jurnalbogor.com – Innalillahi wainna Illahi Rojiun.
Turut berduka cita atas telah berpulang kerahmatullah ibu kita Prof.Dr Ir Hj.Aida Vitayala Sjafri MSc (77 thn, bulan September 2024 mendatang) di RS Mitra Keluarga Bintaro Tangerang Selatan (Tangsel) dengan tenang, Jumat siang ba’da sholat Jumat pukul 14.20 wib pada tgl 12 Juli 2024. Semoga almarhumah husnul khotimah, di tempatkan oleh Allah SWT di Surgajannatunaim, Aamiin.
Tak lama menerima berita duka tersebut, saya share informasinya ke sejumlah sahabat di WAG HA IPB, ICMI, KAHMI, Kadinda, Dekopinda, Faperta UNIDA, beberapa tokoh saya japri, dll. Maksudnya agar mereka tahu dan mendoakan almarhumah.
Sehari sebelumnya, saya juga share ke beberapa WAG, postingan add Ir.Lely Permatasari, MSi, warek UICI Jakarta, memberitatahukan, bahwa ibu Aida sedang berada di ruang ICU RS Mitra Keluarga beberapa hari, kondisi kesehatan beliau agak memburuk, dan harapan saya, semoga para sahabat dekatnya, sudi mendoakan untuk kesembuhan ibu dan jika berkesempatan besuk ke RS Mitra Keluarga Bintaro.
Dari share informasi WAG tersebut, ada beberapa orang yang bertanya, membalas pesan WA saya.
Salah seorang diantaranya yang bertanya, membalas adalah Akang Prof Dr.Didin S Damanhuri, GB IPB dan Waket Wankar MPP ICMI. Beliau bertanya, dimana dimakamkan bu Aida dan mengapa tidak dimakamkan berdekatan dengan bpk Prof.Sjafri, suaminya.
Memang hal yang demikian dipertanyakan itu, menjadi bahan perbincangan saya terbatas dengan sebagian teman-teman di ICMI dan Kahmi Bogor, yang ikut melayat jenazah pada malam itu di perumahan Emerald View Sektor 9, Bintaro Tangsel.
Mengapa dipisah makam bpk Prof.Sjafri dan.ibu Prof.Aida Vitayala Sjafri?, itu konten pertanyaan sebagian sahabat. Dan pertanyaan wajar, sebab jika jenazah bpk.dan ibu berada dalam lokasi TPU yang sama dan berdekatan, akan banyak fadhillah bagi keluarga, kerabat dan sahabatnya jika bertakziah. Mohon maaf jika cara pandang tsb keliru.
Ketiga anak kandungnya almarhum/mah, add Dr Amet, Drg.Mira dan add Dr.Ina, sewaktu saya melayat jenazah ke rumah duka pada Jumat malam itu (12/7-2024) dan setelah saya membaca surat Yasin dan doa-doa disamping jenazah, kami sempat berbincang dangan adik-adik saya tersebut, tidak keluar informasi apa alasan pemilihan lokasi pemakaman ibu Aida, ibu kandung mereka, mengapa tidak berdekatan dengan suami almarhumah. Saya pun tidak mau, enggan bertanya tentang hal itu, karena mereka sedang berduka, dan itu merupakan domain keluarga, dan saya khawatir jika saya bertanya kurang etis karena bisa menjadi hal yang “sensitif” buat mereka. Mudah2 pendapat ini keliru, mohon maaf.
Setahu saya makam alm Bpk Prof.Sjafri Mangkuprawira, yang wafat di suatu acara Reboan IPB, dan sedang menyanyikan Himne IPB di GWW IPB, wafat akibat serangan jantung, dan jenazahnya disemayamkan di rumahnya, setelah pulang dari RSUD Karya Bhakti Kota Bogor, jenazahnya divisum. Selanjutnya jenazah alm pak Sjafri diberangkatkan dari rumahnya di jln Gunung Batu 81 Kota Bogor, Rabu 9 Pebruari 2013 telah dimakamkan di TPU Dreded Kota Bogor.
Pada saat itu, begitu banyak para sahabat, kolega dan kerabat serta alumni IPB khususnya mahasiswa bimbingannya almarhum, bertakziah ke rumah duka Gn Batu 81 Kota Bogor, terutama para pejabat Pemerintahan baik Pusat dan Daerah, diantaranya para Menteri dan pejabat negara RI lainnya.
Subhanallah, saya pun kebetulan ikut waktu itu, mengantar jenazah pak Prof.Sjafri ke peristirahatan terakhirnya, saya masuk mobil ambulance jenazah IPB University, mendampingi anaknya Amet (Ir Tb Nur Ahmad Maulana, MBA, MSc, Phd), sambil memegang erat keranda jenazah, kami dalam kesedihan ditinggal seorang tokoh panutan yg amat kita hormati.
Sedang ibu Prof.Aida Vitayala, istrinya alm pak Sjafri, dimakamkan di TPU Jombang, milik Pemda Tangsel Banten, Sabtu 13 Juli 2024, almarhumah berpulang ke rahmatullah di RS Mitra Keluarga Bintaro Tangsel, sehari sebelumnya Jumat 12Juli 2024 pkl 14.20 wib, menghembuskan napas terakhir dengan tenang, disaksikan putra-putrinya. Almarhumah bu Aida dirawat berdasarkan informasi dari kerabatnya, jika saya tak keliru, rawat inap di RS lk 3 minggu di RS tersebut, karena sakit kanker (CA). RS Mitra Keluarga letaknya tidak berapa jauh dari rumahnya putri bungsunya adinda Ina (Dr.Desina Sjafri) beralamat komplek Perumahan Emeral View B/3 Sektor 9 Bintaro, di rumah anaknya ini, alm.ibu Prof.Aida Vitayala disemayamkan, bukan di rumah jln Raya Gunung Batu 81 Bogor, dan dari rumah tersebut jenazah diberangkatkan menuju TPU Jombang, tepat pkl 9.30 wib, dengan acara resmi pelepasan/perpisahan dipimpin oleh Rektor IPB University, Prof.Dr.Ir.Arif Satria, MSi.
Di masjid komplek Emerald Bintaro sektor 9 jenazah disholatkan dahulu, dipimpin imam masjid, dengan jemaah yang ikut menyolatkan lumayan banyak, diantaranya pak Prof.Arif Satria Rektor IPB, pak Dr.Syofyan Sjaf Dekan Fema IPB, Prof.Yoni Ketua Presidium MD Kahmi Bogor, Dr.Doni Yusri Sekum MD Kahmi Bogor/Wasekjen MPP ICMI, dan sejumlah tokoh ICMI seperti mbak Dr.Illah Saillah, Prof.Mahfudz, warga Kahmi, adik-adik HMI, serta Dr.Amirudin dan Dr.Lutfi alumni IPB bimbingan almarhumah, dll.
Sekitar pkl 10.15 wib, mobil jenazah memasuki arena TPU Jombang, dan kemudian jenazah dikebumikan, disaksikan putra-putri, anak dan cucunya almarhumah yang berduka, serta para kerabat, sahabat dan handaitaulan almarhumah. Prosesi pemakaman diakhiri pembacaan doa dengan khusuk, dipimpin oleh pak Yan, staf LPPM IPB.University
Kita mendoakan semoga arwah alm ibu Prof.Aida Vitayala Sjafri ditempatkan di Surgajannatunnaim, Aamiin. Kita berkeyakinan tentang hal itu, karena selama hidupnya almarhumah, beliau seorang sosok dan figur yang sholehah, orang baik, sangat penyabar, seorang guru besar bidang keahlian penyuluhan dan komunikasi pertanian yg mumpuni, telah sukses mendidik ratusan sarjana, magister dan doktor. Almarhumah juga pernah membina dan mengajar di PTN dan PTS lain, termasuk pernah membantu Faperta UNIDA Ciawi Bogor, sewaktu saya menjadi Dekannya.
