KETERBATASAN MENUJU KESUKSESAN: KISAH INSPIRATIF PATIMAH HINGGA MENJADI MAHASISWA BERPRESTASI

  • Whatsapp

Oleh: Azzahra Aulia Nur Alzena
Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media IPB University

Setiap perjalanan menuju kesuksesan tidaklah mudah. Selalu ada perjuangan, kerja keras, dan tekad yang harus dihadapi. Perjalanan ini dikisahkan oleh Siti Patimah Zahro Maulani, seorang mahasiswa berprestasi yang harus menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan ekonomi, gangguan kesehatan, kesulitan akses pendidikan, hingga perjuangan menaklukkan kompetisi akademik.

Read More

Perjalanan dimulai saat masih SMA. Patimah sangat berharap bisa masuk perguruan tinggi melalui jalur rapor. Patimah tidak ingin mengikuti SBMPTN, jadi Patimah berusaha keras meningkatkan nilai agar bisa diterima di universitas impian. Sejak awal, Patimah bercita-cita menjadi guru karena banyak anggota keluarga yang berprofesi sebagai guru. Oleh karena itu, Patimah menargetkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Namun, saat itu belum ada siswa dari sekolah Patimah yang berhasil masuk UPI. Meski ada satu orang yang pernah diterima, ia tidak mengambil kesempatan itu, sehingga sekolah Patimah sempat masuk daftar blacklist. Patimah tetap optimis dan berpikir bahwa ia bisa menjadi pengecualian. Sayangnya, Patimah gagal. Saat itu, Patimah sangat terpukul dan tidak punya rencana cadangan untuk mengikuti SBMPTN.

Kemudian, seorang teman memberi tahu tentang bimbingan belajar (bimbel) gratis yang dibuka oleh para alumni yang berpengalaman. Awalnya, Patimah ragu untuk ikut, tetapi setelah gagal di SNMPTN, orang tua menyarankan agar tetap berusaha. Keluarga Patimah berasal dari latar belakang keluarga petani, jadi sejak kecil Patimah tidak pernah mengikuti les berbayar. Namun, dengan adanya bimbel gratis ini, Patimah akhirnya mencoba. Setelah mengikuti tes seleksi, Patimah diterima dan mulai belajar dengan giat untuk SBMPTN. Patimah sangat serius belajar untuk ujian, bahkan sampai bangun tengah malam dan menghabiskan waktu di perpustakaan saat jam istirahat. Sayangnya, tahun 2020 ujian berubah akibat pandemi COVID-19. Tes yang awalnya berbasis mata pelajaran sains seperti fisika dan kimia, digantikan dengan tes psikotes. Patimah langsung merasa putus asa karena kurang percaya diri dalam soal-soal padanan kata dan verbal.

Ketika sudah hampir menyerah, Patimah menemukan jalur lain. Saat itu, masih ada jalur USMI untuk masuk ke Sekolah Vokasi IPB. Patimah baru mengetahui informasi ini dihari terakhir pendaftaran dan itu hampir mendekati jam penutupan. Namun, karena persyaratan masih bisa diurus dalam waktu singkat, Patimah langsung membayar biaya pendaftaran sebesar Rp400.000. Masalahnya, Patimah tinggal di desa tanpa akses ATM, dan keluarga tidak memiliki kendaraan untuk pergi ke kota. Akhirnya, Patimah meminta bantuan orang lain untuk mentransfer uang dan dalam kondisi terburu-buru, Patimah memilih jurusan secara acak tanpa tahu jurusan tersebut bahkan server sempat lag karena pendaftaran hampir mau ditutup. Namun, alhamdulillah, Patimah berhasil mendaftar.

Saat pengumuman hasil seleksi USMI, Patimah sangat cemas karena biasanya mentor bimbel yang ia ikuti selalu memberi tahu siapa saja yang lolos. Patimah mulai berpikir bahwa dirinya gagal lagi. Namun, saat dicek sendiri setelah salat tarawih, ternyata Patimah diterima di Supervisor Jaminan Mutu Pangan Angkatan 57. Tentu, ia merasa senang dan tidak percaya. Setelah di terima di Sekolah Vokasi IPB, Patimah masih mencoba peruntungan dengan SBMPTN. Namun, saat H-1 sebelum ujian, Patimah jatuh sakit dan mengalami demam tinggi yang membuatnya dirinya menerima kenyataan bahwa jalannya adalah di Sekolah Vokasi IPB. Meski sempat merasa sedih karena pada saat itu program vokasi masih D3 dan harus lanjut ke S1, Patimah yakin akan berusaha untuk menjalaninya dengan baik.
.
Setelah menjalani dunia perkuliatan, bukan berarti tantangan telah berakhir. Patimah harus beradaptasi dengan perkuliahan daring selama tiga semester pertama. Ini menjadi tantangan besar karena Patimah mengalami gangguan penglihatan. Mata kanan Patimah tidak berfungsi, sementara mata kiri memiliki minus yang sangat tinggi. Akibatnya, Patimah sering mengalami sakit kepala karena terlalu lama menatap layar laptop. Selain itu, daerah tempat tinggal Patimah memiliki sinyal yang buruk. Untuk mengikuti kuliah online, Patimah harus mencari tempat dengan sinyal yang lebih stabil, hingga akhirnya menemukan satu lokasi yang cukup ekstrem—kuburan dan gudang. Selama tiga semester, Patimah sering belajar dan mengerjakan tugas di kuburan dan di gudang demi mendapatkan sinyal yang lebih baik dan menghindari ketidakhadiran kelas.

Ketika kuliah tatap muka dimulai, Patimah menghadapi kendala dalam praktik laboratorium. Karena penglihatan terbatas, Patimah sering kesulitan menuangkan cairan saat praktikum mikrobiologi. Untungnya, dosen dan asisten laboratorium sangat memahami kondisi Patimah dan bersedia membantu.

Biaya kuliah juga menjadi tantangan. Saat itu, UKT di Sekolah Vokasi IPB telah membuat keluarga Patimah hampir tidak sanggup membiayainya. Patimah akhirnya mendaftar KIP-K, yang sangat membantu karena memberikan pembebasan biaya UKT serta uang saku bulanan. Namun, biaya hidup di kota tetap tinggi, sehingga Patimah mencari cara lain untuk mandiri secara finansial, salah satunya adalah mengikuti berbagai lomba—mulai dari esai, karya tulis ilmiah, hingga proposal bisnis. Patimah mengalami lebih dari 20 kali kegagalan di awal, tetapi akhirnya mulai memenangkan berbagai kompetisi. Uang hadiah dari lomba membantu Patimah bertahan selama kuliah.

Perjalanan Patimah dalam perlombaan tidak hanya untuk mencari tambahan biaya hidup, tetapi juga untuk menambah pengalaman. Awalnya, Patimah hanya ingin belajar menulis agar bisa ikut PKM. Namun, semakin lama semakin serius, hingga akhirnya semua perjuangannya membawa Patimah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi tahun 2024. Patimah awalnya tidak mengetahui tentang MAPRES, hingga seorang dosen menyarankan untuk mendaftar dan itupun sehari sebelum tenggat waktu. Patimah mengirim berkas seadanya, sekadar untuk memenuhi delegasi dari departemen. Ternyata, Patimah lolos ke tingkat fakultas, lalu ke tingkat IPB, hingga akhirnya terpilih sebagai salah satu dari empat mahasiswa vokasi yang lanjut ke tahap selanjutnya.

Dokumentasi Pribadi Bersama Mahasiswa Berprestasi IPB Univerity Lainnya

Proses seleksi MAPRES sangat berat, terutama karena Patimah harus membagi waktu dengan magang dan berbagai kegiatan akademik. Patimah sering kelelahan hingga harus dirawat di rumah sakit. Namun, Patimah tetap bertahan, dan akhirnya terpilih sebagai delegasi ke tingkat nasional. Yang lebih mengejutkan, meskipun awalnya Patimah hanya meraih juara dua di tingkat IPB dan tidak lanjut ke nasional, tiba-tiba ada perubahan aturan di tahun berikutnya, sehingga penilaian Patimah kemarin membuat dirinya otomatis dipilih mewakili IPB untuk melaju ke tingkat nasional. Niat, proses dan persiapan sangat disiapkan dengan matang hingga Patimah tidak bisa lebaran bersama keluarga. Namun, kerja keras dan waktu yang direlakan itu akhirnya terbayar dengan tidak sia-sia. Patimah akhirnya berhasil menjadi Juara 1 Pemilihan Mahasiswa Berpretasi Nasional (PILMAPRES) 2024 Jenjang Diploma.

Dokumentasi Pribadi Bersama Civitas Akademik IPB University

Perjalanan Patimah penuh dengan tantangan, tetapi satu hal yang Patimah pelajari adalah bahwa keterbatasan bukanlah penghalang, melainkan tantangan yang harus dihadapi dengan tekad dan kerja keras. Jangan pernah menyerah hanya karena merasa kurang mampu atau takut gagal tapi percaya bahwa setiap rintangan akan membawa menuju pencapaian yang lebih besar. Patimah juga bersyukur atas dukungan besar dari orang tua, pasangan dan dosen yang telah menjadi pilar utama dalam perjalanannya.

Patimah juga belajar bahwa batas kemampuan seseorang bukan ditentukan oleh kekurangannya, tetapi oleh keinginannya untuk berusaha. Jika benar-benar mau berjuang, insya Allah jalan akan terbuka. Jadi, teruslah berusaha, berpikir positif, dan yakini bahwa setiap perjuangan akan membuahkan hasil yang berharga.

(***)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *