Mahkota Binokasih dan Deretan Keris Sakti Kerajaan Sumedang Larang Pikat Ratusan Pengunjung di Cibinong City Mall

  • Whatsapp
Mahkota Binokasih yang menjadi pusat perhatian pameran Kerajaan Sumedang Larang

jurnalbogor.com — Ratusan pengunjung memadati atrium Cibinong City Mall sejak Selasa (10/6) untuk menyaksikan Pameran Pusaka Kerajaan yang digelar dalam rangka Hari Jadi Bogor (HJB) ke‑543. Perwakilan utama dari Keraton Sumedang Larang, Raden Dedi Kusmayadi Argawinata, memperkenalkan diri sebagai Panglima Puragabaya, yakni pasukan khusus kerajaan.

Read More

” Tugas kami menjaga dan mengamankan dua simbol, yakni simbol mati dan simbol hidup. Simbol hidup yang mana terdapat Sri Radya Anom atau raja muda dan Mahapatih beserta keluarganya. Ini menjadi bagian dari tugas tanggung jawab saya sebagai pasukan Puragabaya yang dipimpin oleh saya, dan adapun simbol mati yaitu ada beberapa pusaka dari peninggalan baik dari Pajajaran maupun Kerajaan Sumedang Larang,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kehadiran mereka dalam pameran ini adalah bentuk undangan resmi dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk membawa serta pusaka-pusaka bersejarah yang menjadi lambang kebesaran Kerajaan Sumedang Larang.

“Kami hadir atas undangan dari Kabupaten Bogor dalam acara HJB ke‑543 untuk hadir dalam acara pameran pusaka kerajaan. Keraton Sumedang Larang hadir dan membawa beberapa pusaka. Selain mahkota, ada juga 5 pusaka yang kami bawa,” jelasnya.

“Pertama tama kami membawa replika Mahkota Binokasih yang menurut sejarah itu atas perintah Prabu Suryakencana atau Radya Surya kencana Raja Sunda yang beribukota di Pakuan Pajajaran, dan mengutus terpilihnya 4 Senopati atau yang lebih dikenal dengan Empat Kandaga Lante dipimpin oleh Sang Hyang Hawu (Eyang Jaya Perkasa). Kedua ada Eyang Pancar Buana (Eyang terong peot), ketiga Eyang Dipati Wiradijaya, keempat Sang Hyang Kondang Hapa. Tentunya bersama 30 prajuritnya untuk ditugaskan membawa atribut kebesaran Sunda atau lambang legitimasi kekuasaan Sunda terakhir yang diserahkan ke Sumedang Larang, dari kerajaan Sunda Pajajaran ke Kerajaan Sumedang Larang. Tepatnya pada tanggal 22 April 1578.”

Selain mahkota, keraton juga memajang pusaka para raja Sumedang, termasuk keris berhias emas dan berlian.

“Selain mahkota dari Cirebon kita membawa pusaka raja-raja Sumedang diantaranya, pusaka Keris Ki Dukun yang dilapisi emas yaitu peninggalan dari Prabu Gajah Agung atau Atmabrata, beliau adalah Raja Sumedang Larang yang kedua.”

“Kedua kami hadirkan Keris Panunggal Naga yaitu milik Prabu Geusan Ulun, Raja Sumedang. Terakhir yaitu Pangeran Ankawijaya di dalam pusaka tersebut sarungnya dilapisi dengan intan berlian serta emas.”

Pusaka lain yang tak kalah menarik adalah Badik Curuk Aul, Keris Naga Sastra, dan Kujang Naga.

“Adapun golok Badik Curuk Aul peninggalan dari Sang Hyang Hawu, Senopati dari Pajajaran yang membawa Mahkota Binokasih ke Sumedang Larang yang terus mengabdikan diri ke Sumedang Larang.”

“Ada juga Keris Naga Sastra yaitu peninggalan dari Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel yaitu Bupati Sumedang kala itu ketika pembuatan jalan cadas pangeran. Beliau menghampiri atau mendatangi langsung gubernur Belanda yaitu Willem Daendels karena Pangeran Kornel merasa iba dengan rakyatnya karena kerja paksa, sehingga ia turun tangan dan menemui gubernur Belanda kemudian berjabat tangan memakai tangan kiri dengan William Daendels dan tangan kanannya memegang pusaka Keris Naga Sastra sebagai simbol bentuk perlawanan dan keberaniannya.”

“Terakhir Kujang Naga adalah Kujang yang dipegang atau ageman dari para raja-raja Sunda,” kisah Panglima.

Raden Dedi menegaskan bahwa pameran ini bukan sekadar memamerkan benda bersejarah, tetapi juga sarana mengedukasi masyarakat.

“Harapan saya dengan adanya kegiatan pameran pusaka kerajaan ini yang mana diselenggarakan hari jadi Bogor, ini memberikan edukasi yang sangat luas bagi masyarakat umumnya. Supaya mengenal lebih jelas, lebih dekat dan bisa melihat langsung. Tidak hanya sekedar cerita tapi para pengunjung bisa melihat langsung ada mahkota dan pusaka yang lainnya.”

“dan harapan kami semoga generasi kedepannya bisa membangkitkan budaya khususnya budaya Sunda. Harus kita membangkitkan lagi oleh generasi penerusnya itu harapan kami,” pungkas nya.

Salah satu pengunjung, Heri berasal dari Ciapus Bogor mengaku tertarik untuk datang ke Pameran Pusaka ini.

Tayangan LED tunnel kerajaan Sumedang Larang dalam Pameran Pusaka Kerajaan

“Saya tertarik untuk datang ke pameran ini yaitu ingin melihat langsung pusaka-pusaka dari Bogor dan pusaka-pusaka kerajaan lain seperti Kerajaan Sumedang Larang dan Kerajaan Cirebon,” ujarnya.

“Pusaka yang menarik perhatian saya diantara nya, ada Keris Kujang Naga, Keris Naga Sasra, dan Keris Ki Dukun”

“Harapannya bagus buat pengetahuan sejarah kita, agar ditingkatkan lagi rasa sejarawannya dan untuk generasi muda agar mengetahui asal-usul sejarah dan pusaka-pusaka kerajaan di tanah kita,” pungkasnya.

Dari Mahkota Binokasih hingga Keris Naga Sastra dan kehadiran pusaka-pusaka agung lainnya, Pameran HJB ke-543 seakan menghidupkan kembali denyut sejarah Sunda di tengah gemerlap kota. Sehingga terselip pesan leluhur bahwa, kebesaran budaya tak akan pernah padam selama masih ada yang merawat dan mewariskannya. Kini, giliran generasi muda untuk menjaganya.

(Wulan/mg-uik)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *