My Curhat AA tentang Kasus Maraknya PETI di Rantau Kuantan Riau

  • Whatsapp
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi

Bismillahir Rahmanir Rahiem
Saya baca postingan di Medsos WAG Tokmas Kuansing, bahwa problem keruh dan tercemarnya air tawar Batang (sungai) Kuantan, bukan di DAS Rantau Kuantan semata, tetapi itu dampak kerusakan ekosistem alam, lahan di daerah danau Ombilin, Sumatera Barat.

Pernyataan itu, menurut pendapat saya AA sangat benar adanya. Saya sependapat bahwa penyelesaian masalah pencemaran air DAS Kuantan, perlu dibicarakan, dikoordinasikan, disenergikan untuk mencari solusinya antara Gubernur Riau dan Sumatera Barat. Demikian itu benar adanya, dan perlu ditindaklanjuti oleh para pemimpin Daerah yang lingkungan hidupnya bermasalah.

Read More

Sekedar curahan hati (curhat) menghadapi maraknya permasalahan.Penambanngan Emas Liar/illegal (PETI) yang terus berlangsung hingga kini tanpa.henti selama lk 2-3 dasa warsa terjadi di DAS Kuantan dan DAS Singingi. Dua sungai besar yang melintasi daerah Kab.Kuansing Riau, yang menjadi sumber tumpuhan hidup para pemangku kepentingan (multi stakeholders) dengan keberadaan amat penting dan straregis tsb. Saking begitu penting dan bermakna fungsi dan perannya secara ekologis, maka lahirnya Kabupaten baru, pecahan hasil reformasi Kab.Inderagiri Hulu (Inhu) thn 1999, Kabupaten baru bernama Kuantan-Singingi, disingkat Kuansing.

Jika dianalisis mendalam secara saintific multi dan inter disiplin, yang bersifat holistik, konprehensif dan systemic, maka sebenarnya tidaklah terlalu sulit menemukan akar (main factors) muncul masalah lingkungan di DAS Kuantan, Riau, berupa pencemaran air batang Kuantan.

Betul bahwa penanganan pencemaran ekosistem alam Perairan Tawar sungai Kuantan di Kab.Kuansing, sungguh jelas ada keterkaitannya antara hulu (upland)-hilir (lowland). Daerah hulu seputar Danau Ombilin Provinsi Sumatera Barat, sedangkan daerah hulu sungai Kab.Kuansing dan Kab.Inhu, Rengat, berikutnya bermuara di daerah Kab.Inderagiri Hilir, Tembilahan.

Jadi pemecahan problem DAS, menuntut adanya kalaborasi dan sinergitas mutualistik antara 2 atau lebih Daerah Administratif spt antar lintas wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, etc, yang masuk ke dalam perencanaan program pembangunan.daerah/regional secara terpadu (integrated), di daerah masing-masing, baik pada aspek region/area, multi sektor, multidisiplin saintific, multistakeholders etc.

Ilmu pengelolaan kawasan terpadu (integrated zone management/IZM) spt DAS, telah banyak dipelajari di.IPB University baik pada strata (S) 2 (Magister Sains) maupun S3 (Doktor). Para lulusan S2 dan S3 ilmu pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan (SPL dan PSL) sudah banyak berkiprah di tengah masyarakat Indonesia. Persoalannya, apakah mereka optimal peranannya dalam membantu Pemda-pemda dalam tugas penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan ikut juga memomitor dan mengevaluasi pelaksanaan program pembangunan tsb?

Manajemen DAS memerlukan saintech multidisiplin dan interdisiplin dengan pendekatan terpadu “Integrated River Zone Management” (IRZM), sebab existing condition DAS Kuantan, merupakan masalah ekologis (ekosystem problems), disamping problem kelembagaan sosial yang bersifat struktural lainnya.

Maaf, sekedar info, saya sendiri telah mempelajari dan mendalami saintech tsb di kampus IPB University pada prodi PSL S2 IPB dan SPL S3 IPB, fokus wilayah pesisir dan laut (coastal and ocean zone). Mohon maaf sekali lagi, saya punya pengalaman sedikit menjadi konsultan ahli ICZM di beberapa K/L negara sbg member dan juga team leader of project ICZM selama lk 25 thn, dan saya telah berkeliling ke seluruh Indonesia, dari Sabang NAD sampai ke Merauke, Papua.

Mhn maaf saya cukup percaya diri menulis artikel tentang masalah pengeloaan sda dan lingkungan, demikian itu merupakan kompetensi saya.

Sekedar info saja bahwa saya kasihan melihat problem ekologis DAS dan hutan lindung Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) Riau, sehingga ekosisten hutan tropis mengalami rusak berat yang semakin parah. Jika perbuatan jahat (kriminal) dibiarkan itu terus berlangsung pengrusakan ekosistem alam berlangsung, maka akan berdampak negatif, yang berpotensi besar dan dahsyat akan tejadi tragedi atau malapetaka bersama (“tragedy of the common”, istilah Garet Hardin, thn 1954), dan yang menderita dan sengsara berkepanjangan adalah masyarakat tempatan (local community) yang hidup di sepanjang batang sungai (DAS) Kuantan.

Akan tetapi sayang, zaman Now banyak manusia “dungu dan tuli” tidak mau mendengar suara para ilmuwan dan pakar lingkungan hidup dan pengeloan sda, termasuk kaum pakar lingkungan itu sendiri mayoritas membisu, enggan bersuara kritis untuk mengingatkan, mereka lebih baik mencari posisi/ daerah nyaman (comford zone) utk menyelamatkan kepentingan diri jangka pendek, guna pemenuhan syahwat 3Ta (tahta, harta dan wanita/free sexual).

Ya demikian itulah problems sosial yang kompleks kita rasakan di era Mulyono, kata intelektual kritis Rocky Gerung disebut kita manusia Indonesia sedang menampilkan kepemimpinan nasional dengan “kedunguan, ketololan dan bahkan bajingan”…itu kata RG yang kita simak postingnya, viral di medsos beberapa tahun lalu.

Nampaknya virus apatis dan permisif (masa bodoh, egp) menular ke PTN dan PTS di negeri “Kanoha” ini, kampus sunyi senyap, tanpa suara. Oleh karena itu, maaf saya mencoba mengisi “ruang kosong” tsb dalam kesendirian (alonely one man show), apa boleh buat, dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata-mata dalam rangka beramal sholeh buat kemajuan Nagoruku, tempat kelahiranku. Walaupun resiko menghadang di depan mata.

Makanya saya AA senang berteman dengan para wartawan mass media yang kritis, analitik.dan solutif serta bernyali yang bisa dijadikan kemitraan (partnership) yang efisien dan efektif menyuarakan kebenaran dan keadilan sosial, agar public opini ini didengar oleh para penentu dan pembuat kebijakan (the ruling party).

Alhamdulillah, subhanallah wallahuakbar, suara kritis dan analitik dalam perspektif sains itu sekarang, telah didengar Bapak Bupati Kuansing, Dr Suhardiman Ambi MMAk yang cerdas dan bijaksana, beliau telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Larangan PETI di Daerah Kuansing, Riau, dan telah ditindaklanjuti Kapolres Kuansing atas instruksi bpk Kapolda Riau.

Kini kita menunggu keberhasilan.dari APH untuk mewujudkan Rantau Kuansing “zero PETI” bukan saja dilakukan menjelang Pesta Rakyat Pacu Jaluar tgl 20-24 Agustus 2025 dihadiri Wapres RI beserta beberapa Menteri RI, bukan!.. akan tetapi Zero PETI dipertahan buat selama-lamanya untuk kelestarian SDA dan Jasling, sebagaimana perintah dan permintaan bpk Bupati Kuansing, Dr Suhardiman Ambi MMAk, pemimpin daerah yang cerdas dan manusia bijaksana, wallahu aklam bissawab.

Syukron barakallah, semoga Allah SWT senantiasa menganugerahi rahmat, karunia dan hidayahNya kepada kita para pembaca sekalian, Aamiin-3 YRA ***

Nagori Jaluar Kuansing
Salam kayuah
Tigo Tali Sapilin
Basatu Nagori Kuansing Maju..###

Save Rakyat dan Nagori Kuansing dari bencana alam akibat kerusakan lingkungan DAS oleh PETI, demi masa depan anak, cucu dan cicit kita..!

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel.Sindangsari, Botim.City, West Java, Kamis 29 Juli 2025.

Wassalam.
====✅✅✅
Assoc Prof.Dr.Ir.H Apendi Arsyad.MSi (Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisan2nya di media sosial dalam rangka ikutserta berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas thn 2045)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *