Renungan Pagi: Paradoksal Pesta Rakyat Kuansing “Pacu Jaluar”

  • Whatsapp
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi

Bismillahir Rahmanir Rahim
Saya pagi ini, Rabu (16/7/2025), saya merenung dan berusaha berpikir di sela-sela kesibukan waktu bekerja, saya pun memberanikan diri membangun opini publik. Dengan cara sengaja memposting 4 artikel disertai gambar-gambar visualnya, yang telah viral di medsos lokal, nasional, mungkin juga sudah level media global.

Maklumlah kemampuan media digital yang didukung teknologi dan komunikasi-informasi (ITC era), telah berhasil mempublikasikan kondisi eksisting wajah Kuantan Singingi (Kuansing) di akhir-akhir ini, baik sisi positif yang membangun optimisme, maupun sebaliknya dengan berita buruk (bad news) berupa pencemaran air sungai (keruh dan tercemar B3) dan rusaknya/ hancurnya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Kuantan, dimana lokasi atau merupakan areal kompetisi (pacu) Jaluar yang diselenggarakan sebagai event atraksi budaya Nusantara asal Kab Kuansing, Provinsi Riau.

Read More

Bupati Kuansing, Dr.H.Suhardiman Amby MMAk,

Dari 4 artikel postingan warganet tsb, ada 2 buah Artikel yang menggambar spirit optimisme, adanya angin segar dan arah baru bangkitnya industeri wisata daerah Kuansing, dan sebaliknya ada 2 buah Artikel yang menarasikan “pesimisme”, maraknya Peti, membuat terkendalanya pengembangan industri wisata alam dan budaya di Rantau Kuansing, akibat dampak negatif maraknya aktivitas penambangan emas liar (illegal) di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sdh lama marak di Kab.Kuansing beserta daerah sekitarnya baik di bagian hulu maupun hilirnya di wilayah Kab.Kuansing, Provinsi Riau.

Maksudnya masing-masing 2 buah Artikel beserta postingan gambarnya tsb, bersifat “paradoks dan anomali”, keduanya saling bertentangan dan membuat perasaan dan pikiran kita “merasa asing, aneh” dan abnormal/kurang waras (anomali), yang satu membangun optimistik-produktif, disatu sisi lainnya pesimistik-kontraproduktif.

Karena rusaknya lingkungan hidup berupa ekosistem perairan DAS akan membuat citra budaya dan alam Kuansing menjadi buruk, dimana para wisatawan, terutama Wisman yang berasal dari negara-negara maju yang memiliki pola budaya yang ramah lingkungan (environment friendly), mereka mendambakan lingkungan alam yang tertata bersih nan indah (berestetika) dan lestari, mereka adalah orang-orang mencintai pelestarian, mengkonservasi sumberdaya alam dan menjaga ekosistem alam spt DAS, danau, hutan dan alam pegununangan serta lembah-rawa-rawa (wet land), pantai yang alamiah, bebas dari perbuatan pengrusakan dan pencemaran, sebagaimana pengalamanku berwisata ke Jepang, Korsel, Thailand etc.

Hal demikian itu, harus mau dan mampu diselesaikan dan dipecahkan permasalahan sosialnya oleh para Pemimpin Daerah, Forkopimda selaku public policy and regulation maker, dan para Tokoh dan Pemuka masyarakat Kuansing secara cerdas, keras dan ikhlas dengan mengunakan mindset Triple C (Concept, Concent and Commitment), demi terwujudnya perkembangan industeri wisata budaya Pacu Jaluar, sebagai faktor penggerak atau penghela utama ekonomi wilayah (prime mover of economic region) daerah Rantau Kuansing untuk mencapai kemajuan perekonomian masyarakat tempatan (local community) Kab.Kuansing dan daerah-daerah sekitarnya.

