jurnalbogor.com – Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi darurat pangan yakni melakukan optimalisasi lahan rawa, sawah tadah hujan dan lahan perkebunan.
“Kalau sebelumnya ditanam sekali, sekarang ini harus bisa dua kali tanam,” kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada konferensi pers Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Volume 10 Tahun 2024 bagi Petani, Penyuluh Pertanian, dan BABINSA dengan tema “Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional” via zoom, Kamis (30/5/2024).
Upaya ini untuk mensiasati defisit beras sebesar 3,5 juta ton per tahun. Dengan adanya 3 langkah optimalisasi lahan rawa, tadah hujan dan perkebunan, produksi padi diharapkan meningkat dan bisa menyediakan 4 juta ton beras.
“Kita sedot air dari sungai untuk lahan tadah hujan agar bisa tanam padi. Kita lakukan pompanisasi dan perkebunan yang masih muda juga disela-selanya kita tanam padi atau jagung,” jelasnya.
Dedi Nursyamsi memastikan luas tanam diperlebar agar indeks tanam meningkat dua kali lipat sehingga jika luas tanam mencapai 2 juta hektare maka akan menghasilkan 8 juta ton gabah padi atau setara 4 juta ton beras.
“Kalau ini dilakukan maka tidak lagi defisit beras. Malah bisa melakukan swasembada beras,” tandasnya.
Untuk itu dia mengajak seluruh elemen mulai dari petani, penyuluh pertanian hingga babinsa untuk mensukseskan Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional dengan melakukan optimalisasi lahan pertanian.
“Kebutuhan petani kita penuhi, pupuk sudah tersedia 9,55 juta ton setelah adanya subsidi pupuk Rp26 triliun, termasuk Pak Menteri Pertanian (Andi Amran Sulaiman) telah mengajukan ABT (alokasi biaya tambahan) sebesar Rp6 triliun untuk program ini,” jelasnya.
(yev)