jurnalbogor.com – Universitas Ibn Khaldun Bogor atau UIKA bersama UNIDA, UNB dan IBIK mendapatkan kepercayaan dari DIKTI melalui program penelitian KATALIS untuk merumuskan desa wisata halal berkelanjutan.
“Ya alhamdulillah kita mendapatkan kepercayaan dana hibah untuk melakukan pendampingan di Desa Wisata Benteng, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Benteng melalui program desa wisata halal berkelanjutan,” ujar Prof Immas Nurhayati, MM, yang merupakan dosen UIKA dan ketua penelitian tersebut.
Wisata halal merupakan tren yang dikembangkan oleh industri ekonomi Islam global dan mendapat sambutan yang cukup baik dari dunia internasional. konsep wisata halal sendiri dikembangkan dari fenomena wisata religi yang telah lebih dulu dikenal dalam dunia Islam.
Pada kurun selanjutnya konsep wisata halal kian berkembang pada aspek-aspek fisik berupa layanan perjalanan, hunian, dan makanan yang terjamin kehalalannya, serta adanya fasilitas sesuai syari’at seperti tempat sholat, kamar mandi, bahkan atraksi-atraksi yang bebas maksiat.
Lebih lanjut Immas menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan dalam merumuskan konsep desa wisata halal berkelanjutan adalah melakukan analisis SWOT terkait Desa Wisata Benteng sebagai dasar dalam merumuskan strategi yang tepat. Selanjutnya tim akan melakukan benchmarking ke beberapa desa wisata, baik di Bogor maupun diluar Bogor.
“Benchmarking yang akan kami lakukan yaitu di Bogor sendiri, seperti Desa Wisata Bantar Karet dan Desa Batu Layang, sedangkan diluar kota, kami pilih Gresik dan Lombok. Tujuannya dengan membandingkan model-model pengembangan desa wisata akan dapat merumuskan suatu konsep desa wisata halal berkelanjutan,” jelas Prof Immas Nurhayati.
UIKA Kembangkan Konsep Eduwisata Halal Berkelanjutan
Keberhasilan Indonesia menduduki rangking pertama pada Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2023 lalu menjadikan wisata halal kian diminati oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan pada konsep wisata halal, dari wisata religi, dan penyediaan layanan halal pada eduwisata halal.
“Edukasi berbasis alam sebagai lingkungan hidup manusia selaras dengan nilai-nilai religious Islam, adapun Desa Wisata Benteng memiliki daya tarik utama berupa eduwisata. Oleh karena itu kami dari pihak akademik kampus UIKA melakukan pendampingan dalam upaya mengkolaborasikan kedua aspek tersebut. Hal ini dilakukan dalam upaya mengembangkan konsep wisata halal yang sudah lebih dulu dikenal seperti wisata religi, dan layanan halal,” ungkap Prof. Immas Nurhayati.
Desa Benteng memiliki objek wisata andalan berupa berbagai olahan kebun dan pertanian yang banyak dikembangkan oleh UMKM-nya, seperti perkebunan jambu kristal, pembuatan tepung mokaf, dan produksi susu kedelai.
“Wisatawan yang datang ke Desa Wisata Benteng adalah karena daya tarik eduwisata yang ditawarkannya. Di era sekarang, berwisata tidak sekedar melepaskan diri sejenak dari pekerjaan dan rutinitas hidup yang dijalani, namun telah bertujuan edukatif melalui interaksi dengan alam. Terutama untuk generasi muda yang senang traveling, maka Desa Benteng akan memberikan pengalaman inspiratif baik aspek edukasi alam maupun membangun ekonomi kreatif sebagaimana ditunjukan oleh UKM-UKM Desa Wisata Benteng ini,” demikian Immas menjelaskan.
Kegiatan pendampingan akademisi yang mendapatkan dana hibah DIKTI pada skema penelitian KATALIS ini bertujuan merancang dan mengimplementasikan konsep desa wisata halal berkelanjutan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan mendapatkan pengalaman wisata yang berkualitas.
“Konsep wisata halal berkelanjutan dirumuskan berdasarkan kajian lapangan yang menunjukkan bahwa berwisata merupakan proses memperhatikan, meneliti dan menganalisa alam semesta. Proses ini selaras dengan perintah Allah yang tertera dalam Al-Qur’an yang memiliki tujuan tidak saja menyegarkan secara fisik tapi juga menginspirasi baik edukatif maupun ekonomi.”
“Melalui berinteraksi langsung dengan alam seperti memetik buah jambu kristal lalu memakan hasil petikan tersebut diharapkan terjadi proses edukasi lingkungan dan cara memanfaatkannya dengan baik dan benar tanpa tercampur unsur negatif seperti merusak lingkungan dan alam. Sedangkan menyaksikan dan terlibat langsung dalam proses pengolahan hasil bumi seperti pembuatan tepung mokaf diharapkan dapat menginspirasi secara ekonomi dan bisnis bagi pengunjung. Hal ini selaras dengan tujuan Islam dimana berwisata menjadi berkualitas,” pungkas Prof. Immas.
Penulis: Rofiah Siddiq