jurnalbogor.com – Jumlah penduduk miskin Kota Bogor selama dua dekade terakhir mengalami fluktuasi. Yakni, terbanyak pada 2008 yang mencapai 97,7 ribu jiwa. Sedangkan yang terendah adalah 64 ribu jiwa saat 2019.
Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan jumlah penduduk miskin di Kota Bogor kembali meningkat.
Dari sisi angka kemiskinan ekstrem, Kota Bogor masih memiliki pekerjaan rumah untuk membuat sejumlah langkah untuk memastikan 0,44 persen warga yang masuk kemiskinan ekstrem terentaskan.
Tetapi, langkah itu tidak mudah di tengah belum ada kebijakan pusat yang mengatur secara tegas penggunaan satu data kemiskinan yang terintegrasi.
Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bogor sebagai Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota menginisiasi Kampung Nol Kemiskinan Ekstrem.
Kepala Bapperida Kota Bogor, Rudy Mashudi mengatakan bahwa Kampung Nol Kemiskinan Ekstrem merujuk pada konsep atau program bersama penanganan kemiskinan ekstrem antara Pemerintah Kota Bogor dengan seluruh lembaga filantropi.
“Satu kampung dipilih, kemudian bersama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di kampung tersebut. Misal, satu lembaga fokus pada aspek ekonomi memberikan pelatihan dan pendampingan kepada warga. Lembaga lain melakukan perbaikan sanitasi atau menyediakan beasiswa miskin,” ujar Rudy, Jumat (1/11/2024).
Menurut dia, konsep Kampung Nol Kemiskinan Ekstrem, telah disampaikan ke delapan lembaga filantropi yang beraktivitas di Kota Bogor. Yakni, Dompet Dhuafa Republika, CT Arsa Foundation, Kitabisa, Rumah Zakat, Daarut Tauhid Peduli, SalamAid, LAZ Al-Bunyan, dan BAZNAS Kota Bogor.
“Alhamdulilah respon ke-8 lembaga tersebut sangat bagus. Dan pada Jumat (1/11/2024), kami menindaklanjuti respon baik tersebut dengan melakukan kunjungan lapangan ke wilayah RT 2, RW 06 Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,” jelasnya.
Rudy menjelaskan, dipilihnya Kampung Pabuaran lantaran berdasarkan hasil penapisan data kemiskinan ekstrem di Kota Bogor.
“Dari 0,44 persen penduduk miskin di Kota Bogor jika dipilah lagi, maka Kecamatan Bogor Selatan adalah kecamatan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Dari Bogor Selatan, kita melihat Kelurahan Mulyaharja adalah kelurahan dengan jumlah penduduk miskin ekstrem terbanyak yaitu 58 KK atau sekitar 333 jiwa,” ungkapnya.
Kata dia, dari 58 KK, 14 KK di antaranya terkonsentrasi di Kampung Pabuaran, RT 2 RW 06.
“Inilah titik pertama dari implementasi Kampung Nol Kemiskinan Ekstrem di Kota Bogor bersama Filantropi,” tegas Rudy.
Sementara itu, salah satu perwakilan lembaga filantropi, Imam Syafei, perwakilan dari CT Arsa Foundation, menyambut inisiasi baik Pemkot Bogor.
“Jarang sebuah Pemerintah Daerah mau menggandeng lembaga filantropi bahkan menyediakan data sangat detail kaitan kemiskinan untuk kita intervensi bersama. InsyaAllah, kami akan berperan serta dalam penanganan kemiskinan ekstrem di Kampung Pabuaran ini,” katanya.
Hal senada disampaikan oleh Pimpinan Salam Aid, Lutvi Kurnia. Ia mengaku siap membantu dan mendampingi 5 KK di kampung Pabuaran.
Terpisah, Lurah Mulyaharja, Indra, bersyukur atas rencana implementasi Kampung Nol Kemiskinan Ekstrem di wilayahnya.
“Ini kabar bahagia bagi kami. InsyaAllah dengan implemntasi program ini, kemiskinan ekstrem di Mulyaharja kita yakini akan mengalami penurunan,” harapnya.
(FDY|*)