Ibu Prof Aida Vitayala adalah salah seorang pendiri ICMI di Malang, bersama suaminya Prof.Sjafri dan saya AA pada awal Desember 1990. Kemudian almarhumah menjadi pegiat dan narsum pengembang program pengabdian ICMI, hingga diakhir hayatnya.
Almarhumah sangat aktif dalam berbagai forum ilmiah spt seminar/webinar, lokakarya, semnas dan pernas sbg narsum dalam berbagi ilmu pengetahuan Ibu Prof.Aida jika berbicara dalam seminar, sangat mempesona, ide-ide segar briliyannya, dan lelucon serta “banyolannya” keluar secara spontan, sehingga peserta forum tidak mengantuk. Demikian itu sekelumit pengalaman saya AA berinteraksi dengan alm.ibu Aida.
Terus terang saya merasa kehilangan sosok almarhumah.ibu Prof Aida, salah seorang tempat saya berkonsultasi “curhat”. Walaupun suaminya bpk Prof Sjafri, sahabat karib saya telah wafat sekitar 11 tahun lalu (2013), ibu Aida tetap setiap kurun waktu, berkomunikasi dengan saya lewat handpon dan atau sekali-kali saya datang bertamu ke rumahnya di Gn Batu 81, kebanyakan urusan sosial kemasyarakatan seperti urusan wakaf (ziswa) untuk Yayasan Pengembangan Insan Cita (Yapic) Bogor, diantaranya urusan wakaf buku-buku dan meubeuler (meja, kursi dan tempat tidur) untuk memfasilitasi Gedung Serbaguna Mahasiswa Islam (GSMI), komplek wakaf Yapic Bogor, termasuk mereka suami dan isteri adalah pewakif tanah GSMI.
Kemudian rumahnya di jalan Raya Gunung Batu 81 Kota Bogor, sering menjadi tempat rapat pengurus MD Kahmi, MPW ICMI Orwilsus Bogor, dan rapat Badan Pengurus bersama Pembina Yapic Bogor, juga pertemuan silaturrahmi dan Bukber Ramadhan setiap tahunnya.
Terakhir kurang lebih 2 bulan lalu, beliau menelepon saya, agak lama kami berbicara lk 45 menit, tentang berbagai persoalan keluarga, masyarakat dan kehidupan bangsa dan negara, saya waktu ditelepon ibu, sedang berolah raga jalan kaki, di pagi hari yg disinari mentari pagi, mengitari taman-taman yang indah dan gedung-gedung berarsitektur modern di dalam kampus IPB Dramaga Bogor. Saya berjalan dari halaman Gedung Rektorat Andi Hakim Nasution sd ke Gd GWW IPB University, sambil mengangkat ponsel dan mendengar percakapan ibu Aida dengan saya lewat handphoneku.
Saya masih ingat akan beberapa pesan dan nasehatnya, yang tak akan lupakan, diantaranya beliau bu Aida berkata..”kini saya sedang fokus dan meningkatkan kuakitas beribadah kepada Allah SWT, untuk bekal saya kehidupan akhirat..”, dan beliau nampaknya tak mau dan mampu lagi memikirkan persoalan dinamika politik. Beliau berharap dan berdoa, Presiden RI terpilih pada Pilpres RI thn 2024, bpk Prabowo Subianto (PS) menjadi pemimpinan yang sukses memajukan bangsa dan negara serta mensejahterakan rakyatnya secara berkeadilan.
Bpk PS punya pengalaman yang banyak dan luas, ibu yakin bpk.Presiden.RI PS bisa sukses memimpin NKRI. Demikian itu salah satu pesan mulia terakhir bu Aida, yang saya dengar dan ingat dalam benak saya. Dan saya tidak menyangka, beberapa minggu kemudian ibu.sakit, ibu Aida akan dipanggil dan kembali menghadap Allah SWT secepat itu, tepatnya pada hari Jumat siang pkl 14.20 wib tgl 12 Juli 2024 ybl.
Sewaktu saya berbincang dengan putri bungsunya Desina di rumahnya, saat melayat jenazah Jumat malam, Desina berkata bahwa “ibu Aida ada titip pesan kepada saya lewat WA japri, yang ditulis pesannya oleh Desina, yg diminta ibu, isinya membalas isi pesan japri saya sebelumnya bahwa saya belum tahu ibu sakit. “.
Saya hanya tertegun sejenak dengan perasaan haru, sedih, karena beliau masuk RS Mitra Keluarga Bintaro, saya sedang berada di kota Batam dan Kota Tg Pinang Bintan selama 8 hari, untuk urusan keluarga.
Jujur saya berkata, bahwa saya AA sudah lama menjadi “adik ideologis” Insancitanya mereka, suami-isteri. Saya sering bertamu dan bersilaturrahmi ke rumahnya yg asri, luas dan berarsetektur modern di jln Raya Gn Batu No.81 Kota Bogor. Apabila saya datang pagi, siang atau malam, dan momen waktu makan. Saya sering diajak sarapan pagi atau makan siang atau malam di ruang tengah bagian belakang rumahnya. Kami makan semeja, pak Sjafri narsum yang aktIf berbicara, memulai pembicara, dan saya sendiri aktif mendengar dan menyimak kata-kata pak Sjafri yang bernas dan bijak bestari.
Salah satu kalimat yang saya ingat dalam.memoriku hingga kini, adalah bahwa “pak Sjafri memuji kebaikan istrinya ibu Aida, orangnya sangat sabar.”, Saya termenung sejenak, begitu humblenya sosok senior saya pak Prof.Sjafri..”. Memang faktanya demikian, saya amati pola perilaku bu Prof.Aida yang baik hati, orangnya penyabar.
Beberapa minggu kemudian setelah bpk.Sjafri wafat (9 Pebruari 2013), ibu Aida masih dalam keadaan sedih dan berduka ditinggal suaminya, saya AA bertamu, dengan urusan Yapic bahwa saya minta izin namanya bpk.Prof.Sjafri saya abadikan namanya di ruang Pusdiklat HMI Cabang Bogor, ibu merestui dan saya meminta gambar 10 R pak Sjafri untuk saya pasang di ruang Pusdiklat HMI.
Setelah beberapa saat, perizinan selesai, ibu Aida pun berucap bahwa ..”suaminya pak Sjafri penuh perhatian terhadap dirinya,..ibu tidak menyangka dia pergi begitu cepat,..padahal baru seminggu yang lalu sebelum pak Sjafri wafat, beliau mengajak saya menonton film Habibie-Ainun di bioskop Sukasari Jln.Surken Kota Bogor. “
Saya pun tercenung mendengar ungkapan isi hati ibu Prof.Aida Vitayala, ketika itu di rumahnya. Dalam hatiku pun berbisik..”begitu mesranya suami dgn istri semasa hidup mereka”. Kataku apakah ini yang disebut keluarga sakinah mawaddah warohmah ?.
Faktanya memang demikian. Saya pun membaca buku “Kenangan Bersama Almarhum Prof.Dr.Ir.H.Sjafri Mangkuprawira, editornya Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi dkk, terbitan IPB Press thn 2014, 238 hal, bagian akhir lampiran buku tersebut, tersedia gambar-gsmbar berwarna keluarga besar Prof.Sjafri dan.Prof.Aida beserta anak dan cucu-cucunya yang ganteng dan cantik, tampak begitu berbahagianya.
Ada foto ibu Aida muda bersama pak Sjafri tampak begitu mesrahnya dalam beberapa event. Kemaren setelah selesai pemakaman alm.bu Prof.Aida, buku Kenangan Bersama Almarhum Prof.Sjafri Mangkuprawira, saya serahkan kepada anak bungsunya almarhumah, adikku Dr.Desina Sjafri, semoga buku tersebut menjadi kenangan manis (sweet memory) buat keluarga besar Alm. Prof.Sjafri.dan Prof Aida, keduanya adalah kakak ideologis saya sebagai motivator dan inspirator kehidupan.
Maaf saya lanjutkan narasi inmemorial ini. Sebenarnya, saya hari Jumat pagi ingin besuk ke RS Mitra Keluarga di Bintaro, tapi gagal, karema sahabatku S Ram yang akan menemani tiba-tiba kurang sehat. Saya setelah sholat Jumat pada hari itu, pulang ke rumah istirahat, dan tepat pukul 15.00 wib.saya dibangunkan oleh putriku Inna Rahmawati S.Km, memberi tahu bahwa ibu Aida telah berpulang ke rahmatullah, diketahui informasinya lewat WAG alumni Fema IPB. Saya bangun dan tertegun beberapa menit di kamar, sambil berdoa dan membaca surat Al.Fatihah dan surat-surat Juz Ammah kitab suci Al Quranulkarim.
Padahal saya sudah berniat besuk ke RS tempat ibu Aida dirawat, Sabtu tgl 13 Juli 2024, akan tetapi Allah SWT berkehendak lain. Memang kita sadar dan berkeyakinan bahwa manusia hanya bisa merencanakan sesuatu, tetapi Allah SWT yang menentukan nasib manusia. Wallahua’lam bissawab.
Di organisasi ICMI Pusat, beliau pernah menjadi salah seorang pengurus harian dibawa kepemimpinan Ketum MPP ICMI bpk Prof BJ Habibie, dan kemudian di era kepemimpinan berikutnya ibu Prof. Aida menjadi anggota Dewan Pakar, anggota Dewan Penasehat MPP ICMI dan terakhir di era Ketum.Prof Arif Satria, alm Bu Aida adalah salah seorang anggota Kehormatan MPP ICMI periode 2021-2026, dan setahu saya almarhum ibu Aida bergiat di banyak ormas dan LSM, khususnya pengembangan program dan kegiatan pemberdayaan kaum perempuan dhuafah.
Almarhum banyak meneliti dan mempublikasikan tentang perspektif gender, dan persoalan gizi dan keluarga, penyuluhan pertanian, dinamika perdesaan, dll. Salah satu bukunya terbitan IPB Press thn 2010, yang cukup populer, sering saya rujuk berjudul “Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa, edisi ke 2.
Insya Allah, begitu banyaknya karya-karya amal kebajikan almarhumah ibu Prof.Dr.Ir.Aida Vitayala Sjafri Hubes MSc, mudah-mudahan semua aktivitas kebajikan tersebut, menjadikan pahala yang melimpah sebagai bekal almarhumah menghadap Allah SWT yang Maha Pencipta dan Pemiliknya seluruh jagat alam raya, bumi dan langit ini beserta isinya, insya Allah arwahnya ditempatkan di Syurga-Nya.Aamiin.
Mohon maaf, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, bunyi isi narasi Inmemorial ibu.Prof.Aida, sosok panutan yang amat saya dan kita hormati ini. Kini beliau telah tiada, pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan “sweet memory” berupa legazi yang bermanfaat bagi kita yang ditinggalnya.
Selamat jalan ibu Prof.Aida menuju keabadian-Nya.
Syukron barakallah
Ciawi Bogor, 14 Juli 2024
Wassalam
====✅✅✅
Dr Ir.H Apendi Arsyad,M.Si (Pendiri ICMI dan Wasek Wankar MPP ICMI merangkap Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor, Pendiri dan Dosen Senior Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial)