Bismillahir Rahmanir Rahiem
Menyimak dialog dalam sebuah Podcast, yang viral di medsos, semakin tampak jelas kebodohan pucuk pimpinan elite politik (the ruling party) negeri ini, yang pernah berkuasa selama satu dasa warsa ybl.
Salah satu fakta kebodohan tsb, adalah bobroknya public policy di era Mulyono sebagai Presiden RI, yang bobrok itu contoh faktanya Proyek Indah Kapuk (PIK) 2 milik si Aseng Aguan dijadikan proyek Strategis Nasional (PSN) mendapat suntikan dan kucuran dana APBN lk Rp 20 Triliyun kata narsum Podcast tsb.
PIK 2 yang disubsidi uang negara APBN kemudian digunakan menggusur rakyat asli Banten, masyarakat lokal dari Tanah Leluhurnya. Selanjutnya PIK 2 akan menjadi kawasan elite yang bersifat “enclave”, yang peruntukannya akan digunakan utk migran China sebagaimana kecurigaan publik, yang berpotensi mengancam kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Begitu bobroknya, bodoh dan banditnya regim era Mulyono beserta konco-konconya dalam menyusun dan memutuskan public policy, sebenarnya diantaranya terdapat teman2 kita ICMI dan Kahmi, tempo doeloe mereka aktivis HMI di luar kampus (extra universiter). Karena ngak mungkinlah si Mulyono bekerja sendirian, ada timworknya, taskforce dan maaf bahkan ada jejaringan mafianya.
Kita berharap, mudah-mudahan para penjahat dan penghianat NKRI segeralah sadar dan bertaubatan nasuha, tinggalkan perilaku pura-pura bodoh, bobrok doyan berKKN dengan menjual asset negara, menguras uang rakyat, yang akhirnya mensengsarakan Rakyat dan Bangsa Indonesia, serta merepot rezim penguasa saat ini dengan berbagai problem dan trendnya krisis multidimensi.
Inilah salah satu tugas berat yang diemban Presiden RI bpk PS, legasi rezim Mulyono yang bobrok spt IKN Nusantara yang mubazir dan berpotensi memperlemah ketahanan nasional, PSN Eco Rempang City yang menggusur rakyat lokal dan melanggar HAM, Mandalika, Food Estate yang gagal, etc.
Semuanya itu berdampak, membuat Negara RI kekurangan dana untuk membiayai proyek-proyek pembangunan nasional dan proyek-proyek daerah yang dibutuhkan Rakyat, yang akhirnya Presiden RI bpk PS terpaksa membuat kebijakan dan regulasi “efisiensi” penggunaan atau pengelolaan dana APBN dan APBD.
Semuanya belanja proyek dilakukan ASN di birokrasi Pemerintahan baik di Pusat maupun Daerah-daerah dengan “pengketatan ikat pinggang”, dan genjot penerimaan negara sebanyak-banyak dari pajak yang memberatkan Rakyat. Sementara para elite politik (the ruling party) tetap pola dan gaya hidupnya tak berubah, gemar berpoya-poyah, hidup mewah (hedonist) sehingga indeks korupsi tetap meningkat: paradoks dan anomali. Istilah ini telah diperkuat bpk Jenderal (purn) Prabowo Subianto dalam bukunya “Paradoks Indonesia dan Solusinya” terbit thn 2022.
Mengapa pola perilaku kriminal korupsi eskalasinya meningkat, akibat lemahnya penegakan hukum. Penegakan hukum kita “tajam kebawah dan tumpul keatas”, pandang bulu alias diskriminatif. Warga masyarakat kelas atas banyak duitnya karena gemar berKKN, sehingga bisa membela yang bayar, bukan membela yang benar. Penegakan hukum didasarkan dan tergantung pada besarnya transaksional “wani piro” pasal-pasal KUHP bisa ditawar dan dibeli melalui jejaringan mapia hukum negeri ini.
Bagi para koruptor cukup menarik dan menggalakan kelakuan hoby korupsinya, sebab mereka para koruptor sangat paham kalkulasi finansial resikonya. Misalnya menyogok/menyuap oknum pejabat dan para penegakan hukum habis ratusan Milyard, sementara penghasilan bisnis illegal bisa menerima Triliyunan Rupiah spt hasil dari tambang illegal, kebun sawit illegal, usaha perdagangan ekspor-impor illegal, etc.
Jadi memang, karena tak ada efek jerah dalam penegakan hukum, maka hal yang “wajar” fenomena sosial moncernya nama Hercules dalam “mengatur” bahkan menghardik aparatur negara spt Gubernur Jabar KDM, dan pejabat negara pembela NKRI spt mantan Panglima ABRI sekelas bpk.GN dkk, kini pun terjadi, nauzubillahi minzaliq.
Dalam sebuah artikel saya AA pernah saya narasikan berjudul “NKRI menjadi Negara Preman”, untuk penyadaran publik, sudah pernah viral di medsos Junal.Bgr, …nauzubillahi minzalik. Begitulah sikon dan nasib negeri “kanoha”.kita bernama Indonesia, yang sangat memprihatinkan, sedang diacak-acak para penjahat dan penghianat bangsa, yang tak tahu malu, putus urat merasa bersalah dan berdosanya.
Mereka menampilkan berbagai wajah kemunafikan dengan topeng-topeng yang menipu rakyat dengan segala kelicikannya berlindung atas nama hukum yang palsu. Salah satu contoh misalnya kasus ijazah pendidikan Mulyono yang terang benderang dibuktikan secara ilmiah terbukti palsu, tetap saja si Mulyono bersikukuh bahwa beliau memiliki ijazah asli (tidak palsu) yang diserahkan ke pihak Kepolisian RI, akan tetapi anehnya Mulyono tidak mau memperlihatkan ke publik. Manusia waras pun akan berpikir ada gejala keanehan, misteri dan ada sesuatu yang sedang terjadi dan disembunyikan.
Kemudian orang waras pun berpikir lagi, mengapa si Mulyono hanya memberikan ijazah ke Polda Metro Jaya dengan melaporkan 5 orang pakar IT Forensik dan ahli hukum/pengacara sahabatku ES yang selama ini mempertanyakan ijazahnya? Ada gejala aneh bin ajaib disini, mau mengkriminalisasi manusia cerdas dan kritis dalan penegak kebenaran dan keadilan, mau dibungkam menggunaka “institusi negara” ? Wallahu aklam bissawab.
Urat malu, urat merasa bersalah dan urat nadi berdosanya sudah putus, maka mengorbankan nama besar nan mulia spt kampus UGM, tampak styling dan gusture Mulyono merupakan hal biasa-biasa saja, tidak berpikir panjang dengan visi yang luas (visioner) yang seharusnya mencerminkan sosok Negarawan sebagai mantan Presiden ke 7 RI.
Terakhir kita baca di medsos tentang nasib “dosen pembimbing” skripsi Mulyono di Fahutan UGM, bpk Ir.Kasmiyo, yang sdh tua renta, beliau dibebankan lagi untuk bersaksi tentang ijazah UGM, kasihan orangtua tsb.
Anehnya belakangan viral di medsos bpk.Kasmiyo tidak mengaku sebagai dosen pembimbing Mulyono etc. Betul-betul melihat fenomena sosial yang aneh dan sangat ganjil, cukup melelahkan dan menjemukan pikiran dan perasaan (qalbun salim) kita yang waras. Muncul gejala sosial negatif, seolah-olah kita hidup di dunia ini tanpa atau tak memiliki dan tidak mematuhi ajaran agama (aqidah, syariah, muamalah dan akhlaq), sehingga hidup kita tak berTuhan Allah SWT (sekularisme, bahkan mungkin ateisme).
Belakangan ini, si Mulyono membebani lagi institusi negara Bareskrim untuk mempertahankan argumentasi bahwa si Mulyono ijazahnya asli. Ya publik sudah sangat paham akan keputusan Bareskrim Polri, ijazah si Mulyono berdasarkan hasil forensik dan keterangan saksi-saksi, dinyatakan ijazahnya asli dalam sebuah acara konferensi Pers Polri.
Ya sudah, kita menunggu proses di Mapolda Metro Jaya Jakarta, selanjutnya di sidang dan diputuskan para Hakim Pengadilan Negeri berikutnya. Apa ijazah Mulyono asli atau diragukan keasliannya ? Kita tunggu hari mainnya.
Yang jelas kita WNI yang waras, hanya bisa merenungkan, kemudian berkata..” kok persoalan sederhana” untuk menentukan keaslian sebuah ijazah lulusan Perguruan Tinggi: UGM lagi, sampai-sampai melibatkan beberapa Lembaga/Badan Negara. Padahal ini pembuktian keaslian ijazah sebuah pekerjaan simpel. Seandainya ada orang atau publik yang bertanya tentang status keaslian sebuah ijazah seseorang, siapa pun dia status sosial orangnya (karena setiap WNI menurut UUD 1945, sama kedudukannya dihadapan hukum dan pemerintahan), sebetul dengan perilaku bijaksana cukup hanya yang Si empunya ijazah proaktif menunjukan ijazah aslinya kepada yang bertanya…titik.
Faktanya, kok kita baca dan dengar lewat media massa (koran, radio, tv dan majalah Tempo) dan media sosial (WA, Youtube, FB, Twitter etc), proses pembuktian ijazah mantan Presiden RI dibuat ruwet sekali, padahal urusannya sangat sederhana (simpel) ini. Apa yang tengah berlangsung di masyarakat, memang diluar nalar (edan), telah menguras energi dan sudah membawa korban pidana 2 orang (BT dan GN), serta akan “mempidanakan” lagi 5 orang (RS dkk) pengkritik yang dituduh “menghina” di era “distrust society”. Padahal teknologi ITC telah berkembang sangat pesat, misalnya, jika ditanya soal status ijazah asli atau palsu sama alat digital Meta-GPT sebenarnya pun itu bisa terjawab. Jika tidak, bertanyalah pada alam “rumput yang bergoyang” kata seniman tersohor Ebit G Ade…he he heem.
Kita pun ikut merasa penasaran dan prihatin ada gejala apa sesungguhnya yang sedang terjadi di negeri “kanoha” ini, saat ini? Wallahuaklam bissawab.
Sekian dan terima kasih atas segala atensinya, semoga kehadiran Tulisan bisa membangun kesadaran kolektif untuk menjaga dan merawat marwah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar bermoral, beretika, beradab dan berakhlaqul karimah atas aqidah Agama (DinnulIalam) dan landasan falsafah/ideologi Pancasila, serta landasan konstitusional UUD 1945 Asli, semoga Allah SWT melindungi dan menolong hamba-hambaNya yang berimtaq, gemar berbuat kebajikan (amar makruf nahi mungkar), dan mempercayai kehidupan akhirats, selamat dunia dan akhirats, Aamiin YRA ###
Gallery and Ecofunopoly, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel.Sindangsari, Botim City, West Java, Senin 26 Mei 2025.
Wassalam.
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Dosen, konsultan, pegiat dan pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di Media Sosial dalam Rangka berperanserta Menyambut Indonesia Emas 2045)