Viral, Mendunianya Artis Cilik Dhika Penari Pacu Jalur: Momentum Bangkitnya Industri Wisata Kuansing Riau

  • Whatsapp
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi

Bismillahir Rahmanir Rahiem
Hatur nuhun, syukron para Sahabatku yang demikian banyak menshare video di media sosial, tentang gambar si anak kecil (bocah) sedang menari-nari, lenggang-lenggok berpakaian khas budaya Melayu Kuantan-Singingi (Kuansing) dan bertopi serta berbusana warna-warni yang menarik, si bocah berada di posisi terujung sebuah perahu-sampan panjang, yang disebut Jalur, dipenuhi lk 60 orang pendayung/pemacu berotot keras dan kuat, handal nan terlatih.

Oh ya…Taluk Kuantan merupakan sebuah kota relatif kecil, dimana masyarakatnya mayoritas hidup bertani: bersawah dan berladang (tanam padi), berkebun buah-buahan dab sayur-mayur (hortikultura), berkebun sawit bagi mereka yang bermodal, tergolong kaya/kls menengah.

Read More

Ada pula mereka hidup beternak (sapi, kerbau, kambing, ayam, itik), dan memungut hasil hutan/menyadap karet/ghotah, menangkap ikan di sungai Kuantan dan anak-anak sungai, serta danau, dan sebagian kecil mereka penduduk berdagang/jualan hasil-hasil pertanian dan hasil hutan. Hidup penduduk Kuansing jarang yang single purpose and single commodity, akan tetapi pada umumnya penduduk Kuansing multipurpose and multiple commodity, karena sumberdaya alamnya kaya.

Mata pencaharian Masyarakat Kuansing pada sektor non pertanian spt jasa usaha kuliner (rumah makan, kedai kopi, warung-warung nasi) sudah agak berkembang yang dikelola dan diusahakan warga masyarakat kelas menengah dan bawah, berupa usaha kecil mikro. Mereka berjualan di kios-kios pasar tradisional dan pasar rakyat.

Budaya minum kopi masyarakat lokal Kuansing sudah sedemikian berkembang sejak lama, sehingga hampir di setiap kota ibu kota Kecamatan, terdapat banyak warung-warung kopi, yang dikenal sebutan Kedai Kopi. Di pagi dan sore hingga malam hari, Kedai Kopi cukup ramai dikunjungi para penikmat/pecandu minum Kopi, karena siang hari.bpk-bpk peminum kopi, berada di kebun karet dan kebun Sawit, menyadap karet dan merawat atau memanen hasil kebun Sawit. Kaum ibu di desa, pergi ke sawah dan ladang, mencari nafkah dan sebagian lagi berjualan di pasar-pasar rakyat, terutama pada hari “pekan” tiba setiap minggu.

Begitulah kehidupan masyarakat agraris Kuansing. Hingga saat ini, sektor pariwisata baik wisata alam, warisan sejarah, dan wisata budaya, terutama atraksi budaya belum begitu berkembang sebagai industeri yang meningkat dan mengungkit pertumbuhan ekonomi daerah, penghasilan rakyat dan ekonomi rumah tangga penduduk, pendapatan asli daerah sendiri (pads), pajak apalagi penghasil devisa negara, agaknya belum sampai disitu, maaf jika saya tak keliru.memahami, menganalisis data BPS Kab.Kuansing yang saya dapatkan dan pelajari.

Akan tetapi atraksi budaya khas Kuansing, Riau, berupa pertunjukan gelaran Pacu Jalur (lomba perahu-sampan panjang), sudah eksis secara turun temurun, sejak ratusan tahun, diperlombakan setiap hari-hari besar keagamaan Islam spt Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari-hari Besar Kenegaraan RI seperti setiap memperingati HUT Kemerdekaan RI tgl 17 Agustusan.

Perlombaan atau berpacu antar Jalur pesertanya dari utusan desa-desa atau komunitas masyarakat tertentu pencinta jalur yang ada, mereka mendaftar ke panitia Pacu Jalur, kemudian diundi untuk penentuan siapa lawan siapa dan kapan jadwal perlombaannya untuk diumumkan kepada khalayak calon penonton. Perlombaan atau kompetisi-pacu Jalur diselenggarakan selama beberapa hari untuk 3-4 rayon yang ada, dan puncaknya acara lomba/pacu Jalur dipertontonkan di ibu kota Kabupaten Kuansing, lokasinya di Tepian Narosa Sungai Batang Kuantan, di Taluk Kuantan, merupakan ibu kota Kab.Kuansing.

Selama perlombaan pacu Jalur, warga masyarakat lokal berdatangan, berduyun-duyun secara massal hadir di tepi sungai dijadikan gelanggang Pacu Jalur. Pada umumnya penduduk tua dan muda, remaja dan balita6 memadati sepanjang tepian Sungai Kuantan tempat pacuan Jalur digelar. Selain mereka memadati sekitar pentas Tribun dimana para pejabat dan pemuka masyarakat berkumpul.

Mereka juga para warga berdiri dan duduk menonton berpencar-pencar menurut asal desanya secara berkelompok, sambil memberikan teriakan yel-yel, bernyanyi riang gembira mendukung pada Jalur Desa mereka yang tengah berlaga,.melaju di tengah badan sungai, berlangsung seru, berlangsung amat ketat waktunya, terkadang susul menyusul antar Jalur, bersemangat, membuat tegang penonton, dan sekaligus mengharukan.

Akhirnya, jika Jalurnya menang sampai digaris finish (tiang pancang) maka para supportersnya bersorak sorai, sangat gembira, melompat-lompat bahkan menceburkan basah kuyup di Sungai karena kegirangan. Sebaliknya jika Jalur kalah dalam berpacu, terlambat masuk garis finish, para supportersnya merasa sedih, kecewa bahkan lunglai, lemes.

Demikian itulah hiburan Rakyat Pacu Jalur ada dan terpatri dalam sanubari masyarakat Kuansing. Bagusnya lagi, Jalur pemenang ke 1, 2 dan 3 diperoleh diakhir perlombaan, maka akan menunai bonus-bonus uang yang lumayan banyak dan besar dari para pencinta budaya Pacu Jalur, maniak di nagori, desanya atau bahkan dari para perantau Kuansing.

Sekarang atraksi budaya Pacu Jalur yang sangat populer, telah dikenal masyarakat belahan dunia, mengglobal, akibat telah tersebar viral di media sosial Youtube, Face Book, Twitter etc. Yang telah ditiru oleh para influenser dan artis serta pemain bola terkenal dunia etc.

Pacu Jalur yang viral itu adalah atraksi menari si anak kecil/Bocah bernama Dhika. Anak kecil kita Dika begitu menarik penampilannya, sangat mempesona dalam memperagakan tetarian melenggang-lenggok badannya serta menggoyangkan- melambaikan tangannya, selama atau sepanjang waktu, ketika Jalurnya melacu kencang, meluncur ke arah tiang pancang atau garis finish, tempat tim dewan juri berdiri memberikan penilaiannya.

Pesta rakyat Kuansing, Pacu Jalur, kini semakin menarik ditonton oleh massa penggemarnya, karena ada atraksi menari yang estetik nan mempesona, bahkan menghipnotis massa penonton yang berdiri di areal tepian sungai Kuantan, memadati dan berdesak-desakan, saking asyiknya menikmati atraksi pesta Rakyat Pacu Jalur.

Alhamdulillah, dengan begitu banyak atraksi tarian budaya Pacu Jalur si bocah Dika.mendapatkan “dewi fortuna”, kini beredar viral, secara mengglobal di belahan dunia, baik di negara Asia, Erofah, Amerika dan Timur Tengah/Afrika, banyak para penikmat tarian si bocah Dika ditiru oleh para atlit bola dan budayawan terkenal.

Di Youtube dan saluran TV Nasional muncul berbagai gambar atraksi Pacu Jalur Dhika. Dampaknya semakin tahu dan populer di lingkungan masyarakat internasional tentang budaya tradisional, padat kearifan lokal (adiluhung) gotong royong, guyup Pacu Jalur yang merupakan budaya asli masyarakat Kuansing, Provinsi Riau.

Kita berharap, dengan viral atraksi menari si bocah penari Pacu Jalur bernama Dika, anak dari ayah seorang pendayung Jalur, kini membuat kita berdecak kagum menontonnya, maka harapan kita semakin berdampak positif terhadap tumbuh-kembangnya industri wisata budaya tradisional Kuansing.