Dua Artikel postingan karangan saya AA bersama warganet/nitizen baru-baru ini, ada 2 kategori, yang bersifat memberikan semangat optimistik, adalah viralnya atraksi menarik dan menawan si Bocah Cilik Dhika, menari-nari di ujung sampan panjang dengan lk 60 orang para pendayung berotot kekar terlatih, yang dinamakan orang Taluak Kuantan “Jaluar”, sedang orang Cerenti namanya “Kuyuang”.

Viralnya konten atraksi budaya Pacu Jaluar atau Pacu Kuyuang yang diperankan Dhika yang belajar autodikdak tariannya tsb, barang tentu akan membuat penasaran banyak para wisatawan mancanegara (wisman) dan termasuk wisatawan domestik Nusantara (wisnu) tertarik untuk mau datang berkunjung ke daerah Kuansing Riau. Kita berkeyakinan akan.banyak para wisawan (tourist) yang akan hadir di acara puncak Pesta Rakyat Pacu Jaluar tgl 20-24 Agustus 2025 mendatang di ibu kota Kab.Kuansing, tepatnya Tepian Narosa DAS Kuantan di Kota Taluk Kuantan.

Untuk mendorong bangkitnya industeri wisata Kuansing, barang tentu tugas Pemerintahan Kuansing akan semakin bertambah banyak dan “berat” karena banyak hal yang harus ditata dan disiapkan berbagai sarana dan prasarananya spt penataan insprastruktur jalan dan jembatan untuk memudahkan aksesibilitas dan konektifitas menuju dan pulang ke/dari destinasi wisata Pacu Jaluar, dilengkapi lampu-lampu penerang jalan dan tanda-tandah arah lalu lintas.

Kemudian penataan dan penyiapan sarana akomasi spt hotel dan restoran, tempat menginap dan berkuliner para wisatawan, barang tentu mereka meminta barang dan pelayanan jasa berstandar nasional bahkan internasional yang lebih mewah (luxery room). Sehubungan dengan hal itu menuntut adanya koordinasi dan integrasi antara Pemprov Riau dengan Pemkab Kuansing, Dinas Pariwisata bersama PHRI untuk menyiapkan sarana perhotelan mewah yang ada di Kota Pekanbaru, lengkap jadwal penerbangan dan jenis-jenis Paket Wisata, dan sarana transportasi lokal, buat antar jemput wisatawan.

Sedangkan di kota Taluk Kuantan dan sekitarnya agar trotoar dan arena wisata ditata apik dengan taman bunga warna-warni yang cantik, menarik, dan sapras PJU yang cukup, dan barangtentu cukup tersedia pula sapras perhotelan kelas Melati dan sejumlah rumah warga masyarakat lokal dijadikan “home stay” dengan tarif sewa penginapan rumah warga yang terjangkau dengan tata lingkungan hidup yang sehat dan bersih, terutama kamar madi dan WC.

Dan tak kalah pentingnya, selama wisman dan wisnu berada di Kota Taluk Kuantan, mereka harus disuguhi aneka atraksi budaya dan destinasi wisata alam hutan tropis (rain forest) yang menarik, estetik, erotik dan menawan spt ekosistem DAS, Danau, Perbukitan dan Airt Terjun, daerah rawa-rawa (wet land), dll. Banyak hal yang harus dipersiapkan sesuai dengan konsep industri wisata Nasional “Sapta Pesona” agar wisman dan wisnu berkenan berlama-lama, berjalan-jalan, berkeliling dan berbelanja produk industeri kreatif UMKM Kuansing, dimana selain masakan dan makanan (kuliner) yang enak-enak, sehat, bergizi dan bersih, juga cendera mata khas yang merefleksikan keluhuran budaya etnis Kuansing haruslah disediakan dengan baik.

Semua usaha dilakoni ini, sekaligus akan sukses mendongkak perekonomian rakyat melalui usaha bisnis kuliner (resto, warung tenda dan kedai kopi serta aneka makanan dan masakan khas Kuansing), usaha penginapan (home stay), usaha jasa transfortasi lokal dan antar daerah, dan usaha industeri kreatif dan inovatif, inspiratif spt atraksi pentas budaya sebagai wahana hiburan, literasi budaya dan edukasi sosial, juga penyediaan.cendramata (sauvenier) yang diminati wisnu dan wisman yang berkunjung ke Kab.Kuansing menikmati pesta Rakyat Pacu Jaluar.

Singkat kata, apabila semua unsur pokok dan penunjang industri pariwisata Kuansing disiapkan dengan baik secara mindset Triple C, ditata dan dibenahi sarana dan prasarananya dengan baik, maka
perekonomian berbasis industri wisata alam dan budaya (natural and cultural tourisme industry) Rantau Kuansing, maka insyaAllah akan bangkit dan terungkit. Kota dan perkampungan yang.kemungkinan didatangi dan disinggahi para wisatawan juga ditata apik, lingkungan hidup bersih, indah, nyaman dan dipercantik, dibuat menarik.

Jangan lupa, kita berterima kasih kepada para anak muda yang membuat konten kreatif dan inovatif, yang sudah viral ke seantero dunia internasional (mengglobal). Kita masyarakat Kuansing juga merasa amat bersyukur dan ikut senang serta bangga berkat ada dan munculnya atraksi menarik dan mempesona dari sosok seorang atlit pacu Jaluar cilik bernama Dhikka yang berbakat (bertalenta) putra pendayung Pacu Jalur, yang sudah tersebar jejak digital, viral ke seluruh belahan dunia (in the world).

Sekarang Dhika sudah dikukuhkan pula menjadi Duta Wisata Nusantara oleh Kemenbud RI. Dhika sudah menjadi asset human resource of Kuansing, Riau, ibu Menbud RI, nyonya Dr.Fadli Zon akan datang ke Kota Taluk Kuansing, menonton Pacu Jalur thn 2025, sehingga dampaknya daerah Rantau Kuansing sudah dikenal dimana-mana, berkat adanya “Aura Farming” goyangan gaya Salam Kayuah mem”booming” oleh Dhika, yang kemudian ditiru dari dan oleh para influenzer terkenal dunia baik dari kalangan artis penyanyi, seniman, budayawan, olahragawan sepak bola, politisi, tokoh-tokoh dunia lainnya yang telah mempromosikan atraksi budaya Pacu Jaluar, local wisdom and endegenous culture of etnic Melayu Islam Nusantara Kuansing Riau .

Alhamdulillah, kita warga daerah Kuansing bersyukur semakin populer dan terkenalnya daerah kita dengan produk budaya leluhur (adiluhung culture) nenek moyang Melayu Islam Nusantara Kuansing, sarat dengan muatan kearifan lokal (local wisdoms) yang menjaga kelestarian SDA dan jasling.

Warga Kab Kuansing Riau mempersiapkan pacu jalur

Tempo doeloe pada thn 1980, sewaktu saya masuk kuliah di kampus IPB University Bogor, kawan-kawan saya pun di kampus, banyak yang bertanya daerah asal saya Apendi dari mana? Saya jawab saya AA berasal dari Rantau Kuansing, tepatnya Kecamatan Cerenti Kab.Inderagiri Hulu, Provinsi Riau. Temanku mendengar jawabanku, agak terbengong-bengong, sambil bertanya balik kepadaku, dimana itu letak Cerenti, Rantau Kuansing? Begitulah kira-kira respon mereka atas ketidaktahuannya, karena daerah tempat kelahiranku Kuantan memang belum ditulis di atas peta, pelajaran sekolah, akibatnya belum dikenal karena jarang dan bahkan tidak terpublikasi apa dan bagaimana keunggulan budaya Pacu Jaluar yang memang sudah heubat dan mantuul di masa itu, tempo doeloe.

Sekarang ini, cerita menjadi lain, muncul spirit optimistik, kata orang etnis Melayu Riau, Rantau Kuansing zaman Now, sudah sangat dikenal dan populer budaya asli Pacu Jaluarnya di Manca Negara, mengglobal. InsyaAllah mereka para wisman dan wisnu akan berkunjung ke Kota kecil Taluk Kuantan, guna menyaksikan, menononton hiburan attaksi pesta Rakyat event nasional “unik-etnik” Pacu Jaluar, dimana para Pejabat dan Pesohor negeri Indonesia dan dunia akan hadir ke bumi Lancang Kuning Riau di Sumatera Tengah, Indonesia, terutama Tepian Narosa, arena Pacu Jaluar, Kuansing.

Budaya “Pacu Jaluar” sudah ada lebih dari satu abad lamanya, merupakan budaya asli Kuansing sarat dengan sistem nilai dan norma sosial kearifan lokal (local wisdom), telah berkembang sejak penjajahan Kolonial Belanda awal abad 19, dimanfaatkan event Pacu Jaluarnya dalam rangka memperingati HUT Ratu Wihelmina, Top Bangsawan Ratu Belanda, sang penjajah.

Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia tgl 17 Agustus 1945 hingga kini Zaman Now, era pasca Reformasi 1998, maaf yang repot “nasi”, dimana sebagian besar (mayoritas) masyarakatnya dalam kesulitan ekonomi untuk hidup layak, akibat meningkatnya pengangguran karena sulitnya lapangan kerja dan usahabbisnis baru dan masih rendahnya mutu sdm generasi muda Kuansing akibat gagalnya dunia pendidikan mencetak wirausahawan baru (new entrepreuners).

Pacu Jaluar saat ini, bisa dijadikan “best solution and best practices” public policy, yang digunakan momen eventnya yang tepat sebagai wahana Pesta Budaya Rakyat Kuansing dalam rangka memperingati HUT, dirgahayu Kemerdekaan RI. Hal itu semua akan sekaligus berdampak positif, serta berperan membangkitkan dan mengungkit pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mendorong tumbuh-kembangnya, majunya perekonomian rakyat di kawasan Kuansing, yang kini mayoritas warga masyarakatnya masih “miskin” serba terbatas kemampuan sosial-ekonominya dan maaf dapat dikatakan agak “terbelakang” terutama di perdesaan pedalaman, akibat mengalami kesulitan hidup ditinjau dalam berbagai perspektif.

Pesan moral based on scientific lainnya ditujukan kepada para Pejabat Forkopimda Pemkab.Kuansing beserta para Tokoh Masyarakat dan Pemuka Masyarakat Adat Rantau Kuansing, termasuk Ketua RT, RW dan pak Kades, agar ditertibkan, ditindak mereka-mereka para penjahat perusak lingkungan hidup di DAS dengan Dompleng-dompleng Peti berhentilah beroperasi buat selama-lamanya, stop Peti. Dan carilah nafkah kehidupan yang baik dan halal (halalan toyiban), artinya tidak berbuat kriminal lagi, mencemari lingkungan hidup dan merusak ekosistem alam perairan DAS dan daratan, berbuat melawan hukum lingkungan, pola perilakunya tak sesuai pasal-pasal dalam Peraturan dan PerUU (KUHP) yang berlaku.

Aparat penegak hukum, aparat Kepolisian setempat, dan para pembina masyarakat Kuansing bekerjalah dengan mindset Triple C, tegakan supremasi hukum di Kab.Kuansing, aparat Kepolisian yang bertanggungjawab ketertiban dan keamanan masyarakat bekerjalah profesional, presisi dan bertanggungjawab penuh. Janganlah aparat keamanan menjadi oknum, merupakan bagian pembuat masalah rusaknya lingkungan akibat mental serakah (greedy), terlibat dalam sistem permapiaan Peti di Rantau Kuansing, para oknum hidup kaya-raya bermegah-megahan (hedonist) tetapi tidak berkah kehidupannya, sehingga aktivitas illegal Peti tetap merajelela dan semakin marak hingga sekarang.

Dan itu harus dan wajib dibenahi dan dihentikan (stop Peti) segera dalam rangka menyambut tamu agung para wisman dan wisnu yang cerdas, akan tiba di Rantau Kuansing agar mereka merasakan aman, nyaman, terhibur dan meninggalkan kesan positif dan inspiratif, serta mereka tertarik berkunjung kembali ke Rantau Kuansing, Riau.

Mengapa saya beropini dengan menulis artikel secara serius demikian ini? Hal itu, karena rasa tanggung jawab moral, saya baca kondisi eksisting dari berbagai postingan yang viral di beberapa medsos WAG Tokmasy-kaum elite Kuansing, sungguh memprihatinkan, dimana saya diikutsertakan oleh admin, lk 7-10 grup WA.

Alhamdulillah, sehingga saya AA menjadi tahu, mendapat informasi dan data akurat mengenai kondisi eksisting Kab.Kuansing Riau. Dengan demikian, konsekwensinya, saya selaku intelektual dan dosen (pakar dan ilmuwan) di kampus, bisa menulis untuk kesekian kalinya, dengan niat mulia dan luhur ingin menyumbang pemikiran dan beramal dgn ilmupengetahuan, sekaligus sebagai bukti dan bhakti saya mencintai kampuang halamanku.

Walaupun ada segelintir orang, manusia akibat keserakahannya dan kebodohan yang dipeliharanya, mereka beberapa berbalik mengkritik saya, ya “ngak apa-apalah”. Hal demikian itu merupakan hak demokrasi dan HAM mereka, kita harus saling menghormati dan hargai atas perselisihan opininya.

Saya berkeyakinan bahwa Tuhan Allah SWT saya dalam hal inu tidak tidur (mboten sarek), Tuhan Maha Tahu, mana yang haq dan atau yang bathil seperti kejahatan Peti yang.membuat anak dan cucu generasi penerus akan menderita dan sengsara akibat langka dan punahnya sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (SDA dan jasling) ysng merupakan sumber kehidupan/mata pencaharian dan kemakmuran bersama Rakyat Kuansing, baik kini mau pun untuk masa depan kebutuhan anak-anak, cucu dan cicit serta cangkang kita yang juga berhak hidup layak, makmur, sejahtera dan berbahagia (social well being) sejalan kesepakatan para pemimpin dunia di beberapa “World Summit” untuk melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan.(sustainable develoment) based on keseimbangan economy, ecology and ecosocial dalam naungan dan kontrol PBB (United Nation), termasuk Indonesia selaku warga dunia, anggota PBB.

Sekian dan terima kasih atas.atensinya, luangan waktu membaca artikel ini, guna menambah literasi dan edukasi budaya Nusantara nan elok dan indah. Semoga kita senantiasa dianugerahi rahmat, karunia dan hidayahNya, bagi mereka yang beriman, bertaqwa, gemar beramar makmur nahi mungkar, dan mempercayai kehidupan akhirats, Aamiin-3 YRA *

Save Rakyat Kuansing,
Negeri Pacu Jaluar…
Salam Kayuah..
Tigo Tali Sapilin..
Basatu Nagori Maju.###

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw O1 Kel.Sindangsari, Botim City, West Java, Rabu 14 Juli 2025

Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Dosen Assoc Prof, Konsultan K/L negara berpengalaman puluhan tahun mengelilingi alam Indonesia, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di Media Sosial dalam rangka ikutserta mewujudkan keberhasilan Indonesia Emas 2045, orang asli Kuansing lahir dan.besar di Cerenti, sejak.thn 1980 hingga zaman Now bermukim di Bogor karena berkuliah di.IPB University pada program S1, S2 dan S3 dengan kompetensi keahlian Integrated Natural Resource Management)

.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *