jurnalbogor.com – Assalamualaikum
Adindaku Dr.Warcito, Wakil Ketua MPW ICMI Orwilsus Bogor
Syukron barakallah, atas share materi ceramah berupa PPT, tulisan Prof Herry Suhardiyanto, Wakil Ketua Wankar MPP ICMI, ada di WAG MPW ICMI Bogor.
Abang AA minta izin share materi PPT mas Prof.Herry Suhardiyanto tersebut kepada pak Prof.Dr Ir.H AM Saefuddin, penulis buku “Jihad Intelektual AM Saefuddin: Tribute 83 thn”, yang baru diterbitkan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jakarta, Desember 2023, dengan Kata Pengantar dan Testimoni Prof Yusril Ihza Mahendra, Prof.Jimly Assidiqie dan banyak lagi yang lain, termasuk dari saya AA.
Saya beryakinan beliau pak AM akan senang dan tertarik untuk disandingkan dalam sebuah forum Diskusi Beda buku Jihad Intelektual AM Saefuddin yang baru terbit.
Bagus kita gelar acara Beda Buku tersebut, agar semarak dan penuh hikmat kita akan meminjam tempat (room) ICC IPB University di Botany Square Baranangsiang Bogor City.
Kita segera hubungi Dirut BLST IPB Dr.Naufal Maufudz pengelola areal bisnis tersebut. Kita meminjamnya (sewa diskon) atas nama ICMI Orwilsus Bogor, juga kita minta pula support mas Prof ASA, Rektor IPB University yang juga sebagai Ketum MPP ICMI periode tahun 2021-2026. Dengan kepemimpinan mas Prof ASA yg dikenal “exellence” yakni peringkat satu kategori PTN thn 2022 versi Kemendikristek RI, maka untuk menggelar acara buku yang bertemakan jihad intelektual untuk kemajuan Indonesia, rasanya tidaklah sulit, akan banyak kemudahan dan manfaat yang dapatkan, insyaAllah,…yakusa.
Kita rencanakan mas Prof ASA sebagai Keynote Speaker acara Beda Buku Jihad Intelektual AM Saefuddin, terbitan DDII Jakarta tsb.
Kita cari sponsor, jika memungkinkan untuk itu.
Hayoo ICMI Orwilsus Bogor terus bangkit.
Issu Jihad Intelektual, sudah saya angkat (endore) dengan 3 tulisan saya di medsos Jurnal Inspirasi dll.
Alhamdulillah, kemarin Kamis 9 Mei 2024, di acara Halal bi Halal 1445 H dan pengukuhan Pengurus Pinbuk ICMI Orwilsus Bogor, telah disajikan materi yang sungguh menarik, menginspirasi dan mencerahkan oleh mas Prof.Herry Suhardiyanto, mantan Rektor IPB dan kini beliau adalah Rektor Universitas Muhammadyah Bandung. Beliau mas Prof Herry juga menyinggung dan mengangkat subtema Jihad Intelektual di materi PPT-nya.
Menurut saya, hal ini semakin menarik untuk kita bahas di lingkungan MPW ICMI Orwil Khusus Bogor. Insya Allah ide jihad intelektual terdesiminasi dengan baik di level nasional, regional, insya Allah global.
Mengapa tema ini menarik, abang AA katakan bahwa karena tak rahasia lagi, dan publik tahu bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perjalanannya 5 tahun terakhir di era regim mas Joko berkuasa, banyak public policy yang tidak berbasis saintifik (iptek), tidak aspiratif dan juga misleading, bahkan dapat kita simpulkan telah keluar dari koridor sistem nilai, norma dan kaidah imtaq (aqidah, syariah, muamalah dan akhlaqulkarimah).
Abang AA berpendapat bahwa saat ini momen yang paling tepat kita yang tergabung dalam wadah organisasi intelektual yang bernama ICMI, mempromot issu jihad intelektual tersebut. Dan kita harus dan wajib sadar dan peduli tentang misi integrasi imtaq dan ipteks, yang dideklarasikan alm bapak Prof BJ Habibie, Presiden RI ke 3 dan pendiri dan Ketum MPP ICMI pertama, bapak Teknologi Nasional Indonesia.
Sebab kita paham dan berkeyakinan bahwa munculnya berbagai krisis multi dimensi saat ini dgn sejunlah indikator pembangunan yg cenderung merendah dan semakin turun, akibat pola pikir (mindset), gaya hidup dan gerak geriknya (gusture and life style) yang tak mengamalkan sistem nilai dan norma, etika, moralitas dan hukum. Hal ini terjadi sebagai dampak negatif, dari pola budaya elite politik mengabaikan atau meninggalkan ajaran agama, terutama Dinnul Islam.
Indikasi ini semakin tampak ideologi negara dan falsafah bangsa Indonesia yakni Pancasila menjadi “mati suri”, dengan kata lain “hidup enggan mati ngak mau” dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kemudian yang muncul hegemoni ideologi kapitalisme-liberal, sekularisme dan bahkan condong lagi ke ateis-komunisme.
Oleh karena itu, sudah waktunya, kita harus menyadarkan publik dengan gerakan Jihad Intelektual yang diinisiasi dan dipelopori ICMI akan sangat menarik, dan relevan untuk solusi NKRI yang tengah mengalami krisis baik aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politik. Mudah-mudahan tidak terjadi krisis pertahanan dan keamanan RI, yang mengancam situasi-kondisi Persatuan Indonesia (Indonesian Unity) Sila ke 3 Pancasila.
Ingat negara-bangsa yang bernama NKRI merupakan hasil mega karya Dr Muhammad Natsir, PM RI thn 1950an dgn gerakan Mosi Integral Natsir di Badan Konstituante RI, dan kita sangat mengenal sosok dan vigur (role model) bpk Dr.Muhammad Natsir, adalah seorang negarawan muslim sejati, pahlawan nasional, yang sangat kuat mengintegrasikan kekuatan imtaq dan iptek dalam kepribadiannya.
Beliau pak Natsir dalam berbagai karya tulisannya adalah tokoh pahlawan bangsa yang anti penjajahan, anti kapitalisme-liberal, sekularisme, apalagi atheis-komunisme. Jangan sampai PKI bangkit lagi di NKRI, harus dicegah dan kita lawan
Berdasarkan kecenderungan situasi-kondisi NKRI saat ini, di era destrupsi, maka sudah waktunya ICMI mengobatkan semangat jihad intelektual, agar regulasi dan public policy yang dikeluarkan the ruling party akhir-akhir ini, yang agak menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945, hendaknya bisa terkoreksi dengan baik, dan bersifat gradual, reformasi ulang, bukan revolusioner yang ekstrim-radikal.
Untuk upaya penyadaran publik (public awareness) melalui acara Bedah Buku Jihad Intelektual perlu segera kita lakukan. Dan itu merupakan salah satu langkah yang amat tepat untuk kebutuhan masa kini dan keberlanjutannya ke depan.
Demikian narasi singkat dibuat, dalam upaya memantapkan perjalanan NKRI menuju ke arah yang sejalan (on the track) dengan Pancasila dan UUD 1945
Save NKRI, demi kehidupan Rakyat Indonesia yang lebih baik dan berkemajuan.
Syukron barakallah.
Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir H Apendi Arsyad, M.Si (Pendiri dan Wasek Wankar MPP ICMI merangkap Ketua Wanhat MPW ICMI Orwil Khusus Bogor, Pendiri dan Dosen Senior Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)