jurnalbogor.com – Alhamdulillah Kang Sukma, sekjen HA IPB University sudah menyampaikan salam hangat dan persahabatan dari mas Ai, Dr. Satrio Wiseno untuk saya. Mas Ai pada thn 1980 kuliah di TPB IPB adalah mentor matkul Statistik saya.
Harap maklum, matkul Statistik adalah mata kuliah tersulit untuk mendapat nilai mutu B apalagi A. kami mahasiswa baru IPB yang datang kuliah ke kampus Rakyat IPB tahun 1980, betul-betul sosok wong deso yang memiliki seabrek keterbatasan, salah seorang diantara yang memiliki “keterbatasan” itu adalah saya.
Saya menyadari akan hal tersebut, jika kita lengah dan tidak sadar akan ancaman matkul Statistik yang berfungsi sebagai “palang pintu”, maka banyak diantara kawankawan sesama mahasiswa TPB IPB berkuliah pada thn 1980 tidak lulus atau tidak bisa naik tingkat dari kelas TPB yang kampusnya doeloe di Barangsiang Kota Bogor (kini menjadi mal bisnis terkenal Botani Square), masuk ke Fakultas yang ada di lingkungan IPB.
Mereka mahasiswa TPB yang gagal naik tingkat, akibat matkul “palang pintu” seperti Statistik, Fisika Dasar dan Bhs Inggris pada semester 1 dan 2, mendapat nilai HM “E” (0) indisipliner, jumlah populasi cukup banyak berkisar 2 kelas lk 200-300 orang, yang terkenal dengan nama mahasiswa “Residivis”. Mereka korban sistem evaluasi perkuliahan sistem paket yang ketat, bukan sistem kredit semester (SKS) seperti yg berlaku hingga sekarang bersifat longgar.
Sistem SKS di perguruan tinggi bagi mahasiswa sangat menguntungkan, dimana mahasiswa mendapat kesempatan bisa mengulang berkali-kali ikut kuliah mata kuliah yang nilai HM-nya tidak lulus E (indisiplener) dan atau HM C (cukup) jika bermaksud untuk memperbaiki dari matkul tsb. Sedangkan perkuliahan sistem paket, perlakuannya tidak demikian sistemnya “kaku” tidak lentur (fleksibel) spt SKS. Sehingga mhs TPB IPB thn 1980 era Rektor legendaris IPB bpk.Prof.Dr.H.Andi Hakim Nasution, MSc ilmuwan Statistik termasyhur, kepemimpinan akademik agak ketat dan berdisiplin tinggi.
IPB waktu itu dibawa kepemimpinan pak Andi Hakim Nasution memiliki tradisi, kultur dan atmosfer akademik yang sangat baik, dengan integritas akademik-budaya ilmiah yang sangat kokoh dan kuat. Mudah-mudahan kultur akademik yang kuat tersebut masih diamalkan oleh civitas akademik dengan tetap berpegang teguh pada sikap kebenaran ilmiah yaitu kejujuran dan keadilan, melalui kerja dan belajar keras mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.
Demikian itu kultur akademik dan atmosfer kampus Rakyat IPB yang kondusif dalam pengembangan program Tri Dharma Perguruan.Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, penelitian dan publikasi ilmiah, dan pengabdian pada masyarakat, sehingga saintek berkembang secara terintegrasi. Jika kita menilai situasi dan kondisi zaman Now, kultur akademik yang kuat dan kokoh mulai roboh dan akhirnya tumbang. Gejala sosial negatif tsb.semakin tampak bermunculan gelar-gelar akademik, obralan seperti .Dr dan Prof instan, bodong, palsu, abal-abal dan kaleng-kaleng sebagai akibat runtuhnya peradaban ilmiah di perguruan tinggi saat ini.
Sebenarnya mereka mahasiswa yang berstatus “residivis”, tidak naik tingkat ke Fakultas, bukanlah mahasiswa yang “bodoh”, mayoritas mereka mahasiswa yang berprestasi baik di SMA dari daerahnya, kok bisa gagal mereka tidak naik tingkat dan atau ada diantara mereka ada yang dikeluarkan (drop out, sebab IPK 2 semester dibawa 2), studi tidak berlanjut di kampus Rakyat IPB.
Menurut pendapat saya, mengapa ini terjadi?, akibat kesalahan mereka menggunakan strategi dan pendekatan belajar yang efektif selama berkuliah setahun awal berada di kampus Rakyat IPB Bogor. Dan atau mereka mhs TPB IPB yang baru masuk tsb gagal beradaptasinya memasuki lingkungan baru, kampus yg padat dengan berbagai agenda perkuliahan yg ketat, dan taat aturan serta wajib hidup disiplin.
Faktanya mahasiswa residivis tsb, atau nilai HM sejumlah matkul dengan indeks prestasi kuliah (ipk) pas-pasan saja berkisaran 2.0 sd 2,5, lulus sarjana pertanian IPB, mereka kini banyak yang sukses berkarier dan berprestasi di berbagai lapangan pekerjaaan dan profesi spt pebisnis sukses, lsm/Ngo dan birokrat sejati, bahkan banyak diantaranya menjadi tokoh masyarakat, tokoh nasional, pejabat karier esselon satu-dirjen, deputi di Kementerian dan Lembaga Negara di pemerintahan RI, serta pejabat negara spt menteri, kepala Badan.dll. Dengan kata lain, IPK mhs yang sangat tinggi saat berkuliah, tidaklah menjamin sukses berprofesi dan berkarier di masyarakat, dan sebaliknya. Itu persoalan dan perkara serta ranah nasib seseorang.
Jumat sore itu, tgl 25 Oktober 2024, saya hadir gedung Alumni IPB lantai 2, memenuhi undangan acara Talkshow yang diselenggarakan HA IPB University, saya sebagai salah seorang pembahas dalam kegiatan bedah buku Prof.Dr.Ismudi Muchsin berjudul “IPB University dalam Puisi”.
Beberapa menit setelah dibuka acara Talk show oleh MC, dilanjutkan sambutan pengantar Ketum HA IPB uda Dr.Walneg, saya kebetulan duduk dibagian tengah deretan kursi, disamping Sekjen HA IPB, kang Sukmawijaya.
Saya agak kaget dan happy juga, tiba-tiba mendapat titipan salam dari mas Ai, Dr.Satrio Wiseno, yang disampaikan kang Sukma kepada saya. Artinya “gesture” saya keseharian di acara Friday Talk masih dalam “pengamatan” para sahabat saya diantaranya mas Ai ini, dan barangtentu saya merasa senang. Artinya masih ada kawan lama, tempo doeloe yang mau mengingat saya.
Jujur saya berkata bahwa mas Ai adalah orang baik, santun, ahli dan pakar ilmu statistik, konsultan yang sukses. Mas Ai lulus S3 dari New Castle University UK, beliau merupakan salah seorang didikan dan kader kesayangan bpk Prof Andi Hakim Nasution, dosen FMIPA IPB dan Rektor IPB thn 1980an, mas Ai pernah tercatat sebagai dosen IPB selama beberapa tahun. Akan tetapi entah mengapa (saya pun tak tahu), mas Dr. Satrio Wiseno akhirnya “keluar” dari IPB, kemudian mendirikan perusaan jasa konsulting surveyer, berkantor di kawasan Cempaka Putih Jakpus.
Terakhir saya mendapat khabar dari mas Ai, beliau sedang mengembangkan bisnis yang berwatak sosial “Eco farming” di Ujung Kulon Banten, katanya mas Ai sambil istirahat, dan menikmati suasana damai alam perdesaan, guna menghindar dari kebisingan hiruk-pikuk kehidupan kota.
Beliaulah mas Ai yang menyelamatkan studi saya di TPB IPB thn 1980, akhirnya terhindar dari DO dan atau status “residifis”, dan saya sering numpang belajar bareng, kelompok kecil bertempat di rumahnya mas Ai, beralamat jln Mayor Oking Kota Bogor.
Saya agak sering bertamu ke rumahnya belajar statistik berkelompok, mas Ai adalah mentornya, bahkan saya terkadang menumpang tidur di rumah orangtuanya, jika sdh larut malam. Ibunya mas Ai saya panggil Mami, orangnya sangat baik sekali, suguhan masakan Mami yg enak, sering saya dkk makan dan kami nikmati, diantara teman belajarku itu: Bowo, Onny, Heru, Somak, Kodir, Trisno, dan Joni. Bahkan saya telah menganggap ibu kandungnya mas Ai, sahabat saya tsb, juga ibu saya di perantauan.
Pada kesempatan ini, izinkan saya berdoa kpd Allah SWT dengan membaca surat Ulumul Quran Al Fatihah buat almarhumah Mami yang baik hati, yg telah berpulang ke rahmatullah pada satu dasa warsa yang lalu. Semoga Allah SWT menempatkan arwahnya Mami di Syurgajannatunnaim, Aamiin-3 YRA.
Subhanallah Friday Talk HA IPB ke 72 sukses, saya mengapresiasinya dihadapan Ketum dan Sekjen HA IPB, uda Walneg dan kang Sukma. Saya amati memang selama 3-4 tahun belakangan ini HA IPB cukup progresif dan sangat dinamis dengan berbagai.agenda kegiatan Semnas yang strategis dengan mengangkat isu-isu ketahanan dan kedaulatan pangan dan energi dalam pembangunan sektor pertanian dan agromaritim secara nasional yg telah digelar, disamping acara Reunian Akbar Alumni IPB dalam rangka HUT 60 thn IPB thn 2023 yang spektakuler dan saya tulis testimoninya, acara Fraiday Talk sudah sampai edisi ke 72, dan kegiatan2 pemberdayaan sosial lainnya yg menyentuh kebutuhan masyarakat akar rumput spt beasiswa mhs “fuqoro masakin”, musta’afin, etc.
Ternyata dibalik kesuksesan HA IPB itu, alhamdulillah, ada sosok sahabatku mas Ai Satrio Wiseno dkk yang menggerakannya dengan kreativitas dan inovasi yang mereka kerjakan dalam wadah Himpunan Alumni (HA) IPB almamaterku, alhamdulillah.
Salam buat kelurga mas Ai yang kini bermukim di padepokan “Eco farming” in Banten, tepatnya di kawasan Ujung Kulon, sukses dan berbahagia selalu Mas Ai dan keluarga. Semoga Allah SWT selalu memberkahi kehidupan kita, Aamiin3 YRA. Syukron barakallah
EcofunIndonesia Workshop
Wangun Atas RT O6 Rw 01 Kel.Sindangsari Botim City, 26 Oktober 2024
Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si (Dosen-Pendiri Universitas Djuanda Bogor thn 1986-2024, Pendiri dan Ketua Wanhat ICMI Orwilsus Bogor merangkap Wasek Wankar MPP ICMI, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di media sosial)