jurnalbogor.com – Kepala Desa Pasirmadang Encep Suryadi mengaku kecewa setelah usulannya di setiap di Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, tak pernah dijawab.
Bahkan Encep mengungkapkan kekecewaannya lantaran di setiap tahun usulannya tak pernah di respons Pemerintah Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor kerap disebut sebagai daerah penyangga ibu kota, tetapi melihat kondisi ini kemajuannya masih jauh dari harapan.
“Kapan Kabupaten Bogor ini menjadi Kabupaten Bogor termaju, Kabupaten Bogor selaku penyangga ibu kota. Bagaimana mau maju, mau hebat, penyangga sumber dayanya terbengkalai,” kata Kades Pasirmadang dengan lantang, Rabu (12/2/2024)
Salah satu persoalan yang menjadi sorotannya adalah kondisi pendidikan di wilayahnya.
Disebut Encep, sejak tahun 2017, pihak sekolah terus meminta bantuan untuk relokasi dan perbaikan gedung baru. Namun, hingga saat ini, tak ada realisasi yang jelas.
“Tolong dicatat pak, semisal SDN Pasirmadang 2 itu sekolah sehebat apapun adanya di wilayah kita, tanpa ditunjang sarana pendidikan yang baik percuma saja. Tanpa dibarengi fasilitas atau sarana yang baik , percuma hasilnya tidak akan baik pula. Hanya 2024 kemarin kami mendapat satu gedung tiga ruangan itu juga harus rebutan dengan desa lain,” tambahnya.
“Untuk sekarang gak ada lagi disini ini Musrenbang kemana,” beberapa dia.
Terlebih kata dia dengan program visi-misi “Satu Desa, Satu Sarjana” yang dicanangkan, ia menilai tidak akan sejalan dengan kondisi pendidikan dasar yang terbengkalai.
“Kami tidak mau, kami menjabat di desa hanya jadi penonton. Apalagi dengan visi misinya satu desa satu sarjana. Mau bagaimana mau Sarjana sekolah dasarnya saja gak di jawab-jawab, hanya omon-omon doang kita melangsungkan Musrenbang hanya dengan dasar saran saja ?,”
Selain pendidikan, Kepala Desa Pasirmadang juga mengkritik lambannya peningkatan infrastruktur jalan.
Sejak tahun 2014, desanya telah mengusulkan perbaikan jalan STA Pasirmadang–Cisarua–Cileuksa, yang menurutnya sangat penting untuk akses masyarakat.
“Ini pembangunan kebijakan Kecamatan Sukajaya di mana? Jalan ini pembuka akses! Kalau dilaksanakan oleh desa sendiri berat di ongkos. Saya sudah dua periode menjabat, tapi belum setengahnya terbangun!” keluhnya.
Ia bahkan mengancam untuk tidak lagi menghadiri Musrenbang jika usulan mereka terus diabaikan.
“Kalau hari ini satu pun usulan saya tidak ada yang masuk, buat apa saya datang lagi? Bila perlu, pecat saya dari jabatan kepala desa kalau saya tidak bisa memperjuangkan ini!” ujarnya dengan tegas.
Ia berharap forum Musrenbang tidak hanya sekadar menjadi agenda tahunan tanpa hasil konkret.
“Tolong pemangku kebijakan perencana dalam rapat Musrenbang ini jangan hanya menjadikannya dokumen di ruang arsip. Musrenbang itu harus terukur!.” Tandasnya.
(Arip Ekon)