jurnalbogor.com – Menteri ATR/BPN RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan membuka aduan masyarakat yang lahannya bersengketa untuk diselesaikan termasuk melakukan pengecekan kembali aset tanah, baik milik negara dan BUMN yang berada di kawasan Puncak Bogor yang menjadi kajian dalam penataan tata ruang dan wilayah di kawasan tersebut.
Hal itu dikatakan AHY bersama jajarannya melakukan penanaman pohon di Kampung Ciaul, Desa Cibedug, Ciawi, Kabupaten Bogor, Senin (22/4/2024) dalam rangkaian peringatan Hari Bumi.
Dikatakan AHY, kejahatan mafia tanah adalah kejahatan terorganisir yang dilakukan kaum intelektual yang penyelesaiannya membutuhkan pendekatan khusus. Akibat praktik itupun tata ruang wilayah tidak terkendali dan alih fungsi lahan terjadi di mana-mana dan akibatnya terjadi bencana alam.
Lebih lanjut Menteri ATR BPN menjanjikan akan melakukan peninjauan kembali tata lahan di kawasan Puncak Bogor, dan dimungkinkan untuk penertiban bangunan liar dalam skala tertentu. Pada kesempatan itupun Menteri ATR BPN secara simbolis menyerahkan 55 sertifikat kepada warga korban gempa Cianjur, Jawa Barat yang telah direlokasi.
“Terkait sengkarut tata lahan antara korporasi dan penggarap Rektor IPB University Profesor Arif Satria mengatakan penyelesaian konflik agraria dilakukan dengan pendekatan pendampingan pemberdayaan masyarakat yang dicontohkan di Cisarua Puncak Bogor dan Cianjur dengan menjadi sentra budidaya komoditas bernilai tinggi seperti kopi,” ungkapnya.
Menurut AHY, penataan tata ruang dan kepastian hukum dalam tata kelola agraria melalui digitalisasai lahan juga menjadi bagian dari upaya menertibkan dan memperkecil kejahatan pertanahan dan meningkatnya investasi bagi rakyat di Indonesia.
“Bumi kita hanya satu-satunya ini harus kita jaga bareng bareng, karena kita bertanggung jawab bukan hanya kita ingin nyaman untuk kehidupan kita, tapi untuk anak cucu dan generasi seterusnya.
Jadi Indonesia harus menjadi warga dunia yang tanggung jawab agar sama-sama kita menghadapi krisis iklim pemanasan global termasuk juga kita mencapai net zero emisien,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dengan semangat yang sama, dia hadir bersama Kementrian ATR BPN menanam pohon mahoni, nanti pada saatnya akan ada 5000 pohon di sekitar Desa Cibedug ada 4 desa yang menjadi lokasi penanaman.
“Sekali lagi kalau semakin baik menangkap karbon dioksida ini artinya kita bertanggung jawab terhadap kondisi alam. Kita jangan sampai jadi pemanasan yang tidak bisa dikendalikan dan menyengsarakan, membahayakan peradaban kita semua,” ungkapnya.
(YUD)