jurnalbogor.com – Koperasi Merah Putih (KMP) Kelurahan Cibadak, Tanah Sareal, Kota Bogor melakukan launching perdana penjualan produknya, Jumat (10/10/2025). KMP ini fokus pada penjualan sembako yang dibutuhkan masyarakat seperti beras, minyak goreng, tepung terigu dan sejumlah bahan makanan lainnya.
“Modal yang digunakan dari simpanan pokok dan wajib anggota. Tidak meminjam ke bank dulu, warga yang sudah daftar jadi anggota kita ambil dananya dan yang sudah bayar dibelanjakan, dana dari pengurus juga ada dana wakaf pengurus. Tidak hanya sembako ke depan mau jual gas juga,” ujar Ketua KMP Kelurahan Cibadak, Yeni Yulnaentin.
Dia menjelaskan alasan tidak mau pinjam ke bank soal pendanaannya agar koperasi bergerak dulu, tanpa harus menunggu-nunggu dana.
Wakil Ketua Bidang Usaha KMP Kelurahan Cibadak Ujang Sutisna juga menjelaskan KMP memulai penjualan sesuai permintaan Lurah Cibadak Herri Chaerudin.
“Kami lakukan percepatan menggunakan dana yang ada dulu karena Pak Lurah (Herri Chaerudin) ingin adanya koperasi ini bisa segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” kata Ujang Sutisna.
Anggotanya sendiri tersebar di 15 RW dengan total 63 warga yang sudah daftar. Perihal barang, KMP Kelurahan Cibadak mendatangkannya dari Bulog untuk beras, dan dari Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food untuk terigu dan minyak, sedangkan barang lainnya dari supplier koperasi.
Ujang Sutisna memastikan ada selisih lebih murah jika anggotanya membeli barang di KMP Kelurahan Cibadak. Namun tak dipungkiri, masyarakat banyak yang tertarik melakukan peminjaman uang dibanding belanja barang.
“Kami belum memakai fasilitas yang ditentukan pemerintah misalnya permodalan mengambil pinjaman dari Bank Himbara. Memang berdasarkan survei di lapangan, koperasi itu tempat peminjaman uang, tetapi kami tidak melakukan pinjaman dulu,” jelasnya.
Tetapi KMP Kelurahan Cibadak mau membantu warga yang berjualan, misal jualan goreng pihaknya akan mensupport bahan baku terigu misalnya. Masalahnya kata Ujang Sutisna koperasi ini baru berjalan, jika melakukan pinjaman harus dibayar tepat waktu setiap bulannya sehingga akan fokus ke pendanaan dari anggota, pengurus, dan dana wakaf yang dikelola.
“Ke depan kami ingin dipermudah dapat barang, kalau sekarang kesulitan dapat Minyakita karena sudah dijual oleh distributor. Masalahnya kalau barang itu dijual ke koperasi dengan harga tinggi, kalau belum HET mau berapa kita jual ke masyarakat,” jelasnya.
Dia juga mengaku kesulitan mendapatkan gas melon 3 Kg. “Ada yang sudah registrasi tapi belum realisasi juga sampai sekarang. Nah, kalau untuk koperasi berjalan dulu sesuai kemampuan kita saja,” tandas Ujang Sutisna.
Kasi Ekbang Kelurahan Cibadak Indri Sandrianti juga berharap dengan adanya penjualan perdana KMP Kelurahan Cibadak, warga dan pengurus RT RW bisa antusias menjadi anggota.
“Ada inovasi, kita buka gerai sembako, anggota dapat harga murah, inovasi kedua diberi tempo pembayaran jadi bisa dibayar di bulan berikutnya. Untuk uang Rp120 ribu (simpanan wajib dan pokok, bisa dicicil dua kali. Dan keuntungan lainnya anggota tentunya dapat SHU,” jelas Indri.
Diakuinya, warga memang banyak lebih tertarik ke pinjaman dana cash, namun KMP Kelurahan Cibadak tidak melayani peminjaman dana. Untuk sekarang buka gerai sembako dan ke depannya jual gas.
“Bisa saja jika sudah berkembang bisa simpan pinjam. Sekarang kami ingin lebih banyak warga yang ikut dulu saja,” ungkapnya.
Sementara saat penjualan perdana, KMP Kelurahan Cibadak kedatangan Wakil Ketua Kadin Kota Bogor Bidang Koperasi dan UKM, Syafei. Dia menawarkan sejumlah terobosan agar KMP berjalan sesuai harapan.
“Kami membangun sistem KMP berbasis website bisa dipakai untuk operasional koperasi, pendampingan dan monitoring,” kata Syafei.
Kunjungan ke KMP Cibadak diakuinya sudah melakukan komunikasi untuk pendampingan. “Alhamdulillah Cibadak sudah membuka, mudah-mudahan kelurahan lain juga,” jelas Syafei yang juga Ketua KIB (Kolaborasi Inovasi Brilian).
Dia menjelaskan, ada sejumlah persoalan koperasi yang hingga kini perlu dibicarakan bersama, khususnya untuk Kota Bogor jika melakukan pinjaman ke bank Himbara penjaminannya adalah DAU (Dana Alokasi Umum).
“Jangan sampai jika DAU macet, pembangunan Kota Bogor terhambat. Makanya kami akan ketemu Pak Wali (Dedie Rachim). Kami juga ingin ada pembentukan forum pendampingan KMP, ada akademisi dan Dekopinda. Tujuannya agar program baik ini dapat berjalan baik dan memberikan manfaat buat masyarakat,” tandasnya.
(asepsayyev)