Bismillahir Rahmanir Rahiem
Astaghfirullahal aziem
Penyakit pengikut “kafirun” di masa Nabi Luth, mereka berperilaku menyimpang “bersodomi” dalam bentuk perbuatan” lesbian (bersetubuh sesama perempuan), dan gay (bersenggama sesama lelaki), dan sekarang kemaksiatan berkembang lagi menjadi bisex dan transgender, disingkat LGBT yg diharamkan bahkan dikutuk dan dimurkai Allah SWT. LGBT, penyakit sosial bertebaran lagi, marak lagi dan bergentayangan lagi di bumi Tegar Beriman Bogor.
Sejumlah pria bertelanjang sesama jenis laki-laki dalam satu kamar hotel, digeruduk polisi di sebuah kamar hotel tempo hari. Mereka para gay pengidap sodomi, sedang mengadakan acara pesta sex sesama jenis (gay) yang berkedok “family gathering” diselenggarakan di sebuah hotel di kawasan Puncak Bogor beberapa waktu lalu, astaghfirullahal aziem.
Akhirnya mereka digerebek dan ditangkap aparat keamanan/kepolisian wilayah Bogor, berkat adanya laporan warga masyarakat setempat, dan mereka puluhan orang ditangkap sedang “bermain sodom” tanpa busana dan digelandang dibawa malam itu juga ke Mapolres Bogor. Untuk selanjutnya mereka dilakukan investigasi dan penyelidikan pendalaman atas perbuatan maksiat dan amoral dan perbuatan terkutuk dan dimurkai Allah SWT tersebut.
Sepatutnyalah kita mengucapkan.terima kasih kepada pihak Kepolisian Bogor, bapak-bapak polisi yang bertugas atas jasanya dalam menangkap, menindak dan berikutnya, hendaknya bisa dibawa ke meja hijau di Pengadilan Negeri untuk disidangkan agar mendapat hukuman setimpal atas perbuatan kriminalnya, agar perbuatan tercela, asusula melanggar aqidah agama tsb, yang telah meresahkan masyarakat yakni perbuatan maksiat sodomi oleh para penikmat dan pecandu Gay bisa dicegah dan dibasmi di bumi Pancasila yang hidup Berketuhanan Yang Maha Esa (mayoritas penduduknya lebih dari 85 persen, beragama Islam,.masyarakat bertauhid..”Lailllahaillah Muhammadar Rasulullah”.
Terjadinya peristiwa pesta sex para gay, perbuatan terkutuk ini, sungguh amat memalukan bagi warga Bogor, Kabupaten Bogor dan barangtentu juga bagi warga yang bermukim di Kota Bogor tetangga dekatnya.
Mari kita merenungkan sejenak tentang apa dan mengapa itu bisa terjadi di bumi Tegar Beriman Bogor, dimana masyarakatnya sangat agamis penganut agama Islam yang taat beribadah. Kawasan puncak Bogor terkenal daerah santri, bermukim banyak para Habib, Ulama dan Ustadz/guru agama Islam. Kita berkeyakinan bahwa warga Bogor, mudah-mudahan tidak ada yang terlibat sebagai peserta “pesta sex LGBT” di hotel tersebut. Mereka yang datang ke kawasan ekowisata Puncak Bogor berpesta sex sesama jenis gay, adalah para pendatang di luar wilayah Bogor.
Sehubungan dengan kejadian maksiat yang memalukan itu, maka kiranya kita berhak pula untuk bersikap tegas menolak adanya pesta sex LGBT yang berkedok acara “family gathering” tersebut untuk mengelabui masyarakat setempat dan wabil khusus aparat keamanan/kepolisian RI sektor setempat.
Kita bersyukur alhamdulillah, berkat kepedulian warga Puncak Bogor setempat melaporkan ke pihak kepolisian sektor dan wilayah setempat, aparat keamanan bergerak cepat dan tangkas, sehingga para pelaku sodomi bisa ditangkap, dan untuk selanjutnya bisa diproses perbuatan amoral dan kriminal tsb di pengadilan, demi penegakan hukum dan keadilan. Kita tunggu cerita nasib mereka pencandu/pengidap sex bebas Gay selanjut, apakah berkelanjutan atau berhenti di tengah jalan, alias dipeti eskan aparat.? Mudah-mudahan para aktivis LSM anti dan tolak LGBT terus memantau kelanjutan proses penegakan huknya, termasuk pula pemilik hotel yang memberi tempat bermaksiat LGBT, melanggar KUHP tsb agar juga diproses, semoga “tidak masuk angin”, nauzubillahi minzalik.
