Dialog Singkat Kebangsaan Indonesia: Save NKRI !

  • Whatsapp
Apendi Arsyad ketika hadir dalam semarak di HUT RI ke-79 thn 2024 Kabupaten Bogor di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor, 11 Agustus 2024

jurnalbogor.com – Terima kasih atas respons dan apresiasi tulisan saya “Masih Ada Islamophobia di Negara Kita, NKRI”. Saya senang dengan sikap dan statemen sahabatku Prof.Dr.Augy Silahalatua M.Sc, beliau senang juga membaca tulisan saya tersebut. Komentar singkatnya saya baca pagi ini lewat pesan WA japrinya, sungguh melegahkan hati saya, dan menggembirakan.

Om Prof.Augy Sihalatua, sahabatku dari Ambon, Maluku, dan kami pernah sama-sama berkuliah di IPB Faperikan, di Bogor “Kampus Rakyat” kira-kira thn 1980-1985 kini beliau sahabatku itu menjadi saintis senior terkemuka, PNS/ASN di Lembaga Oceanografi Nasional LON-BRIN/dulu dibawa LIPI, bahkan om Augy pernah menjadi Kepalanya LON-LIPI di Komplek Ancol Jakarta.

Read More

Sepengetahuan saya, orangnya berambut ikal, dan kulitnya agak “gelap”, “Ambon Manise”, dan memang manusianya ramah, berkomunikasi beliau santun. Om Augy, salah seorang teman akrab saya dan kami sering terlibat dalam berbagai kelompok diskusi. Dengan mengenal dan bergaul dengan om Augy inilah, wawasan kebangsaan saya semakin membaik, dan memahami bangsa Indonesia memang benar-benar majemuk (pluralistic society), banyak belajar dan berlatih hidup di masyarakat berbudaya toleransi, saling menghargai perbedaan, dan mengembangkan kesamaan-kesamaan budaya untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia (national unity for Indonesia).

Kita sepakat om Augy bahwa pengelola negara sedang “lieur” (ceuk urang Sunda mah) membingungkan dan mengecewakan rakyat, menggemaskan karena belakangan ini the ruling party berperilaku “sesat dan menyesatkan” rakyat dan bangsa. 

Saya mencatat hampir setiap minggu keluarnya regulasi dan public policy oleh rezim penguasa (the ruling party) berupa UU, Perpu, PP, Kepres/Inpres, dan Kepmen/Inmen RI, di berbagai bidang Ipoleksosbudhamkam yang diputuskan tidak sesuai aspirasi dan kebutuhan Rakyat dan bangsa, bahkan menyakiti hati rakyat sebab diganggu aqidah Islamiyahnya.

Artinya public policy atau regulasi publik yang keluar menabrak  UUD 1945, dan dalam praktiknya sering melanggar Hak-hak Azasi Manusia (HAM) yang dijamin oleh UUD 1945. Salah satu contoh kasus dari ratusan kasus yang kini “hot dan menjadi “trending topic” di medsos, tindakan BPIP RI yang memaksa mencopot jilbab 18 orang muslimah peserta Paskibraka HUT RI ke-79 thn 2024 di IKN Nusantara Kaltim, ibu kota negara kontroversial yang sarat kritikan netizen di medsos saat ini. Upacara HUT RI ke-79 thn 2024 yang wah dan “mewah” di IKN Nusantara, Paser Penajam Kaltim, telah menguras dana APBN meningkat tajam,  dibandingkan dengan tahun lalu seperti data yang diinformasikan Kemenkeu RI.

Memang demikian fakta dan realitas sosial, adanya sikap, tindakan, perbuatan dan kebijakan “ke-phobia-an dan anti” terhadap ajaran Islam (Dinnulislam). Dan yang memunculkan kasus kontroversial tersebut atau yang buat masalah dan onar adalah mereka-mereka, orang-orang kader ateis itu, yang tak percaya ada Tuhan dan tak beragama. Agama dianggap racun kehidupan, mereka berpaham komunis yaitu PKI. Dan kita beryakinan bahwa itu bukan kita umat beragama yang berbuat aneh dan ajaib (paradoks dan anomali) tersebut.

Perbuatan anomali itu seperti diskriminasi, kekerasan/pemaksaan, intoleran dan melanggar HAM, terutama setiap WNI dilindungi dalam melaksanakan keyakinannya, dalam hal berhijab/jilbab (sebagaimana spirit UUD 1945 pasal 29).

Bagi kita umat beragama yang hidup di bumi pertiwi Indonesia, om Prof Augy yang beragama Kristen yang taat beribadah ke Gereja, dan saya AA beragama Islam,etnis Melayu-Riau, beribadah sholat di masjid, sesungguhnya tidak ada masalah (no problems). Interaksi sosial selama menjalani studi di IPB “Kampus Rakyat” tetap rukun dan damai atas pondasi sikap toleransi yang cerdas.

Kita selama ini, sudah memasuki usia 79 tahun Indonesia merdeka, kita hidup bermasyatakat, berbangsa dan bernegara aman-aman dan nyaman-nyaman saja, dalam naungan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang disahkan tgl 18 Agustus 1945 (asli).

Dengan kata lain, kita hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Faktanya om Prof.Augy berstatus ASN bisa berkarier dengan baik mencapai puncaknya di LON LIPI, walaupun beragama Kristen, etnis Ambon, saya pun demikian, alhamdulillah bisa berbuat dan berkarier di Universitas Djuanda Bogor yang pernah saya dirikan thn 1986 bersama kawan-kawan senior. Dan memang tidak sehebat om Prof.Augy. Akan tetapi itulah Indonesia, hidup kita bertoleran dan saling menghargai serta saling menjaga keyakinan (agama) kita masing-masing. Menurut keyakinan agamaku “lakum dinukum waliadhin”, saling mengakui dan menghormati tanpa merusak pergaulan sosial (hablum minnannas).

Kita tahu dan paham bagaimana di Ambon ada warisan budaya toleran yang sangat baik, “local wisdom” bernama “Pela Genggom”, yang menjunjung hidup rukun dan damai, penuh toleransi antar sesama umat beragama, teristimewa Islam dengan Kristen,…”itu orang bersaudara..”.

Saya berharap pimpinan BPIP RI, Prof.Yudi, mantan Rektor UIN Jogyakarta Kepalanya BPIP itu yang gemar mengusik keyakinan umat Islam dengan pernah berstatemen bahwa “musuh Pancasila itu adalah Agama” tersebut, harusnya beliau belajar kepada orang Ambon Maluku, pemangku adat masyarakat Maluku, kampungnya om.Prof.Augy Sihalatua.

Saya berharap BPIP, yang notabenenya pengawal Pancasila dibubarkan saja, tidak ada guna, bikin onar saja di Republik ini, dan oknumnya yang berbuat onar, mengusik kerukunan umat beragama dikriminalkan saja. Kemudian saya bersepakat dengan opini nitizen yang berkembang di berbagai medsos, termasuk sikap MUI, ICMI, Kahminas dll, dengan ada berita buruk (bad news) yakni 18 orang muslimah peserta Paskibraka untuk pengibaran sangsaka merah putih HUT RI Ke 79 thn 2024 di IKN Nusantra Kaltim, dipaksa dicopot jilbab/hijabnya oleh oknum Kepala dan jajaran esselon BPIP RI yang zholim, dicopot juga jabatannya, mereka melanggar HAM, merobek-robek keyakinan beragama (baca UUD 1945 pasal 29), jahilliah dan konyol, nauzubillhi minzalik. 

Mereka itu adalah kumpulan orang munafik, jika beragama Islam, alergi agama, anasionalist dan bahkan mungkin ateis (komunisme) barangkali?, yang bertentangan hidupnya dgn falsafah bangsa dan ideoligi NKRI yakni Pancasila.

Cukup sekian dialog kebangsaan kita om Prof.Augy, sehat dan berbahagia selalu, salam buat keluarga. Semoga kehadiran artikel saya AA dapat menginspirasi, mencerahkan dan menggerakan para pembaca untuk penyelamatan NKRI (save NKRI).

Merdeka, merdeka, merdeka. Allahu Akbar !
Save NKRI !
Dirgahayu Indonesia ke-79 thn 2024
Maju-jayalah negara dan bangsanya dan Sejahteralah Rakyatnya, Aamiin aamiin aamiin ya rabbal ‘alamiin

Wangun Atas Kel.Sindangsari “kota hujan” Botim City, 16 Agustus 2024
Wassalam

====✅✅✅

Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si (Pendiri ICMI thn 1990, Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor merangkap Wasek Wankar ICMI Pusat, Pendiri Universitas Djuanda thn 1986, Dosen  Non-PNS bekerja Universitas Djuanda Bogor selama 37 thn (Sept 1987-Okt 2024), Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *