Pak Jali, Penggerak Pengelolaan Sampah di Desa Cinangneng Jadi Inspirasi Mahasiswa KKN

  • Whatsapp

jurnalbogor.com – Di sebuah sudut Kampung Cikalancing, Desa Cinangneng, Tenjolaya, Kabupaten Bogor tampak beberapa tong besar berjejer rapi. Dari dalamnya tercium aroma khas fermentasi sampah organik yang sedang diolah menjadi pupuk cair.

Read More

Di situlah Pak Jali, sosok yang sejak lama dikenal peduli pada lingkungan, tengah mengaduk campuran limbah organik untuk dijadikan pupuk organik cair.

Pak Jali bukan orang baru dalam urusan pengelolaan sampah. Jauh sebelum mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 17 datang ke desa ini, ia sudah mengajak warga sekitar untuk memilah dan memanfaatkan sampah rumah tangga. Baginya, persoalan sampah harus diselesaikan di tempatnya, bukan sekadar dipindahkan.

“Prinsip saya terkait sampah adalah bukan hanya memindahkan sampah ke tempat lain atau ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) lain, karena itu bukan menyelesaikan permasalahan, tapi hanya memindahkan masalah. Yang saya inginkan adalah membereskan masalah sampah di sini,” ujar Pak Jali sambil menunjukan hasil pupuk cair.

Sistem yang dijalankan Pak Jali cukup sederhana tetapi memberi hasil nyata. Sampah rumah tangga dipilah menjadi beberapa kategori. Sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan pupuk padat dan pupuk cair yang bisa dimanfaatkan oleh warga yang berkebun.

Sampah anorganik yang masih bernilai, seperti botol plastik atau logam, dijual sebagai rongsok. Residu tertentu yang tidak bisa dimanfaatkan kembali diolah menjadi bahan seperti conblock. Bahkan, bungkus plastik bekas dapat dimanfaatkan menjadi ecobrick yang kemudian bisa dipasarkan melalui e-commerce.

Pak Tamami, salah satu aparat Desa Cinangneng menilai upaya Pak Jali sebagai langkah penting bagi desa.

“Ini adalah upaya meminimalisir sampah sekaligus menjadi embrio untuk pengelolaan sampah Desa Cinangneng di Kampung Cikalancing RT 19,” ungkapnya.

Kedatangan mahasiswa KKN kelompok 17 ke Desa Cinangneng bukan untuk membawa program baru, melainkan untuk mempelajari langsung sistem yang sudah berjalan. Selama berada di desa, mereka ikut melihat proses pengolahan sampah, bertanya tentang cara pembuatan pupuk cair, hingga mencoba membuat ecobrick untuk di aplikasikan di sekolah yang mereka ajar.

“Kami banyak belajar dari Pak Jali. Ternyata kalau dikelola dengan benar, sampah yang tadinya dianggap masalah bisa bermanfaat,” ungkap Samsul, Ketua Kelompok KKN.

Pak Jali sendiri tidak menganggap apa yang ia lakukan sebagai hal besar. Baginya, ini hanya langkah kecil yang bisa dilakukan setiap orang. “Saya ingin warga terbiasa mengelola sampah. Kalau kita peduli, masalah sampah bisa selesai di tingkat rumah tangga,” ujarnya.

Praktik yang dilakukan Pak Jali kini menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa KKN. Dengan adanya dokumentasi dari mahasiswa, diharapkan sistem yang sudah berjalan ini dapat dikenal lebih luas dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain.

(Asiah/mg)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *