jurnalbogor.com – Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor sukses menyelenggarakan Festival Komunikasi (Confest) 2025 di Aula Prof. Abdullah Shiddiq pada 13 Desember 2025 sebagai ruang ekspresi dan pengembangan potensi generasi muda.
Kegiatan ini adalah kolaborasi antara KPI dan UIKA Bogor dan diikuti oleh siswa SMA, mahasiswa KPI UIKA, serta mahasiswa KPI dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Jabodetabek, sekaligus menegaskan kemampuan KPI UIKA dalam menyelenggarakan agenda berskala besar.
Ketua Himpunan Mahasiswa KPI UIKA, Muhammad Ibnusina Takdir , Berpendapat terkait Confest 2025 dirancang sebagai wadah yang mempertemukan pelajar dan mahasiswa untuk menyebarkan minat, bakat, serta keterampilan mereka.
“Confest ini kami hadirkan sebagai platform bagi siswa SMA di Bogor, mahasiswa KPI UIKA, dan mahasiswa KPI dari kampus lain agar mereka dapat mengekspresikan skill dan keahlian, baik di ranah akademik maupun nonakademik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tema “Satu Suara, 1000 Karya” mengandung makna penyatuan ide, gagasan, dan aspirasi mahasiswa KPI dalam berbagai bentuk karya.
“Melalui tema ini, kita mau menyatukan suara, gagasan dan pemikiran mahasiswa KPI menjadi karya-karya yang spektakuler,” Tambahnya.
Lebih lanjut, ia berharap Confest 2025 dapat menjadi warisan atau warisan organisasi yang berkelanjutan. Menurutnya, penyelenggaraan Confest tahun ini merupakan yang pertama dengan format besar, hasil penggabungan Festival KPI dan KPI Cup.
“Ini menjadi langkah awal kami menghadirkan event besar. Harapannya, Confest bisa diteruskan oleh generasi berikutnya dan menjadi pintu lahirnya pencapaian-capaian baru,” tambahnya.
Di sisi lain, Ketua Pelaksana Confest 2025, Alansah, menyampaikan bahwa kesuksesan acara merupakan hasil dari proses perencanaan yang dilakukan sejak tahap awal.
“Secara teknis, kami memulai dengan menyusun konsep, mencari referensi, dan berdiskusi dengan berbagai pihak, termasuk mahasiswa dari kampus luar, untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan acara besar,” jelasnya.
Setelah konsep disepakati, panitia membentuk divisi-divisi serta menetapkan tugas pokok dan fungsi masing-masing agar terlaksananya kegiatan berjalan terarah. Alansah menambahkan bahwa setiap konsep acara terus dikembangkan dengan menyesuaikan kebutuhan dan batasan anggaran.
“Kami juga melakukan persiapan teknis melalui gladi kotor dan gladi bersih agar acara berjalan rapi dan sesuai dengan susunan kegiatan,” ungkapnya.
Terkait tantangan, Alansah mengakui bahwa perbedaan latar belakang aktivitas panitia menjadi kendala utama, terutama dalam pengaturan waktu. Selain itu, faktor pendanaan serta perubahan konsep juga terjadi secara tiba-tiba.
“Namun, semua kendala tersebut bisa kami atasi dengan menjaga komunikasi dan kerja sama yang solid antar panitia dan kepala divisi,” pungkasnya.
(Fauzan Aziz/cc)






