Diduga Cemari Sungai, TSI Digeruduk Warga

  • Whatsapp

jurnalbogor.com – Sejumlah perwakilan masyarakat Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, yang terdiri dari RT, RW, Karang Taruna, serta lembaga desa, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kawasan Taman Safari Indonesia (TSI).

Read More

Sidak ini menyusul adanya dugaan pencemaran lingkungan yang ditandai dengan perubahan kualitas air sungai yang mengalir ke Kampung Joglo dan Kampung Baru.

Dalam dua hari terakhir, warga menilai kondisi air mengalami perubahan yang dikhawatirkan berdampak pada kesehatan masyarakat maupun ekosistem sekitar.

“Kami sudah meninjau langsung sejak pagi tadi agar tidak ada prasangka atau fitnah terkait masalah air yang dialiri dari mata air Curug Jaksa maupun Curug Pariuk di dalam Taman Safari,” ujar Deden, Ketua RW 08 saat di lokasi, Kamis (28/8/2025).

Menurutnya, kedatangan masyarakat bukan untuk memperuncing masalah, melainkan sebagai bentuk sosialisasi agar warga mendapat kejelasan kondisi sebenarnya.

Dalam pertemuan setelah sidak, warga desa Cibeureum juga menyoroti menurunnya hubungan sosial antara manajemen PT Taman Safari Indonesia (TSI) dengan masyarakat sekitar.

“Persoalan limbah air ini justru jadi wasilah (perantara) untuk kembali bertatap muka dan menyampaikan unek-unek masyarakat,” kata Deden.

Ia menilai Taman Safari yang semestinya membawa dampak positif justru semakin renggang hubungannya dengan warga. “Padahal, perusahaan sebesar ini seharusnya bisa menjadi mitra yang baik bagi masyarakat,” tambahnya.

Pandi Rahman, Staf Desa Cibeureum menyampaikan ketidakpuasan terhadap penjelasan pihak TSI mengenai kondisi air dan danau di kawasan tersebut.

“Kami minta data jelas: berapa volume air danau, berapa debit yang keluar per detik saat pembuangan, serta kondisi di titik-titik aliran. Jangan sampai ada yang ditutupi,” tegas Pandi.

Mereka juga menyoroti fenomena kualitas air yang berbeda di beberapa titik. “Di bagian atas terlihat kotor, turun ke bawah bersih, lalu di bawah lagi kembali kotor. Ini harus ada penjelasan yang transparan,” ujarnya.

Selain itu, mewakili warga Pandi meminta publikasi data terkait luas danau, ketinggian awal, hingga debit aliran air.

Ketua Karang Taruna Desa Cibeureum Rahman juga menyampaikan tuntutan terkait akses masuk ke Taman Safari bagi warga setempat serta kejelasan penyaluran program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dinilai belum terasa manfaatnya.

“Persoalan air ini penting bagi keberlangsungan hidup warga. Kami harap semua diselesaikan secara terbuka dan tuntas,” ucap Rahman.

Menanggapi hal tersebut, Jopy Manager Security yang mewakili pihak Taman Safari menyebut bahwa revitalisasi danau sudah dilakukan melalui sistem pengerukan dan pengelolaan air sebagai bagian dari program pengembangan.

“Diharapkan setelah program ini selesai, kualitas air semakin bersih dan manfaatnya bisa lebih dirasakan masyarakat,” jelas Jopy.

Pihaknya juga menyebutkan insiden yang terjadi bukanlah sesuatu yang disengaja, melainkan akibat miskomunikasi antara pelaksana pengerjaan dan pengguna.

“Ke depan tata kelola air akan diperbaiki. Seharusnya memang menunggu hingga air benar-benar kering sebelum pengerjaan agar tidak menimbulkan masalah,” tambahnya.

Selain itu, terkait program CSR, pihak manajemen mengaku sudah mengajukan permohonan ke tingkat atas. “Pengajuan sudah kami lakukan, hanya saja masih menunggu respons dari pimpinan di atas. Ke depan akan kami coba ajukan kembali,” ungkapnya.

Manajemen TSI juga berjanji akan melaporkan perkembangan tersebut kepada warga dan pemangku kepentingan, agar komunikasi perusahaan dengan masyarakat bisa lebih transparan.

(Dadang Supriatna)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *