jurnalbogor.com – Karyawan PT Prasahda Pamunah Limbah Industri atau PPLi, Sabtu (17/08/2024) kemarin sama dengan semua elemen anak bangsa lainnya di penjuru negeri menggelar upacara pengibaran bendera merah putih memperingati hari lahirnya bangsa dan negara Indonesia yang ke – 79.
HR Manager and Operasional PPLi Akhmad Radinal, bertindak selaku inspektur upacara yang dipusatkan di halaman utama kantor PPLi, di Jalan Narogong, Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
Dalam pesannya Akhmad Radinal, meminta semua karyawan PPLi harus bangga lantaran bekerja di perusahaan asal Jepang, dengan bisnis utama mengolah bahan berbahaya dan beracun atau B3 karena tanpa disadari sudah berperan menjaga dan melestarikan pencemaran lingkungan yang dihasilkan industri.
“Karyawan PPLi itu bagian dari pejuang lingkungan karena dengan adanya PPLi serta karyawan yang terlibat di dalamnya lingkungan terselamatkan dari bahaya pencemaran limbah B3,” kata Akhmad Radinal, melalui keterangan tertulisnya yang diterima Jurnal Bogor.com, Minggu (18/08/2024).
Akhmad Radinal menegaskan, tak semua orang bisa atau mau bekerja setiap harinya mengurus dan menangani limbah berbahaya karena sangat berisiko, namun karyawan PPLi mampu melaksanakannya dengan penuh dedikasi tinggi.
“Sebagai perusahaan yang memiliki core bisnis di bidang limbah, kita telah berpartisipasi melindungi dan menjaga bumi dari ancaman kerusakan alam akibat pencemaran limbah B3. Itu artinya PPLi t turut berkontribusi menjaga ekosistem di indonesia, dari dampak negatif perkembangan industri,” ujar Akhmad.
Radinal menjelaskan, dulu zaman penjajah serta masa revolusi fisik pernah mempertahankan kemerdekaan para pahlawan melawan penjajah dengan menggunakan berbagai jenis senjata dan rela mengorbankan nyawanya demi Indonesia merdeka.
“Kondisi tak jauh beda dengan karyawan PPLi, kita semua adalah pejuang yang melawan perusak lingkungan. Kita melakukan usaha agar industri tidak merusak lingkungan. Kita dorong dan bangun kesadaran kalangan industri untuk mengelola limbahnya dengan baik dan benar demi menyelamatkan generasi mendatang,” ujar Radinal.
Sementara itu, salah satu karyawan yang telah 27 tahun bekerja di PPLI bernama Hartono mengungkapkan rasa bahagianya masih dipercaya perusahaan.
“Saya merasa di tempat ini, saya bisa berbuat untuk kebaikan lingkungan dan mampu memberikan ketenangan kepada masyarakat dari ancaman limbah berbahaya,” kata Hartono.
Tono, biasa dipanggil mengungkapkan, bekerja di PPLi memiliki resiko tinggi. “Nyawa taruhannya, karena yang diurus limbah berbahaya yang bisa menimbulkan penyakit, bahkan kematian pada mereka yang terpapar bila tidak dikelola baik,” terangnya.
Namun, lanjut Tono, dengan penerapan Standar Operation Procedure atau SOP yang benar dan pengetahuan yang tepat, maka resiko terpapar limbah berbahaya bisa dihindari.
“Saya bangga kerja di PPLi karena menerapkan aturan yang ketat dan sangat peduli pada lingkungan. Bahkan “teknologi yang digunakan juga menunjang pelestarian lingkungan. Jadi kami yang bekerja di dalam tidak khawatir walau harus berdekatan dengan limbah berbahaya,” katanya.
Tono, yang kini berusia 48 tahun itu mengaku meski kerja mengurus limbah berbahaya namjn hingga saat ini dirinya tak pernah ada keluhan sakit parah sebagai dampak mengelola limbah berbahaya. “Paling penyakit akibat pola makan seperti kolesterol saja,” kata Supervisor di Divisi Insinerator PPLi itu menutupi.
Sebagai informasi insinerator adalah fasilitas layanan pengolahan limbah dengan metode thermal.
Fasilitas yang ada di PPLi ini merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, dengan kemampuan memusnahkan limbah hingga 50 ton perhari.***
(Ga)