Melihat fenomena sosial berjangkitnya wabah LGBT dari dulu hingga sekarang, kita wajib mewaspadai gerak langka mereka, maka semua komponen bangsa, terutama Ormas Islam Bogor ikut bertanggungjawab dalam mencari berbagai solusi guna membantu Pemerintah RI, bagaimana mencegah dan membasmi wabah LGBT di wilayah Bogor?
Beberapa tahun lalu, sekedar mengingatkan, ketika saya AA menjabatkan Ketua Wandik Kota Bogor periode tahun 2013-2019, saya pernah menggalang kekuatan melawan penyakit sosial berjangkit wabah LGBT di Kota Bogor, dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah (FGD) thn 2015, dihadiri para pendidik bertempat di sekretariat Wandik jln Julang No 7 Kota Bogor. Kemudian dilanjutkan penyelenggaraan Seminar nasional membahas Bahaya LGBT bagi Dunia Pendidikan dan Keluarga serta Mendeklarasikan Tolak LGBT di Balai Kota Bogor pada tahun 2016.
Kemudian 2 tahun berikutnya, tepatnya thn 2018, kami bersama tokoh masyarakat peduli pendidikan Kota Bogor, para ustadz ponpes dan para Habaib, kemudian menggerakan kekuatan ribuan massa umat Islam Bogor melakukan demonstrasi unjuk rasa ke Balai Kota.menemui bpk Wali Kota Bogor dan anggota Forkompimda Kota Bogor, longmarch berjalan kaki para pengunjuk rasa, penuh semangat-militansi, terutama kaum santri, ibu-ibu (emak-emak) membawa berbagai poster dan spanduk Anti dan Menolak LGBT, massa Rakyat berjalan kaki, membentuk formasi barisan teratur, dimulai dari halaman Masjid Raya Bogor, melalui jalan raya Pajajaran, Jln Otista, jln pasar Bogor, jln Ir.Haji Djuanda, dan berakhir massa demontran berkumpul di halaman Balaikota Bogor, sambil mendengarkan orasi para tokoh masyarakat, para Habib dan ustadz yang berorasi diatas mobil bak terbuka secara keras, lantang dan tegas bersikap anti dan menolak LGBT di wilayah Bogor.
Peristiwa demontrasi menolak LGBT dengan ribuan massa Rakyat Bogor dari berbagai elemen masyarakat itu pernah berlangsung pada tahun 2018, memadati badan jalan raya. Kami bersyukur munculnya kesadaran kolektif masyarakat Kota Bogor akan bahaya dan menolak LGBT. Artinya dari berbagai pertemuan Tokoh Masyarakat bangsa dan ummat yang berhimpin dalam beberapa Ormas yang peduli terhadap bahaya dan ancaman LGBT memiliki persepsi dan cara pandang (mindset) dan gerak langka yang sama untuk bergerak mencegak wabah LGBT, melalui desakan kepada Pemda Kota Bogor lebih pro aktif menanggulangi penyakit sosial LGBT baik melalui regulasi spt Perda maupun serangkaian program aksi dinas-dinas bersama Ormas/LSM untuk membasbi LGBT.
Jauh sebelum terjadinya demontrasi besar-besaran menolak LGBT, Wandik Kota Bogor kira-kira thn 2015 telah menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) membahas tentang problematika semakin maraknya wabah LGBT (lesbian, gay, bisex dan transgender) dan bahayanya bagi kelangsungan kehidupan masyarakat beradab di Kota Bogor. Peserta FGD Wandik Kota Bogor pesertanya lk 30 orang terdiri unsur pengurus Wandik, pimpinan Disdik, PGRI, BKPTS, perwakilan Komite Sekolah dan para Kepala Sekolah SMP dan SMK yang terpilih.
Mereka para gay berdasarkan data dan informasi yang kami peroleh, mereka telah suskses memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana publik seperti taman-taman kota untuk “berkumpul” dan menggunakan sarana media sosial spt WA, FB, Twitter etc dalam berkomunikasi dengan nama grup yang banyak dan bervariasi, gerak-gerik para gay semakin vulgar yang membahayakan kehidupan generasi muda bangsa, terlebih bermunculan para korban di kalangan anak-anak dan remaja yang dimangsa para predator gay-dengan cara membujuk rayu kemudian mensodomi anak-anak, bahkan si korban ada yang sampai dibunuh oleh sang predator gay.
Pada thn 2018, saya selaku Ketua Wandik Kota Bogor bersama kawan aktivis Ormas Islam yang tergabung dalam Forum Sinergi Muslim (FSM) Bogor, menyimpulkan bahwa Kota Bogor dalam kondisi darurat LGBT, dan sangat membahayakan kehidupan generasi muda Bogor, terutama pemuda, mahasiswa, siswa dan pelajar di sekolah, termasuk anak-anak PAUD dan TK. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan agar generasi muda bangsa yang berada di keluarga dan sekolah-sekolah, jangan sampai dirusak moralnya oleh penyakit sosial LGBT yang semakin mewabah di lingkungan sosial melalui pemanfaatan sarana publik Taman-taman Kota dan saluran media sosial yang semakin marak dan berjangkit di lingkungan masyarakat, disinyalir berjangkit di lapisan sosial kelas bawah, juga kalangan kelas menengah dan bahkan kelas masyarakat atas (elite).
Dalam upaya membangun kesadaran waspada terhadap bahaya LBGT, Wandik Kota Bogor melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para guru selaku pendidik dan tokoh masyarakat terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga melalui Tim Penggerak PKK Kota Bogor berkerjasama dengan Ketua PKK isteri Wali Kota Bogor ibu Dr.Yane Adrian Bima Arya dan mengundang ibu Prof.Euis Sunarti/ GB IPB pegiat Keluarga Bahagia dan nara sumber ahli kesehatan dari Pengurus ICMI Pusat ibu dr.Inong, sedangkan saya AA selaku host/Ketua Wandik Kota Bogor sebagai pemakalah pembahas seminar. Untuk penyelenggaraan seminar nasional yang membahas tema “Bahaya LGBT bagi Dunia Pendidikan dan Keluarga”, disponsori Sekdakot Bogor bpk.H.Ade Syarif dan Ketua Baznas Kota Bogor.
Sehubungan dengan itu dengan misi dan tujuan seminar anti LGBT untuk mengedukasi masyarakat melalui pemanfaatan saluran para tokoh Pemangku kepentingan (stakeholders) sekitar 200 orang sebagai peserta seminar, memenuhi ruang Pasebahan Balai Kota Bogor. Mereka para peserta seminar yang mengambil tempat di Balai Kota Bogor, berasal dari unsur perguruan tinggi/para dosen, para Kepsek, Ketua Komsek, Guru-guru BP SMA/SMK, Pimpinan Ormas termasuk DPD KNPI, PKK, PGRI, MUI, ICMI, Kahmi Bogor, Baznas Kota Bogor, Ormawa spt pimpinan HMI, PMII, IMM, Pemuda Muhammadyah, ArIrsyad, Pemuda Ansor, Matul Anwar, Persis, NU dan DPC Muhammadya, unsur media baik wartawan media cetak dan media sosial/online, serta barangtentu Kadisdik Kota Bogor beserta jajarannya.
Saya AA dalam seminar itu bertindak sebagai salah seorang narasumber pembahas, dengan judul makalah saya “Bahaya LGBT Bagi Dunia Pendidikan dan Keluarga, serta Deklarasi Tolak LGBT di Kota Bogor”. Makalah tersebut telah dimuat dalam satu chapter tersendiri, dilampirkan materi Deklarasi Anti dan Menolak LGBT, dan diterbitkan dalam buku saya AA berjudul ” Kritik dan Saran Untuk Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan Kota Bogor”, tertulis pada halaman 453-464, IPB Press thn 2019, bisa didapatkan/dibeli di Corner IPB Press, Serambi-Maal Botani Square Baranangsiang Kota Bogor.
Sedang isi Deklarasi Anti dan Menolak LGBT ada 4 butir sikap stakeholders pendidikan Kota Bogor, ditandatangi lebih dari 100 orang.Tokmasy, untuk jelas narasinya bisa dan harap dibaca dalam buku saya AA tsb, terdapat pada halaman 465-466, terlalu panjang jika ditulis disini.
Hasil-hasil pemikiran dan pokok-pokok pikiran seminar tersebut tersiar dan terpublikasi ke masyarakat umum dengan baik, sehingga membawa efek, saya banyak didatangi oleh para wartawan media cetak dan media sosial-online untuk wawancara tentang seputar berbahayanya LGBT dan menolak LGBT jangan sampai berkembang biak, di lingkungan masyakat kota Bogor, khabarnya mulai semarak.
Selain itu, saya selaku Ketua Wandik Kota Bogor diundang oleh pimpin Ormas dan LSM peduli dan anti LGBT antara lain FSM dll untuk membahas cara dan strategi penanggulangan penyakit sosial bahaya LGBT sebagai bahan rekomendasi kepada Pemkot/Wali Kota Bogor dan Pimpinan DPRD Kota Bogor. Tim Pokja perumus Rekomendasi pencegahan dan penanggulangan bahaya LGBT dibentuk dan telah menghasilkan rumusan materinya, yang alhamdulillah telah disampaikan kepada Wali Kota Bogor pada saat perwakilan demontran diterima Forkopimda Kota Bogor di Balai Kota Bogor thn 2018 waktu itu.
Selanjutnya Tim Pokja FSM Bogor belasan orang telah mendatangi gedung DPRD Kota Bogor, beraudiensi dan diterima oleh Ketua DPRD Kota Bogor kang Dr.Atang Trisnanto didampingi beberapa orang anggota Fraksi DPRD Kota Bogor. Singkat kata hasil rekomendasi Pokja FSM tentang bahaya dan solusi penanggulangan penyakit sosial LGBT direspon positif DPRD Kota Bogor, dengan faktanya dihasilkan sebuah Perda.
Akan tetapi Perda tsb bersifat “mandul” akibat tidak terbitnya Perwalkot Bogor sebagai dasar program kerja/RKP Dinas-dinas dan Lembaga sosial menggunakan dana APBD diperuntukan penanggulangan penyakit sosial LGBT, yang tak kunjung ditandatangi oleh Dr.Bima Arya Wali Kota Bogor hingga akhir jabatannya. Kita tidak tahu persis alasannya apa dan mengapa permisif demikian? Tapi yang terdengar rumor di publik bahwa Walkot dipreusser oleh kekuatan loby para supporter dan sponsor gerakan pro LGBT global, yang kita paham mereka memiliki jejaringan dan sumber pendanaan internasional yang cukup kuat dan besar untuk merusak moral anak bangsa Indonesia yang Pancasilais, nasionalistic based on religous, ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, wallahu aklam bissawab.
Jadi masuk diakal bahwa upaya penanggulangan penyakit sosial LGBT tersebut kandas akibat Perdanya tumpul dan mandul tanpa Perbup/Perwalkot, sehingga boleh jadi terus berjangkitnya wabah LGBT masih bergentayangan di lingkungan masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor, sebagaimana peristiwa pesta maksiat sex para gay berkedok “family gathering” di Puncak Bogor yang lalu, yang saat ini para pelaku gay ditangkap dan diinterogasi di Mapolres Bogor.
Semoga pihak Kepolisian Bogor bekerja presisi, profesional dan menegakan hukum, ada efek jera pengidap gay (kaum sodom) demi menjaga ketertiban sosial, membasmi kejahatan, perbuatan amoral, dan keadilan sosial. InsyaAllah, kehidupan masyarakat tercegah dari perbuatan maksiat yang berkesinambungan. Semoga kita warga bangsa selalu dilindungi dan ditolong Allah SWT selaku hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, gemar berbuat amar makruf nahi mungkar dan percaya hari akhirats/kiamat, Aamin3 YRA.
Save Masyarakat dan Save Generasi Muda penerus bangsa Indonesia dari wabah maksiat LGBT.###
Gallery and Ecofunopoly, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel.Sindangsari Botim City, West Java, Selasa 1 Juli 2025
Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor thn 1986-2024, Pendiri dan Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor, Ketua Wandik Kota Bogor 2013-2019, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di Media Sosial)