jurnalbogor.com – Kementerian Transmigrasi berkolaborasi dengan IPB University menggelar pelatihan Manajemen Rantai Pasok dan Rantai Nilai dari 80 Kawasan Prioritas Transmigrasi mulai dari Aceh hingga Papua. Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari sejak Selasa (04/11/2025) hingga Jumat (07/11/2025) di Jakarta dan Bogor.
“Kawasan Transmigrasi banyak memiliki produk unggulan, misalnya Rasau Jaya, di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, yang punya produk unggulan Pinang (Areca catechu) saat ini sudah akan ekspor,” kata Handian Purwawangsa, Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB University (DPMA-IPB).

Handian menjelaskan, bahwa pelatihan di IPB ini dilaksanakan pada hari ketiga dengan fokus materi kelas dan kunjungan lapang terkait pengolahan pasca panen dan inovasi produk.
”Kami mengajak peserta untuk mendorong hilirisasi komoditas lokal di kawasan transmigrasi,” ujar Handian, yang dalam pelatihan memberikan materi terkait ekosistem bisnis.
Materi kelas dalam pelatihan ini mencakup pengembangan prasarana dan sarana hilirisasi, penyusunan standar operasional produksi, dan strategi diversifikasi produk agar komoditas lokal dapat memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar.
”Disini peserta bisa melihat langsung ekosistem bisnis di ATP, termasuk struktur bisnis ATP, program unggulan yang dijalankan, serta fasilitas pendukung,” imbuh Handian.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (PEM) Transmigrasi berkolaborasi dengan DPMA IPB University. Selain materi kelas, peserta diberi kesempatan untuk melihat inovasi produk-produk dari Agribusiness Technology Park (ATP).

Dalam kunjungan, peserta diajak melihat langsung proses sortir, grading, penyimpanan, pengemasan dan pengolahan produk turunan dari mitra UMKM yang kemudian dipasarkan lewat Sobatani Kafe dan jaringan mitra off-taker lainnya. Rangkaian kunjungan memperlihatkan ragam inovasi budaya dan pengelolaan sumber daya pertanian.
Selain itu, peserta melihat praktik budidaya sayuran organik yang menggunakan screen house untuk mengurangi serangan hama. Apabila masih terserang, solusi alaminya dengan menerapkan ekstrak bawang putih dan daun serai sebagai pengendali hama. Kemudian dalam hal pemupukan, ATP memperkenalkan pupuk organik hasil fermentasi urine kelinci yang dipakai untuk meningkatkan kesuburan tanah secara ramah lingkungan.
“Tujuan kunjungan ke ATP ini agar peserta bukan hanya membawa teori, tetapi mampu melatih dan mengimplementasikan langsung pengetahuan tersebut di wilayah transmigrasi masing-masing,” ujar Fikri, Staf Dirjen PEM Transmigrasi Kementrans.
(yev/rls)






