Bismillahir Rahmanir Rahiem
Mencermati diskursus kita beberapa orang warga WAG IKKS Pku Riau, yang mau berpikir, saya tergelitik untuk berkomentar dengan bernarasi singkat. Semoga ada manfaatnya, mana tahu bisa menyadarkan dan mencerahkan untuk kemajuan masyarakat yang beradat dan berperadaban.
Mudah-mudahan, insyaAllah narasinya tepat dan pas logikanya, lurus alur pikir. Guna merespon ungkapan para sahabat IKKS, saya berikan temanya “bagaimana seharusnya kita bersikap?”
Merespon fenomena sosial, suksesnya putra zuriath tokoh panutan etnis Melayu Riau, alm.H.Raja Rusli, cucunya menjadi Menhut RI. Terus terang kita senang dan bersyukur kepada Allah SWT, atas karuniaNya, sehingga meningkatkan harga diri (marwah) etnis Melayu Riau, alhamdulillah.
Semuanya itu Tuhan Allah SWT sdh mengatur (takdirullah) tinggal lagi raihan kekuasaan politik (political power) untuk kemaslahatan (kemakmuran bersama dan keadilan sosial) atau memilih kemudharatan (kejahatan kkn, pro oligarky, rakyat tempatanya miskin, bodoh dan keterbelakangan, etc).
Ini persoalan pilihan sikap hidup, free will. Kaum intelektual yang berimtaq dan beripteks harus dan wajib mengingatkan (warning). Sikap dan perilaku yang bijak dari kaum intelektual tetap kritis, analitik dan solutif yang berbasis pada kebenaran dan keadilan sesuai QnS.
Pola budaya Melayu Riau yang berbasis DinulIslam (QnS) sangatlah sesuai dengan pola pikir (mindset) tersebut diatas.
Jika kaum terdidik dan terpelajar, terutama mereka yang sudah sukses akademik, meraih Doktor bahkan Profesor diam saja (bahasa Sunda Cicing Wae), maka akan berakibat buruk terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 asli.
Makna lain, “cicing wae”, cuek, alias pasif dan permisifnya sikap kaum terpelajar tsb, demikian itu adalah sebuah pengkhianatan, melanggar janji kesarjanaan, yang diucapkan ketika diwisuda di kampus beneran terbaik (exellence university), bukan kampus “abal-abal” yang sekedar hanya mencari tempelan gelar yang dianggap mentereng, jimat yang bisa menghipnotis orang-orang bodoh yang gila 3 Ta, mendewakan tahta, harta dan wanita, astaghfirullahal aziem.
Jika pola tingkahnya 3 Ta itu yang terjadi dan banyak berlangsung di tengah kita, terutama kalangan elite (the ruling party) seperti para penjabat, akhirnya bertransformasi menjadi penjahat dan penghianat bangsa, koruptor terkena OTT KPK masuk buih sehingga terkena azab di dunia, apalagi di akhirats menjadi penghuni neraka jahannam, nauzubillahi minzalik.
Pesan moral kepada kaum cerdik pandai, cendekiawan muslim berhati-hatilah menjalani hidup dan kehidupan, beribadahlah dengan baik dan benar sesuai Dinnulislam berdasarkan QnS, tetap istiqomah, agar kita terhindar dari godaan syeitan yang terkutuk, sesat dan menyesatkan, terutama dalam hal mengejar 3 Ta yang tak berkesudahan, tanpa akhir akibat keserakahan, rakus, kemaruk, yang merusak tatanan sosial masyarakat beradat dan berperadaban. Kita mengenal dengan pola budaya Melayu Riau yang beradab yaitu “adat bersendi syarak, dan syarak bersendikan Kitabullah-QnS”.
Saya berkeyakinan seandai masyarakat Melayu Riau berpegang pada ajaran budaya berbasis DinnuiIslam, maka Ranah Melayu Lancang Kuning Riau, akan berjaya kembali. I
Dengar dan simak lagu Melayu “tak kan Melayu ada di bumi, dst” yang didendangkan penyanyi etnis Melayu populer uni Iyeth Bustomi, orang awak Bengkalis, dan atau oleh abang kito Epi Martison, urang awak Baserah-Kuansing seniman Melayu Riau mukim di Jakarta, yang juga tak kalah tersohornya di mancanegara juga demikian banyak mementaskan seni budaya Melayu…”oh sayang” he he heem.
Basatu Nagori Maju, tigo Tali Sapilin, Salam Kayuah
Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel.Sindangsari Botim.City, West Java, Sabtu 26 April 2025.
Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisan-tulisannya di Media Sosial dalam upaya menuju Indonesia Indonesia Emas 2045)