Artinya harapan kita bersama akan semakin banyak para wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnu) untuk tertarik berwisata, mereka berdatangan ke Rantau Kuansing untuk berwisata, karena tertarik mempelajari akar budayanya, sekaligus untuk menonton, hiburan dan menikmati pesta rakyat Pacu Jalur Masyarakat Desa se antero Kuansing, Riau, yang amat langka di dunia dilihat dari sistem nilai, norma, kaidah dari pola kebudayaannya, yang unik dan khas.

Oleh karena itu, saran saya yang saya tulis dan viral di.medsos beberapa tahun lalu, saran saya AA sudah saatnya Pemkab Kuansing membuat sebuah Mesium Pacu Jalur Kuansing, lengkap dengan studio berdeoramanya yang berbasis sistem digital. Juga disertai dibangunnya sanggar seni budaya buat generasi muda Kuansing, terutama sarana pengembangan pendidikan dan pelatihan seni tetarian Pacu Jalur, yang sekarang dilakoni Dika.

Jadi pengembangan bakat dan minat seni budaya tari tsb bukan lagi bersifat alamiah (by accident), akan tetapi sudah didesain sedemekian rupa (by design), dan dikelola secara profesional dan menghasilkan “household income” dalam membangkitkan perekonomian Rakyat, pihak Dinas Dikbudpar Kuansing, bisa mengambil peran aktif, semoga bisa dan bisa !

Barang tentu fenomena sosial menarik ini.”booming” tetarian si bocah Dika, bagus dijadikan momentum atau kesempatan yang pas untuk membangkitkan pengembangan industeri pariwisata Kuansing-Riau, dan apabila kita tinjau atau kaji dalam perspektif sain pariwisata secara sistemik dan holistik, maka untuk peningkatan populasi Wisman dan Wisnu mau dan mampu menghadiri pesta rakyat Pacu Jalur dengan berkunjung wisata budaya ke Rantau Kuantan akan menuntut berbagai unsur sebagai persyaratan pokok yang harus dipersiapkan Pemkab Kuansing bekerjasama dengan multi pihak (multistakeholders) terutama ahli ITC dan para budayawan dan seniman serta.para investor lainnya.

Menurut saya tidaklah cukup, kita hanya dengan mengandalkan semata informasi-berita viralnya Si Penari Bocah Dika di ujung Jalur yang telah melenggang-lenggok dan mendayu-dayu, dengan berbagai gaya mempesona, kini vital, demikian itu tidaklah cukup.

Akan tetapi para perancang/arsitek pengembangan industeri wisata budaya Pacu Jalur yang telah melegenda dan mendunia (mengglobal) tersebut, harus ditopang dengan kemampuan Triple C dari para pejabat Dinas Pariwisata Kab.Kuansing, yaitu mereka harus punya “concept”, “concent” dan “commitment”, sesuai konsep, visi, misi, sasaran dan tujuan Sapta Pesona Industeri Pariwisata Nasional kita, Indonesia.

Hal demikian itu bisa dipelajari, disosialisasikan, dikalaborasikan, disenergikan dengan para stakeholders dan dilaksanakan dengan profesional, konsistensi dan bertanggungjawab. InsyaAllah loncakan populasi Wisman dan Wisnu datang berduyun-duyun ke Rantau Kuansing, Riau akan semakin bertambah meningkat, tapi aksebilitas dan konektifitas jalan dibenahi dan ditata dulu, nenjenput dana APBN dan APBD Provinsi dahulu.

Bahkan kini saya mendapat data dan informasi kunjungan Wisnu sangat lah kurang, dan Wisman pun amat jarang, bahkan tiada, akibat kurangnya promosi wisata budaya Pacu Jalur Kuansing di beberapa wilayah negara di luar negeri, dan belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi digital, team creator, yang kian maju berkembang saat ini, generasi Millenial, zaman Now di kalangan anak muda Kuansing.

Dan atau lemahnya kreatifitas dan inovasi SDM Kuansing, sehingga kurang berkemampuan membuat, atau mendesain paket-paket wisata atraksi budaya, pengembangan wisata alam (ecotourisme) dan wisata sejarah serta wisata religi untuk ditawarkan dan dipasarkan di negara-negara luar, terutama negara Asia Tenggara yang berbudaya Melayu Islam. Hal ini menjadi tantangan bagi para pemimpin.Pemkab Kuansing beserta Tokoh atau Pemuka Masyarakat Kuansing Riau, ….bravo bpk Bupati Dr Suhardiman Amby, tetaplah bersemangat !.

Saya berkeyakinan bahwa para elite Pemerintahan dan Tokoh Masyarakat Adat Kuansing bisa melakukannya, mengingat kualitas SDM Birokrasi, Bisnis dan LSM orang-orang Kuansing semakin berkualitas, kian maju berkembang, produk pendidikan tinggi Riau telah sukses mendidik berkemampuan Triple C tsb.

Kini mereka para sarjana bertebaran di daerah kecamatan dan desa-desa/kelurahan se Kab.Kuansing Riau, mereka sudah baliak ka kampuang dengan berbekal idealisme dan harapan hidup berkemajuan dan mensejahterakan. Ajak mereka untuk masuk dan bekerja di sektor rial spt usaha agribisnis, ecowisata industry etc, jangan terlalu cepat aktif dan asyik menjadi aktor di dunia politik menjadi politikus atau pengurus Parpol, sementara tingkat kemampuan ekononomi belum mapan “kembang kempis” dan bahkan belum jelas, alias pengangguran, akan lebih baik anak muda Anda menjadi wirausaha di sektor rial tsb spt pengembangan desa wisata alam (ecotourisme) dan agrobisnis, agroindustri, agrowisata, agroservices, dan sektor jasa lainnya spt home stay, transfortasi etc.

Kita harus mengangkat dan terus mempromosikan atraksi budaya Pacu Jalur tradisional, yang sekarang sudah dikenal mengglobal dampak positif ITC media digital. Hayoo mari kita angkat dan ungkit dibesarkan menjadi industeri wisata budaya yang atraktif, produktif meningkatkan pendapatan rumah tangga (household income) masyarakat lokal, dan menggerakan sistem perekonomian rakyat yang berbasis UMKM dan komoditas pertanian serta potensi fanorama alam yang kaya keanekaragaman hayati hutan tropika (megabiodiversity and rain forest), berfanorama indah/estetika nan menawang.

Hayoo mari tangan-tangan konten kreatif dan inovatif generasi muda Kuansing, bangkitlah demi.untuk memajukan kehidupan Rakyat dan Nagori yang beradat, beradab dan mensejahterakan kita bersama, kemakmuran bersama sesuai pasal 33 UUD 1945, bukan kemakmuran orang per seorangan yang saling mengekploitatif antar sesama spt usaha PETI, Kebun Sawit PT Duta Palma, si Aseng Darmadi, etc, dibawa kendali dan cengkraman ologarki, nauzubillahi minzalik.

Sekian dan terima kasih atas segala atensinya, harapannya semoga kemunculan artikel saya AA ini, bisa memantik dan menarik atau mengambil momentum viralnya pemberitaan secara mengglobal “Artis Cilik” penari Pacu Jalur si Bocah Dika untuk pengembangan industeri pariwisata Rantau Kuansing Riau, hendaknya…bisa dan bisa bangkit dan mengglobal, berupaya menarik Wisman dan Wisnu lebih banyak berkunjung ke Kuansing Riau, kini dan ke masa depan, insyaAllah semoga terwujud !Inilah sumbang pemikiran, sebagai bukti dan bakti saya mencintai kampung halamanku Kuansing yang berbudaya dan berperadaban luhur. ###

Kuansing, nagori Jalur,
Salam Kayuah,Tigo Tali Sapilin.
Basatu Nagori Maju.

Save Rakyat Rantau Kuansing dari Kebodohan, Kemiskinan dan Keterbelakangan***

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas RT 06 RW 01 Kel.Sindangsari Botim City, West Java, Selasa 8 Juli 2025.

Wassalam
====✅✅✅
Assoc Prof.Dr.Ir.H. Apendi Arsyad.MSi (Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di Media Sosial dalam rangka turut berkontribusi menuju Indonesia Emas 2045, orang asli Cerenti Kuansing, mukim di Kota Bogor, since 1980 ketika berkuliah di IPB University).

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *