam berbagai perspektif melalui pendekatan keilmuan dan saintek (scientific approach). Banyak hal faktor penyebabnya, salah satu diantaranya ada pelemahan atau rendahnya kualitas kepemimpinan nasional dan daerah yang lupa dan bahkan buta sejarah (ahistoris).
Akhirnya demikian banyak public policy dan regulasi spt UU, Perpu, PP, Kepres/Inpres dan Kepmen/Permen dari sejumlah Kementerian RI, yang tidak sesuai dan bahkan bertentangan, serta melabrak UUD 1945, artinya penyelenggaraan negara dan pemerintahan di rezim mas Joko, tidak sesuai aspirasi rakyat, dan keluar dari koridor sistem nilai, falsafah dan ideologi Pancasila, contoh banyak kasus, terlalu panjang ditulis disini, diantara PSN Ecocity Rempang yang melanggar HAM dll.
Para pemimpin negeri ini, istilah pempimpin besar Revolusi bpk Ir.Soekarno, mereka melupakan sejarah kepahlawanan bangsa, seperti apa yang diperjuangkan alm.Ajengan KH Sholeh Iskandar di Bogor, Alhabib Sultan Syarif Kasim di Raja Islam Riau, dan banyak lagi pahlawan bangsa, jumlah bukan ratusan, tetapi ribuan orangnya, yang kini mereka telah dimakamkan di TMP di seluruh Indonesia.
Dalam tulisan saya AA saya mengkritisi keras dan cerdas, insya Allah dengan nalar yang sehat dan kalbu yang bersih (bukan iri dengki, maaf), bahwa selama peringatan HUT RI, diperingati secara meriah, upacara-upacara (seremonial) dengan hiburan-hiburan atraksi seni-budaya, di dengan penampilan berbagai kemewahan (life style dan gusture hedonist), terutama di istana negara.
Menurut berita HUT RI ke 79 thn 2024, puncak acaranya secara nasional akan digelar di IKN Nusantara, Paser-Panajam Kaltim, dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo, pada 17 Agustus 2024, dan banyak sekali disoroti media dan netizen bahwa seremonial tersebut menguras banyak dana APBN dengan fasilitas kemewahan yg kurang masuk diakal (not common sense) untuk melayani para pejabat negara dan pemerintahan seperti para Bupati/Walkot, Gubernur, Menteri, Menteri negara, Kepada/Pimpinan Lembaga Negara, dan termasuk Presiden beserta para pejabat istananya berdatangan ke arena.
Artinya jika dimaknai, peringatan HUT RI selama ini jauh dari semangat kesederhanaan dan kejuangan, kepahlawan miskin (defisit) etika, moral, falsafah dan ideologi Pancasila dan mereka kurang memahami konstitusi negara UUD 1945 asli. Sehingga tak mengherankankah begitu banyak regulasi dan kebijakan publik yang merisaukan, mengkhawatirkan dan merugikan rakyat dan bisa berujung yang akan mengancam eksistensi NKRI, akibat sararnya ATHG.
Oleh karena itu, para kaum intelektual Indonesia haruskah terus menulis, beropini di publik melakukan kritik dan saran konstruktif untuk penyelamatan Indonesia Raya, sebagai mana slogan yang relevan didengunkan “Save NKRI harga mati” juga sesuai dengan slogan/tagline HUT RI 2024 “Indonesia Nusantara, Indonesia Berkemajuan”. Majunya apa seharusnya dimaknai secara spiritual bahwa “kemerdekaan itu diperoleh atas Rahmat Allah SWT.” (baca Pembukaan UUD 1945 asli)
Apa yang disampaikan, dalam materi ceramah/tausyiah Ustadz Dr.Alfian Tanjung (UAT), tgl 4 Agustus 2024 di Markas PKS Kota Bogor, bahwa birokrasi pemerintahan kita Indonesia, sudah dimasuki dan diselusupi kader-kader “Palu Arit” PKI yg pernah berkhianat kepada bangsa dan negara, dengan peristiwa berdarah G 30 S PKI, membunuh sekian jenderal, dan peristiwa pemberontakan PKI Muso thn 1948 di Madiun, begitu banyaknya para Kiyai dan santri dibunuh, dll.
Oleh karena itu, peringatan HUT RI yang dirayakan setiap tahun dengan berbagai hiburan kemewahan itu, bukanlah sesuatu yang bermakna, apabila tidak disertai acara dan kegiatan dikjar-literasi sejarah kepahlawanan bangsa Indonesia yang begitu banyak dan kaya, seharusnya dikaji dan dikembangkan para sejarawan untuk materi dikjar di sekolah-sekolah di tanah air.
Makanya upaya sosialisasi dan internalisasi untuk warga bangsa, teristimewa generasi millenial (gen Z) harus dan wajib dilakukan Pemerintah secara profesional, terarah dan terukur dampak ‘characters buildingnya”.
Salah satu dampak positinya adalah sikap kewaspadaan terhadap ancaman bangkit kembali (reingkarnasi) PKI terhadap NKRI, sebuah negara yang berdarah-darah diperjuangkan ulama dan santri, agar tetap utuh (unity), lestari dan negara-bangsa terus berkelanjutan (sustainable nation-state), yang bernama Indonesia Raya. Mengapa ? saya AA berani berpendapat bahwa NKRI adalah produk perjuangan ulama dan santri.
Berdasarkan fakta sejarah, kita saja, apa dan mengapa kita memperingati Hari Pahlawan setiap tgl 10 November itu?. Jujur kita berkata bahwa ada peristiwa sangat bersejarah adanya pertempuran dan peperangan yang dimenangkan kaum pribumi (sarungan, berbaju koko, berkopiah hitam/putih) mengusir penjajah atas berkat pekikan Allahu Akbar, bung Tomo di Surabaya, Jatim, ketika itu.
Dalam pertempuran hebat dan dahsyat tersebut ada ribuan santri yang dikomando para ulama dan ustadz, memanggul senjata seadanya melawan dan menghalau penjajah Belanda, yang ingin kembali (comeback) menguasai negara, dan untuk menindas rakyat dan bangsa kita Indonesia yang baru lahir 17 Agustus 1945.
Pertemuan demi pertempuran sengit terjadi di Surabaya, antara pihak Rakyat pribumi etnis Melayu Muslim dengan Tentera KNIL/Gurga, yang notabenenya para sekutu Belanda. Rakyat pribumi muslim/mukmin yang bersenjatakan apa adanya, sangat sederhana, diantaranya “Bambu Runcing”, alhamdulillah berkat Rahmat Allah para ulama dan santri berhasil mengalamahkan pihak kafir para serdadu penjajah Belanda/KNIL, dimana komandan militer/perang Belanda yang bernama Jenderal Malaby mati dibunuh para ulama yg didukung santri yang patriotik, juga tank-tank baja alat senjata modern dihancurkan, dan dibakar sampai hangus, karena semangat heroisme, kepahlawanan berbasis pada ideologi Ketauhidah (Laillah haillallah) yang kuat, yang dikobarkan Almukarrom Hadraztul Syeh KH Hasyim Asyari (Pendiri ormas Islam NU) dengan seruan fatwa Jihad fisabillahnya Kiyai host (langitan) yg menggelorakan semangat perlawanan santri (santri heroic).
Alhamdulillah setiap tgl 22 Oktober setiap tahun diperingati Hari Santri Nasional, dengan SK Presiden RI bpk Joko Widodo Nomor 22 tahun 2015.
Mengapa mereka menang dalam pertempuran, karena semangat jihad fisabillah hanya takut kepada Allah SWT semata-mata, bukan takut kepada tentera KNIL yang bersenjata lengkap dan modern. Makanya dirumuskan dan ditetapkanlah dalam Pembukaan UUD 1945 Asli pada alinea kedua bahwa diperolehnya Kemerdekaan RI itu atas Rahmat Allah SWT.
Hal ini harus dipatrikan dalam sanubari (kalbunsalim) para warga bangsa Indonesia, terutama para pemimpin, elite politik dan para penguasa (the ruling party) negeri ini bahwa NKRI bukan negara berpaham liberalis-kapitalistik (ekonomi dan politik liberal, kapitalis, semakin jauh dari demokrasi Pancasila, pasal 33 UUD 1945), berpaham sekular (alergi dan anti agama, melarang politik identitas dgn berbagai jargon) dan apalagi ateis-komunisme dianut dan pernah diperjuangkan PKI tempo doeloe, mungkin juga berlanjut zaman Now, wallahuaklam bissawab.
Jiwa dan semangat perlawanan yang berkorbar-kobar di medan tempur, berperang “to head to head” mengusir penjajah, rela berkorban jiwa raga dengan slogan “Hidup atau Mati”, hidup merdeka terhormat dan atau pilihannya mati syahid. Makanya sistem nilai, norma dan kaidah inilah yang seharusnya dipahami, dikhayati dan diamalkan yang menuntun pola perilaku yang baik (best character) oleh semua warga bangsa Indonesia tanpa kecuali, terutama Presiden RI mas Joko, jajaran Kementerian dan Lembaga Negara RI beserta para pejabat dan apatur negara RI.
Mereka elite politik (the ruling party), hendaknya harus dan wajib menjadi pelopor, dan panutan berperilaku dengan penuh kesuritauladanan (uswatun hasanah), bukan sebaliknya seperti sekarang ini maraknya perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Nepotisme di Indonesia saat ini zaman Now, sedang berlomba-lomba membangun dinastik politik dengan mempromosikan anggota keluarga dan kerabat yang tak berkeahlian, kurang berpengalaman dan tak memenuhi persyaratan peraturan dan perundang-undangan, alias cacat konstitusi sebagaimana dipraktekan oleh mas Joko dan konco-konconya (kroninya) dengan cara-cara haram “abuse of power” seperti ala “gentong babi” yang memproduk “Dirty Vote” Pemilu Pilpres RI thn 2024 yang curang TSM (terstruktur, sistimatis dan masif), dan yakinlah perbuatan maksiat itu, haram hukumnya, dan barang tentu tidak akan diberkahi Allah SWT.
Berdasarkan kondisi Indonesia yang kurang mengembiraan tersebut diatas, maka kita dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 79 thn 2024 untuk kelestarian NKRI harus dan wajib melakukan kesadaran sejarah kepahlawan yang ditunjukan para ulama dan santri Ponpes, serta kaum cendekiawan muslim Indonesia yang ikut aktif berperan merumuskan landasan falasafah dan ideologi Pancasila dan konstitusi negara UUD 1945 asli pada tgl 18 Agustus 1945.
Oleh karena itu mari kita sebarkan, share narasi kesejarahan para Pahlawan Nasional dengan niat berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khairats) dalam mencerdaskan kehidupan bangsa agar tidak terjajah dan tertindas lagi. Insya Allah perbuatan tersebut menjadi ladang amal-ibadah untuk mendapatkan pahala dari Maha Pencipta dan Maha Pemilik alam jagat raya, bumi dan langit beserta isinya, Allah Subhanahuwa Ta’ala.
Harapannya dengan membaca dan menyimak narasi kesejarahwan 2 orang Pahlawan tersebut, kita tak ragu lagi bahwa NKRI itu adalah mahakarya para ulama, tokoh agama lainnya. Jadi, kesimpulannya bahwa NKRI yang sama-sama kita cintai ini dibangun atas landasan Moral dan Aqidah Keagamaan.
Syukron barakallah
Dirgahayu Indonesia ke-79 tahun 2024,
Majulah negara dan bangsanya,
Sejahteralah Rakyatnya, Aamiin aamiin aamiin ya rabbal ‘alamiin
Wangun Atas, Kel.Sindangsari Botim City Senin, 12 Agustus 2024
Wassalam
=====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad,M.Si (Gen Masyumi, orang Cerenti Riau, sekarang berprofesi sebagai Dosen dan Pendiri Universitas Djuanda Bogor, Pendiri dan Ketua Wanhat ICMI Orwil Khusus Bogor merangkap Wasek Wabkar MPP ICMI, Konsultan K/L negara, Pegiat Sosial mendirikan 2 Yayasan, Pemerhati dan Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)