Jurnal Bogor – Tempe adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Sejak berabad-abad silam, makanan tradisional ini sudah dikenal oleh masyarakat.
Di Indonesia para perajin tempe tergabung dalam Primer Koperasi Tahu Tempe (Primkopti) di masing masing-kabupaten dan kota. Sedangkan di tingkat provinsi mereka membentuk sekunder koperasinya yaitu Pusat Koperasi Tahu tempe (Puskopti).
Udin Tempe (36 ) adalah perajin tempe asal Pekalongan. Dia memproduksi ratusan tempe setiap hari dengan keuntungan mencapai Rp3 jutaan per hari.
Produksi tempe dilakukan di rumah Udin Tempe di Gg Masjid Cilendek Timur RT 03/RW 10 No.79 Bogor Barat, Kota Bogor. “Modal produksi sebesar Rp 4,5 juta dengan keuntungan bersih Rp 2 jutaan per hari, dari bahan 350 Kg kacang kedelai jadi 1300 Pcs tempe ukuran kecil dan besar dengan 9 varian ukuran dari harga 5-15 ribu, ” ujar Udin Tempe, Minggu (21/1/2024).
Usaha ini dilakoninya sejak 2009 lalu. Waktu itu, ia memutuskan untuk meneruskan usaha orang tuannya menjadi perajin tempe dan mulai produksi tempe,” ungkapnya.
Sejak kecil Udin mengaku sudah dibesarkan di lingkungan tempat produksi tempe. Dari sana ia belajar membuat tempe.
“Dari kecil sudah belajar bikin tempe. Ya karena waktu lulus sekolah membatu usaha orang tua, meneruskan usaha keluarga diproduksi tempe,” ucapnya.
Awal merintis, dia hanya dibantu oleh istri. Namun seiring berjalannya waktu, usahanya semakin maju. Sekarang Udin mempunyai 5 karyawan yang membantu produksi tempe.
Berada di posisi sekarang ini, katanya, tidaklah mudah. Banyak lika-liku yang dihadapi. Mulai dari tidak punya langganan dan harus tertipu orang selama membangun usaha produksi tempe, namun tetap fokus berusaha walau rintangan dan halangan yang kerap kali dihadapinya dalam mengembangkan usaha produksi tempe.
“Alhamdulillah sekarang usaha semakin meningkat pesanan dan pelanggan semakin banyak dan percaya, alhamdulillah,” ungkapnya.
Saat membuat tempe, Udin terlihat sangat terampil. Tangannya dengan cepat memasukan kacang kedelai ke dalam plastik dan membentuknya. Tempe-tempe yang sudah jadi nantinya akan dibawa ke Pasar Gembrong Sukasari dan Pasar Bogor. Di pasar, istri dan karyawannya yang akan berjualan. Selain itu, ada juga beberapa pedagang yang mengambil tempe darinya untuk dijual kembali.
“Jualnya ke pasar (Pasar Gembrong Sukasari dan Pasar Bogor). Ada yang dijual sendiri, ada juga pedagang yang ambil (tempe) dari sini,” jelasnya.
(WH)