Kemewahan Isteri Pejabat Publik sebagai Penghambat Pembangunan

  • Whatsapp
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si

jurnalbogor.com – Bismillahir Rahmanir Rahiem. Astaghfirullahal aziem. Saya berucap seperti itu, melihat gambar-gambar 3 isteri calon walikota (cawalkot) yang memamerkan kemewahan dengan tas-tas dan busana “branded”, apa iya saya pun bertanya kepada sahabat saya mantan wartawan kawakan mas Edy Aruman.

Lantas beliau tidak jawab langsung dengan kata-kata, akan tetapi cukup dengan postingan ada gambar 3 isteri “Cawalkot Bogor” yang cantik dan menawan menenteng tas “Branded”nya, netizen pun berkomentar macam-macam. Saya pun ikut terpancing untuk berkomentar dengan narasi berikut ini dalam perspektif pengetahuan keagamaan Islam (Dinulislam) yang saya anut.

Read More

Begini ceritanya: Pola dan gaya hidup yang sangat nikmat nan membahagiakan itu dalam kaca mata (perspektif) DinnulIslam (QnS) adalah kesederhanaan, dan dalam keseharian kita hidup merasa cukup serta selalu menjaga diri dari yang subhat apalagi yang haram-haram (konaah dan waro’).

Sistem nilai, norma dan kaidah dalam gerak-gerik dan gaya hidup manusia yang cerdas dan bijak dalam Al Quran, hidup yg difirmankan Allah SWT adalah cukup, menjauhi kemewahan (zuhud)
Kemewahan (hedon) itu adalah perbuatan syeitan.

Kita sangat paham bahwa pola budaya hedon memang cenderung membuat pola perilaku kita kriminal, melawan hukum yaitu koruptif, apalagi pejabat publik, punya peluang utk merampok/mengambil dana publik seperti proyek-proyek yang didanai APBN dan APBD, termasuk promosi jabatan publik dan urusan perizinan berusaha, berinnvestasi seperti kasus proyek insfrastruktur PSN- PIK 2, terkadang berlangsung sogok-menyogok, suap-menyuap (koruptif) sehingga akibatnya dampak negatif dan ekses pembangunan multiplier effect kemana-mana yang sangat merugikan rakyat, akhirnya konflik sosial horizontal bahkan vertikal bisa terjadi.

Baru-baru ini Pj Walikota Pekanbaru, kampungku ditangkap KPK karena mengkorup dana proyek-proyek pembangunan daerah yang didanai uang rakyat (APBD dan APBN) dengan sebutan dana “komisi proyek”.

Ini akibat hidup pejabat gemar berpoya-poya, hedon sehingga butuh uang banyak, sedangkan gaji resmi dan income yang ada merasa “tidak cukup”, apalagi dikaitkan dengan biaya politik yang hight cost dalam berdemokrasi, habisnya banyak dan besar dalam pemilu pimpinan daerah langsung (pilkadal), alamak habis-habisan membeli suara rakyat dengan money piolitik, akibatnya “teruk” meminjam bahasa Melayu Riaunya.

Mari kita hidup sederhana saja, dan merasa cukup, agar bisa meraih kebahagiaan sesungguhnya. Namanya ketentraman hati dan berkasih sayang antar sesama (sakinah mawaddah warohmah/samarah) dari penghasilan yang bersih tidak koruptif. Insya Allah, dengan hasil rezeki/dana penghasilan yang diperoleh dari sumber yang halalan toyiban, hasilnya baik, insya Allah uang dikelola dalam hidup berkeluarga, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, akan lebih berkah karena diridhoi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana kaidah moral dan.etika sila pertama falsafah bangsa dan ideologi negara Pancasila.

Jadi saya koreksi sedikit ada pendapat yang agak berbeda, misalkan walaupun gerak-gerik dan gaya hidup (life style dan gusture) hidup kita dalam kemewahan (hedon) dengan menggunakan barang “branded” bersumber dari mata pencaharian yang halal seperti perdagangan dan investasi melalui saham, itu tidak apa-apa, bukan masalah.

Maaf, menurut pendapat saya kuranglah tepat dan kurang bijak, apalagi ibu-ibu pejabat publik seperti 3 isteri Calon Wali Kota Bogor yang gambar-gambar viral di medsos ini, sedang memakai dan memperagakan tas branded. Tas bermerek produk luar negeri yang sangat mahal harganya, ratusan juta atau bahkan disinyalir miliaran rupiah, astaghfirullahalaziem.

Mengapa pendapat saya itu kurang tepat, tidak elok berperilaku demikian?. Kasihan rakyat dan bangsa yang kini mayoritas sedang dalam kesusahan dan sulit hidup alias elit, ekonomi sulit (miskin, terbelakang dan melarat) tidaklah pantas, isteri pejabat hidup bermegah-megahan (hedonist), dan selaku pendamping Walkot sebagai pemimpin rakyat, berempatilah kepada rakyat, sehingga walkot sekeluarga dicintai rakyat, bukan sebaliknya antipati dan dibenci rakyat.

Selain itu pola hidup mewah (hedon), akan menggoda sang suami sebagai pejabat publik seperti Walkot akan menguntil dana APBD dan APBN yang masuk ke daerah kekuasaanya. Saya pernah lama aktif di Kadinda Kabupaten Bogor sebagai unsur pimpinan dan pertimbangan serta penasehat, insya Allah saya banyak tahu mengenai perbuatan KKN antara pengusaha-kontraktor dengan pejabat publik dan elit politik.

Pola budaya korup/KKN bukan rahasia lagi, terjadi dimana-mana di seluruh Indonesia, lihat saja kasus tangkap tangan pejabat publik di daerah seperti oknum Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, termasuk para Kades. Keluarga oknum pejabat publik tersebut, para peneliti dan analisis kebijakan publik, hampir bersepakat salah satu faktor dominan akibat isteri pejabat publiknya hidup mewah dan bermegah-megahan.

Dalam kontek membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pidato Presiden RI ke 8 bpk Jenderal (Purn)Prabowo Subianto , 20 Oktober 2024 di sidang MPR RI acara pelantikannya sebagai Presiden RI di Gedung MPR RI, saya mendengar dan mencatat, bpk.Presiden RI tsb begitu bersemangat berpidato, yang salah satu kontennya, berapi-api untuk memberantas korupsi di birokrasi pemerintahannya guna menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

Sikap dan tekad Presiden RI ke 8 tsb harus kita sambut baik dan mendukungnya, semoga beliau konsisten dan konsekwen antara ucapan dengan perbuatannya, teguh pendirian (istiqomah), jangan meniru kelakuan Presiden RI sebelumnya, ada tampak dan kentara “kemunafikan”, kasihan rakyat.

Menurut pendapat saya AA, agar suksesnya kepemimpinan Presiden PS 5 lima tahun kedepan (2024-2029) kunci penentu keberhasilannya adalah terciptanya birokrasi pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Salah satu cara yang tepat dan sangat strategis adalah mengendalikan dan mengawasi pola dan gaya hidup keluarga pejabat, terutama isterinya janganlah hidup mewah dan berpoya-poya, jika ada rezeki “berlebihan” yang halal dan toyib, lebih baik dimanfaatkan untuk kepentingan sosial dengan membuat yayasan sosial sebagai amal sosial untuk menambang pahala dari Allah SWT sebagai bekal kehidupan di akhirat di syurgajannatunnaim.

Walaupun kita paham untuk tugas pengawasan pola perilaku pejabat publik amat susah, pengalaman beberapa rezim berkuasa, dimana korupsi tetap marak hingga kini.

Kita berharap dan berdoa, semoga Allah SWT memberikan kekuatan kpd Presiden RI bpk PS untuk menunaikan janji politiknya membasmi.korupsi para pejabat dan elite politik (the ruling party) di negara-bangsa bernama NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang bercita-cita mewujudkan kesejahteraan rakyat secara bersama dan sebesar-besarnya, bukan konglomerasi dan cengkraman oligarky seperti yang tengah berlangsung di negeri “kanoha” saat ini.

Salah satu stratanya kepemimpinan Bpk Presiden PS adalah kembalilah “gusture dan life style” keluarga pejabat publik, terutama isteri Menteri, Gubernur, Bupati, Walkot, Camat, dan para Kades serta pejabat publik lainnya hidup merasa cukup dan sederhana saja, sebab kemewahan hidup pejabat publik akan menghambat jalannya program pembangunan-pro rakyat, sehingga dana APBN dan APBD bisa digunakan untuk biaya pembangunan di berbagai sektor dalam upaya memakmurkan rakyat Indonesia yang berkemajuan, berperadaban dan berkeadilan.

Insya Allah, Allah memberkahi, Aamiin-3, sehingga Presiden RI bpk PS diakhir masa jabatannya kelak, akan dikenang dan dipuja rakyat Indonesia karena sukses menjadi Pemimpin Rakyat, bukan menjadi antek konglomerat/oligarki, sebagaimana isi pidatonya di sidang MPR RI, 20 Oktober 2024 yang baru lalu, beliau bertekad melindungi dan membela rakyat dengan sesungguh hati.

Demikian narasi ini dibuat dalam rangka mengingatkan kita bahwa gaya hidup mewah (hedonist) itu banyak kemudaratannya, menghambat proses pembangunan, sedangkan gaya hidup sederhana dan merasa cukup itu adalah perbuatan terpuji dan sarat nilai-nilai kemaslahatan dan kebajikan, sehingga akan menjamin mendatangkan tatanan kehidupan keluarga yang samarah, yang akhirnya bisa mengantarkan kepemimpinan para pejabat publik untuk mensejahterakan rakyatnya sebagaimana janji politiknya dalam Pilkadal, Aamiin-3 YRA.

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06/Rw 01 Kel Sindangsari Botim City, 5 Desember 2024

Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad,M.Si (Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan-tulisannya di media sosial)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *