jurnalbogor.com – Universitas Pakuan (Unpak) melaksanakan kegiatan fasilitasi mutu perguruan tinggi, tentang evaluasi Program Perguruan Tinggi Mandiri Bergotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) 2023 di ruang teater lantai 10 Gedung Pakuan Siliwangi (GPS), Rabu (7/2/2024).
Diketahui, kegiatan ini dilakukan dalam rangka pemetaan kebutuhan fasilitasi peningkatan mutu perguruan tinggi di lingkungan LLDIKTI Wilayah IV serta implementasi dan mendorong MBKM Mandiri.
Dalam evaluasi ini juga dibahas mengenai rencana Program Perguruan Tinggi Mandiri Bergotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) 2024.
“Ada sosialisasi dari ketua (PTMGRMD) yang dilaksanakan di Kabupaten Sumedang, dan itu akan mulai pada bulan depan,” ujar Ketua Paguyuban Guru Besar LLDIKTI WIlayah IV, Prof. Endang Komara kepada awak media.
Menurut dia, apabila kuliah kerja nyata (KKN) tematik mandiri di bawah LLDIKTI memiliki empat tipe. Antara lain hanya berlangsung enam minggu saja. Kemudian untuk tipe keda hingga keempat dilaksanakan selama empat bulan.”Mahasiswa mendapatkan sekitar 20 SKS dari KKN tematik mandiri membangun desa. Dan untuk tahun ini akan berlangsung di kabupaten Sumedang,” ungkap Endang.
Sementara biaya yang dibutuhkan untuk KKN tematik mandiri membangun desa ini dibebankan ke perguruan tinggi. Sebab, kegiatan ini menjadi salah satu bukti ada kesesuaian antara perguruan tinggi dengan masyarakat di KKN tematik tipe empat. “Ada 18 PTN di luar LLDIKTI Wilayah IV yang ikut bersama-sama di Kabupaten Sumedang,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala LLDIKTI, M. Samsuri menuturkan untuk KKN tematik mandiri 2024 ada 1.447 mahasiswa akan terjun ke masyarakat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang menyediakani 251 desa, namun baru bisa penuhi 150 desa saja.
“Selama empat bulan mereka ada di desa. Saling belajar kepada masyarakat dan mahasiswa juga dengan dosen pendampingnya bisa memberikan inovasi kepada masyarakat,” ucapnya.
Sedangkan untuk dasar pemilihan desa sebagai lokasi KKN tematik mandiri tergantung dari masing-masing kebutuhan, karena tidak semuanya butuh tinggal. Ada setiap desa itu berbeda.
“Misalnya yang kekuatannya untuk dijadikan desa wisata. Nah itu yang di dorong. Kemudian ada desa yang mengandalkan sektor pertanian, ada desa yang kekuatannya untuk UMKM tradisional. Sesuai dengan potensi desa masing-masing,” tandasnya.
(FDY)