jurnalbogor.com – Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) melaksanakan program pengabdian masyarakat (pengmas) dengan mengusung tema “Peningkatan Kapasitas Ibu Dalam Mempersiapkan MPASI untuk Menurunkan Angka Stunting” di Puskesmas Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jumat (30/8/2024).
Wakil Dekan 2 dan juga selaku narasumber, Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp, MN mengatakan bahwa pengmas tersebut wajib dilakukan setiap semester untuk menerapkan ilmu yang didapat di kelas dapat diterapkan ke masyarakat.
“Kami fokus meningkatkan kapasitas ibu dalam menyiapkan makanan pendamping asi (MPASI) untuk mencegah stunting,” kata Nani kepada wartawan.
Sebab, kata dia, permasalahan stunting menjadi tanggungjawab bersama, dan tidak bisa diselesaikan oleh satu profesi kesehatan saja.
“Atas dasar itu, kami dengan Mahasiswa S2 Magister Ilmu Keperawatan Anak mengajarkan para ibu mengenai kandungan gizi yang benar,” ucapnya didampingi Dr. Fajar Tri Waluyanti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.An yang juga merupakan narasumber dan konselor asi.
Saat disinggung mengapa wilayah Tanah Sareal dipilih sebagai tempat penyelenggaraan pengmas. Nani menegaskan bahwa pemilihan area dilakukan berdasarkan hasil identifikasi.
“Tanah Sareal tak tertinggi soal stunting. Tapi kasusnya ada. Kami ajarkan ibu-ibu mengenai seribu hari pertama kehidupan, dari mulai dalam rahim hingga bayi usia dua tahun,” ungkap dia.
Kemudian, sambung Nani, pihaknya juga mengedukasi sebanyak 20 ibu dan enam kader puskesmas untuk menyiapkan makanan pendamping asi.
“Setelah itu kita bermain peran dengan ibu untuk menyiapkan bahan makanan mentah dan matang untuk disajikan. Sebab, anak usia enam hingga sembilan bulan tekstur makanannya berbeda. Makanya ada ulekan, untuk mengulek makanan kemudian disaring sebelum diberikan ke anak,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pengmas yang juga Mahasiswi S2 Keperawatan FIK UI Peminatan Anak Ns. Atika Rahmawani, S.Kep, mengatakan bahwa penyelenggaraan pengmas bertujuan untuk menurunkan angka stunting, khususnya di Tanah Sareal.
“Stunting adalah masalah yang harus diperhatikan lantaran kasusnya cukup tinggi di Indonesia,” katanya.
Kata dia, pemberian edukasi kepada ibu yang anaknya mengalami stunting harus dilakukan. Khususnya, bagi mereka yang anaknya masih berusia di bawah dua tahun.
“Selain edukasi, kami juga mendemonstrasikan bagaimana cara memberikan makanan pendamping asi yang baik sesuai usia anak, dan bagaimana cara memberi makan serta teksturnya,” jelasnya.
“Pertumbuhan dan perkembangan anak wajib diperhatikan. Sebab, kita harus persiapkan generasi yang baik dalam menghadapi persaingan global,” tambah Atika.
Lebih lanjut, kata Atika, para ibu yang diundang dalam pengmas adalah mereka yang anaknya didiagnosa dan suspect stunting.
“Sasaran kita dalam pengmas ini adalah bayi dibawah usia dua tahun. Dalam menangani stunting, yang harus dikejar adalah kenaikan berat badan per periode,” ungkap dia.
Selain itu, pihaknya juga mengundang kader puskesmas dengan tujuan agar nantinya mereka dapat mengingatkan para ibu soal bagaimana cara memberikan makanan yang bergizi bagi anaknya,” tandasnya.
(FDY)