jurnalbogor.com – Rangkaian kegiatan pelatihan bertajuk “Sekolah Alpukat IPB University” diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University. Pelatihan ini dilangsungkan selama tiga bulan sejak 30 Agustus 2025 dan berakhir pada Senin (6/10/2025).
Sekolah Alpukat yang diikuti 30 orang peserta dari petani lingkar kampus, mahasiswa dan Alumni IPB University ini merupakan program inisiatif DPMA IPB University, dalam rangkaian Young Agripreneur Camp (YAC).

“Sekolah Alpukat ini bertujuan agar peserta dapat memahami seluk beluk terkait teknik budidaya alpukat miki dan alpukat siger sampai dengan proses pengolahan produk yang memiliki nilai jual tinggi,” kata Dian Rahmah Fitri, Staf Bidang Kewirausahaan Sosial DPMA-IPB University.
Pelatihan ini dilangsungkan dalam enam sesi pertemuan dengan materi pelatihan yang berbeda-beda, mulai dari materi sejarah kultivar miki, nutrisi dan manajemen hama tanaman, teknik perbanyakan tanaman, strategi pemasaran, hingga pembuatan minuman olahan alpukat yang bernilai jual tinggi.
“Dalam perbanyakan tanaman, entres atau batang yang memiliki mata tunas sebaiknya diambil dari tanaman produktif dengan vigor tinggi sehingga nantinya menghasilkan tanaman yang produktif dan sehat,” papar Sigit Pramono, salah satu narasumber yang berasal dari praktisi dan pengusaha bibit alpukat.
Selain itu, tambah Sigit, tahap sambung pucuk merupakan penentu keberhasilan perbanyakan bibit tanaman. Maka dari itu, teknik sambung pucuk perlu ketelitian dan kedetailan dalam pengerjaannya sehingga calon bibit yang dihasilkan nantinya tumbuh sehat dan produktif sesuai dengan yang diharapkan.
Melalui kegiatan ini, peserta juga diajak praktik secara langsung di areal lahan Agribusiness and Technology Park (ATP) milik IPB untuk memahami tips pemupukan yang optimal dan identifikasi hama penyakit. Areal lahan ATP ini di bawah naungan DPMA-IPB University yang ditujukan sebagai laboratorium praktek bagi para petani, mahasiswa, dan pihak lain yang ingin belajar bagaimana proses budidaya beragam komoditas unggulan pertanian.
“Selain pelatihan budidaya pertanian, prinsip pendampingan yang dilakukan oleh DPMA-IPB University adalah sampai membangun ekosistem bisnis, kalau bisa sampai ekspor,” ujar Dr. Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si dalam wawancara terpisah.
Para peserta pelatihan tampak antusias menyimak materi pelatihan yang diberikan. Salah satunya adalah Wahyudi, salah satu petani lingkar kampus binaan DPMA-IPB yang mengaku banyak mendapatkan wawasan baru dan ingin mengaplikasikan di lahan miliknya.
“Saya senang sekali bisa melihat alpukat siger dan lokal. Mudah-mudahan ke depannya, saya dapat mengembangkan Alpukat Siger di Kabupaten Bogor”, tutur Wahyudi.
Di akhir materi peserta dikenalkan pada inovasi produk berbasis alpukat oleh Tim Research and Development dari Kafe Sobatani milik DPMA-IPB guna mendemonstrasikan kreasi minuman alpukat ala café menggunakan Alpukat Siger.
“Alpukat Siger dapat dipadukan dengan bahan seperti kopi, cokelat, gula aren, krimer, dan susu, untuk menghasilkan minuman baru ala cafe. Dari kegiatan ini, kami ingin menginspirasi peserta agar terus berinovasi mengembangkan produk bernilai ekonomi tinggi,” ungkap Rafly, narasumber sekaligus tim RnD Kafe Sobatani.
(yev/rls)