jurnalbogor.com – Salah satu anggota Asobsi Kota Bogor yaitu Bank Sampah Barokah berhasil melakukan pengelolaan sampah. Bersinergi dengan multipihak, Bank Sampah Barokah kini sudah memiliki nasabah, dan secara terjadwal melakukan penimbangan sampah setiap dua minggu sekali.
Pengurus – pengurus yang terlibat juga berasal dari warga sekitar yang memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga lingkungan tetap bersih dari pencemaran sampah. Bank Sampah Barokah pun sudah sudah memiliki anggota Bank Sampah Umum ( BSU) dan Bank Sampah Indukan (BSI) yang terbilang cukup aktif.
“Kami melakukan pemilahan sampah dan menjalankan Bank Sampah ini, dengan kesadaran bahwa kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab kita. Jadi aktivitas ini sudah mendarah daging. Selain itu, jika bisa dikelola dengan benar, sampah sebenarnya memiliki nilai tukar ekonomi yang cukup tinggi,” jelas Gingin, salah satu pengurus dari Bank Sampah Barokah.
Disisi lain, keberhasilan Bank Sampah Barokah tentu tidak diupayakan sendiri, kolaborasi multipihak menjadi salah satu kunci suksesnya. Saat ini, kolaborasi yang sedang berlangsung ialah dengan Cocacola dan Asobsi Kota Bogor melalui program Mandiri Pilah Sampah.
Secara berkala mereka melakukan pendampingan dan peningkatan kapasitas untuk pengurus – pengurus Bank Sampah di Kota Bogor, mulai dari pembekalan materi edukasi, pemberian kelengkapan infrastruktur, sampai pembenahan buku besar pencatatan Bank Sampah. Melalui program Mandiri Pilah Sampah, Bank Sampah Barokah sudah berhasil mengelola sampah dengan nilai tukar Rp60 juta yang langsung masuk menjadi tabungan nasabah.
Director Bank Sampah Barokah Darga mengakui bahwa kolaborasi dengan Asobsi Kota Bogor menjadi salah satu praktik baik yang nantinya dapat direplikasi ke wilayah lain. Selain membantu percepatan pencapaian target nasional, Bank Sampah juga menjadi alternatif yang baik untuk pengelolaan sampah di tingkat masyarakat.
“Pengelolaan sampah harus dilakukan dari tingkat terkecil seperti individu dan rumah tangga sampai ke tingkat nasional, untuk meminimalkan bahkan meniadakan sampah yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Bank Sampah dapat menjadi sarana edukasi yang baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Dalam kolaborasi ini kami berperan untuk meningkatkan kapasitas pengurus dan manajemen Bank Sampah, agar nantinya mereka dapat memiliki sistem yang lebih baik,” pungkas Darga.
Menyinggung terkait target jangka panjang, Darga menyampaikan bahwa akan terus melakukan pendampingan Bank Sampah dan menyasar lokasi baru di Kota Bogor. Strategi yang diterapkan tentu mengambil pembelajaran dari kolaborasi bersama Bank Sampah dengan Asobsi Kota Bogor.
“Harapannya bisa lebih banyak kolaborasi secara masif antara masyarakat, private sector, lembaga filantropi dan pemerintah untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik kedepannya,” jelas Darga.
Seperti diketahui, penting bagi kita untuk terus membenahi sistem pengelolaan sampah yang ada. menurut data SIPSN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022, menunjukan bahwa timbulan sampah di Indonesia mencapai 19 juta ton, dengan 4.2 juta ton yang belum berhasil dikelola.
Melihat target yang dituangkan dalam Kebijakan dan Strategi Nasional seharusnya Indonesia mampu mencapai 70% penanganan sampah, dengan 30% pengurangan di tahun 2025. Namun nyatanya, saat ini pada skala perkotaan, Indonesia baru berhasil menangani 54.5% sampah, dengan 0.7% pengurangan (SUSENAS MKP 2019, dikelola oleh BAPPENAS). Berangkat dari hal ini, tentu diperlukan upaya kolaborasi dan sinergi multipihak untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah di Indonesia.
(Wawan Hermawanto)