jurnalbogor.com – Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Satun, Thailand merayakan Idul Adha dalam suasana yang berbeda dari biasanya di Indonesia. Suara takbir tidak menggema semalam suntuk, tidak ada riuh tawa anak-anak berpakaian baru dan tidak ada kepulan asap sate di setiap halaman rumah.
Jauh dari tanah air, mereka menyambut hari kurban dengan cara yang berbeda lebih sederhana, lebih hening namun penuh makna, pada Sabtu (7/6/2025).

Satun, sebuah provinsi di Thailand Selatan memang dihuni mayoritas muslim. Namun, cara masyarakat merayakan hari raya Idul Adha memiliki nuansa tersendiri.
“Di sini tidak ada malam takbiran seperti di Indonesia malam begitu sepi dan warga sekitar cenderung hidup masing-masing” ujar Nisa seseorang yang sedang KKN asal Bogor.
Perbedaan mencolok juga terasa saat pelaksanaan salat Idul Adha, jamaah memadati masjid pada siang hari tidak seperti di Indonesia sejak pagi buta jamaah mulai memadati masjid bahkan lapangan terbuka. Bahkan setelah salat pun, warga langsung pulang ke rumah selepas bersalaman. Tidak ada pasar dadakan tidak ada arak-arakan anak-anak atau foto keluarga.
Penyembelihan hewan kurban pun berlangsung selepas salat Idul Adha, tidak seramai di Indonesia yang biasanya banyak orang hadir untuk melihat secara langsung proses pemotongan hewan kurban. Hanya panitia kurban saja dan semuanya terasa lebih tertib dan terorganisir.
“Di Satun ini kami biasanya memang hanya sebagian besar panitia saja yang mengurusi pemotongan hewan kurban dan nanti akan langsung dibagikan kepada orang yang membutuhkan,” ujar Hanif, panitia kurban.
Yang tidak kalah menariknya adalah menu masakan khas Idul Adha di Satun sangat berbeda, tidak ada rendang sapi atau gulau kambing. Warga lokal lebih banyak menyajikan makanan seperti kari pedas khas Melayu, nasi kerabu atau ketupat palas yang rasanya manis gurih, karena terbuat dari beras yang dimasak bersama santan.
Meskipun mengalami culture shock, banyak WNI di Satun mengaku mendapat pelajaran berharga, bahwa Islam bisa hadir dalam bentuk yang berbeda, namun tetap membawa nilai yang sama yaitu pengorbanan, solidaritas dan kedamaian.
(Sonia/mg-uik)