Lesson Learned (Iktibaar) Socio-Religous Mas Dahlan Iskan

  • Whatsapp
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si

jurnalbogor.com – Cukup menarik menyimak berbagai komentar para Cendekiawan Muslim Indonesia di WAG Wankar MPP ICMI terhadap konten video mas Dahlan Iskan (DI) sedang “berkhutbah” tentang “ketuhanan’ dan sedang menjunjung patung Budha Suci di kepalanya di salah satu rumah ibadah Wihara, yang saya tak tahu lokasinya dimana dan kapan dilakukannya.

Pokoknya video itu sangatlah jelas styling dan gustering mas DI yang sedang beraksi di depan/di dalam dhufah dan berhala.

Read More

Selaku orang yang beriman dan bertaqwa, barangtentu prihatin, telah murtadnya DI dari semula pemeluk DinnulIslam, sekarang berpindah agama ke aliran kepercayaan Budha Suci, murtad, wallahu aklam.

Kita dapat memastikan bahwa Allah SWT telah mencabut Hidayah-Nya dari jiwa raga mas DI, sebab Hidayah Allah (hudallinnas) itu ranah dan autoritas Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wataala,..sesat dan murtadnya seseorang anak manusia sebagai hamba dan makhluk ciptaan-Nya, itu semuanya karena Allah SWT, dan yang membolak-balikan hati manusia, kita ini hanyalah Allah SWT, bukan yang lain, titik.!

Ingat tarikh Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW yang gagal mengIslamkan (mentauhidkan) melafalkan kalimah “Laillahaillah Muhammadar Rasulullah” kepada pamannya Ali bin Abi Thalib, sosok yang gigih pembela anaknya (Muhammad) dalam menegakan dakwah Islam di tanah suci Mekkah, Kakbah, ketika beliau pamannya dalam keadaan menghadapi sakaratul maut, akan berpulang kerahmatullah (wafat) meninggal dunia fana ini.

Nabi dan Rasullullah Muhammad SAW “gagal” mentauhidkan pamannya itu. Lantas Rasullullah bersedih hati yang amat mendalam, maka turunlah ayat lewat malaikat Jibril, firman Allah SWT menyatakan bahwa seorang hamba-Nya yang mendapat hidayah hanya dari Allah wajallah, atau dengan kata lain bahwa petunjuk, Hidayah Allah itu bukanlah urusan Nabi dan Rasul Allah, Muhammad SAW.

Setelah membaca Al Quran dan terjemahannya, maka saya teringat isi kandungan atau makna beberapa ayat suci dalam Al Quranulkarim, yang mengungkapkan bahwa Nabi dan Rasul Allah saja, hanya memiliki 2 (dua) misi, tupoksi Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT berdakwah Islamiyah, menyampaikan kebenaran (wahyu, the true) dalam kehidupan masyarakat di dunia, yaitu sbb :

1. Nabi hanya memberikan kabar gembira kepada umat manusia, bahwa ada kehidupan syurgajannatunnaim (berbahagia) di akhirat kelak (setelah wafat) bagi mereka seorang mukmin sejati (bukan munafik, fasik dan musyrik), dan mereka gemar beramal sholeh untuk mendapatkan ganjaran pahala dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah, gemar berbuat kebajikan dan percaya hari akhirat (kiamat), dan

2. Nabi hanya memberi peringatan kepada umat manusia bahwa ada kehidupan Neraka Jahannam (kesengsaraan, siksa, azab yang pedih) kelak di kehidupan akhirat bagi mereka yang durhaka, tidak percaya (kafir) terhadap ayat-ayat Allah SWT yang terkandung dalam Al Quranulkarim dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW (QnS), dan mereka menyembah selain Allah spt berhala, patung, api dll, dalam berbagai bentuknya (musyrik) dan gemar berbuat maksiat, atau dengan kata lain suka dan senang berbuat yang haram-haram seperti korupsi, berzina, LGBT/sodomi, mencuri, menipu dan menzholimi antar sesama manusia akibat napsu serakah, yang dipandu syeitan.

Berdasarkan 2 (dua) misi utama dan tupoksi Nabi dan Rasulullullah tersebut diatas, maka kita dapat sebuah kesimpulan bahwa tidak terdapat ada tugas Nabi menjaga aqidah Islam (Ketauhidan) mengesakan Allah SWT untuk seseorang atau bagi umat manusia sebagai tujuan dan target dakwahnya.

Jadi Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW saja tidak berkemampuan meyakinkan pamannya Ali bin Abi Thalib yang beliau cintai itu, yang telah banyak membantu Nabi dan melindungi dari serangan kaum musyrikin Quraisy. Dan apalagi kita manusia biasa ini, sebagai hamba-Nya yang dhoif, bisa dipastikan tidak akan bisa dan bermampuan memberikan hidayah, mengIslamkan seseorang dengan aqidah Dinnulislam, yang murni dengan keyakinan “Laillahaillallaah,… Muhammadar Rasullullah”,… “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah..”

Oleh karena itu pelajaran apa yang bisa kita petik (lesson learned) dari fenomena sosio-religous yang tampak dalam kasus hamba Allah mas “DI”, yang suka berpenampilan nyentrik dan nyeleneh, mantan Menteri BUMN era Presiden bpk SBY dan Dirut PLN serta CEO Jawa Post Grup, orang kaya harta (aghnia), kita hanya dapat berdoa semoga Allah SWT membukakan pintu hatinya (qalbunsalimnya), untuk bisa taubatannasyuha, memberikan Hidayah-Nya kepada mas DI tersebut. Hanya itu yang bisa kita lakukan sebagai manusia hamba Allah SWT. 

Menurut pendapat saya, bahwa kita tak perlu ada rasa benci dengan kata-kata kesal seperti jidatnya hitam dsb, ikut marah dan “menghina” terhadap mas DI yang tampak sedang “beribadah” Tapekong di wihara agama Budha Suci.

Akan tetapi memang kita merasa sangat prihatin dan menyayangkan seorang tokoh masyarakat berkelas nasional dan bahkan global, seorang mas DI seorang lansia bisa tersesat (kafir) di penghujung akhir hayatnya, suul khotimah, apabila kita tinjau dalam kaca mata perspektif DinnulIslam, Wallahuaklam bissawab.

Selanjutnya fenomena socio-religous yang menimpa mas DI ini, bisa menjadi pelajaran (ikhtibar) bagi kita seorang muslim, terutama Cendekiawan Muslim (ulil albab) se-Indonesia, agar lebih berhati-hati (waro’) dalam menjalani dinamika kehidupan sosial di era destrupsi zaman Now, begitu banyak godaan dan ujian. Jika kita lalai, tidak eling sehingga jarang dan lupa berzikrullah, boleh jadi kita akan terjerembab kedalam kesesatan: kemusyrikan, kefasikan, kemunafikan dan bahkan kekafiran, nauzubillahi minzalik.

Makanya program 5 K ICMI, yaitu program dan kegiatan peningkatan kualitas iman dan taqwa (imtaq), kualitas zikir, pikir, karya (ipteks) dan kualitas hidup berumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah, adalah benteng atau tembok penghalang yang sahih, agar kita terhindar dan tercegah dalam perbuatan kuffar, murtad tersebut.

InsyaAllah apabila dalam kehidupan kita berIslam secara sistemik dan holistik, menyeluruh (kaffah), dan menurut AD, ART dan Kode Etik ICMI yakni memadukan (integrated) imtaq dan ipteks, berperilaku dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maka kehidupan  kita akan lebih berbudaya yang maju dan beradab, hidup makmur dan sajahtera bersama akan bisa tercapai, bukan kemakmuran orang perseorangan, insyaAllah.

Demikian narasi ringkas untuk merespon gejala socio-religous mas Dahlan “Murtad” tersebut yang sedang beribadah “Tapekong” dan bagaimana sikap kita seharus dan sebaiknya yang bijak (wisdoms) dalam memandangnya, serta pelajaran apa yang kita tarik (bilhikmah) dalam permasalahan aqidah Islamiyah tersebut. Akhirul kalam, semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menolong kita sebagai hamba-hambaNya yang berimtaq, gemar berbuat kebajikan (kemaslahatan) dan mempercayai hari akhirat (kiamat).

Save Aqidah Islamiyah yang Kaffah, dengan banyak-banyak mengingat Allah (zikrullah) sehingga hati menjadi tentram (sakinah) dan selalu memohon ampun atas dosa-dosa/khilaf dan salah yang telah diperbuat baik sadar maupun tidak (astaghfirullahalazim), Aamiin-YRA.

Syukron barakallah
Wangun Atas, Kel.Sindangsari Botim City, 10 Oktober 2024
Wassalam

====✅✅✅

Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si (Salah seorang Pendiri ICMI thn 1990 di Malang, Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor merangkap Wasek Wankar MPP ICMI, Pendiri dan Dosen Senior Universitas Djuanda Bogor 1986-2024, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisannya di media sosial)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *