jurnalbogor.com – Sebagian orang melakukan touring dan olahraga memilih naik sepeda atau motor, tapi bagi Wahyuna Bagusta alias Una, sepeda dan motor bukanlah pilihannya. Dia lebih memilih mengendarai one wheel kesayangannya bersama teman-teman komunitasnya, EUC Bogor Afterrain.
Jurnal Bogor sempat mengikuti perjalanannya mengendarai roda tunggalnya itu. Una terlihat mengendarai one wheel sekitar pukul 08.30 WIB di jalan arah Katulampa, Bogor.
Mengenakan kaos hitam dan celana hitam , Una muncul dari arah jalan R3 . Dua kakinya yang dibungkus sepatu kets hitam menginjak pedal di kanan kiri roda one wheel. Kendaraan satu roda tanpa setang kemudi itu melaju dengan kecepatan sekitar 10-15 Km per jam di aspal. Una tampak hanya seperti orang sedang berdiri dengan posisi istirahat di tempat.
Sesekali, pria berkulit kuning itu bersedekap dengan tangan di depan, lalu sedikit merunduk. One Wheel-nya terus melaju di jalur arah Bendung Katulampa. Una mengendarai kendaraan listrik satu roda untuk olahraga dan aktifitas bersama teman-teman. Kendaraan listrik tersebut jadi salah satu solusi untuk kurangi polusi udara.
Setibanya di Bendung Katulampa, Una berbelok ke kanan ke arah jalan Cibanon dan masuk jalan arah Pasir Angin dan tidak sekali pun Una turun dan berhenti.
Begitu masuk Jalan Pasir Angin , kendaraan roda tunggal yang ditumpangi Una memilih melintas jalan beton dengan lincah dan gesit. Kendaraan listrik itu melahap track jalan beton sebelum masuk ke jalur tanjakan arah warung nasi uduk Teh Nur.
Kepada Jurnal Bogor, Una mengaku sudah memakai one wheel sejak tahun 2024 karena Tidak memakan bahan bakar fosil tapi dengan baterai yang cukup hemat.
“Baterai posisi bawaan baru bisa sejauh 32 kilometer sekali isi. Kalau sudah lama ya namanya baterai berkurang, ini saya charge dua minggu sekali,” jelas Una ditemui di warung nasi uduk Teh Nur, Selasa (26/07/2025).
Dikatakan Una awal ketertarikannya pada one wheel bermula dari surving di internet. Setelah itu berpikir bisa hemat. “Saya lalu mikir ini hemat juga. Kebutuhan biayanya tidak banyak, kecepatan bisa juga 50-100 kilometer tapi kalau jatuh ya berdarah juga,” papar Una.
Dari sisi harga, imbuh Una juga tidak mahal. Sebab harga satu one wheel hanya antara Rp 5 juta sampai Rp 60 jutaan. Harganya tergantung merek. Biasanya orang memilih sepeda listrik atau one wheel dengan pertimbangan tertentu.
“Saya pilih ini, kelebihannya praktis. Sebab selain hemat untuk di tengah kota dari sisi bahan bakar, juga hemat biaya,” tutur Una.
Untuk mengoperasikan pun menurutnya tidak susah. Kendaraan itu dikendalikan dengan keseimbangan dengan kaki sebagai kemudi utama.
“Yang kemudikan itu ya dua kaki yang menginjak pedal. Badan bergerak sedikit sudah bisa diarahkan, di gang sempit lebih nyaman bahkan di jalan kampung cor pun bisa,” pungkas Una.
One wheel adalah olahraga papan listrik roda tunggal yang menyeimbangkan diri, pengangkut pribadi rekreasi, sering digambarkan sebagai skateboard listrik. Berbeda dengan unicycle listrik, kaki (dan badan) pengendara biasanya mengarah pada sudut tegak lurus roda dan arah perjalanan. Onewheel ditemukan oleh Kyle Doerksen.
(wawanhermawanto)