WALHI Sebut Program Palsu Citarum Harum Jangan Dibawa ke WWF Bali

  • Whatsapp

jurnalbogor.com – Catatan Walhi dalam kurun waktu enam tahun program Citarum Harum berjalan, sungai Citarum masih dalam kondisi rusak. Pemerintah pusat hingga pemerintah daerah berniat memulihkan kerusakan sungai, namun faktanya gagal.

Perpres nomor 05 tahun 2018 yang diharapkan dapat mempercepat pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran sungai Citarum dan TNI sebagai leading sector dalam kegiatannya hanya menjadi klaim serta hanya menjadi kebohongan semata.

Read More

Dalam rangkaian kegiatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bertema Bebersih Citarum, titik kumpul di Sektor-7, Minggu (19/5/2024).

Secara organisasi WALHI menyampaikan kepada Pemerintah bahwa pertama, kami tidak menyetujui Indonesia membawa praktik baik Citarum Harum ke World Water Forum (WWF) ke-10 pada 18-25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali.

“WWF jangan dijadikan pencitraan keberhasilan pemerintah Indonesia terhadap pengendalian percepatan pemulihan kerusakan sungai Citarum. Kenapa kami tidak menyetujui dijadikan claim keberhasilan di pertemuan WWF, karena menurut WALHI serta jaringan komunitas lingkungan WALHI  merespon terhadap situasi dan kondisi sungai Citarum yang faktanya hingga saat ini kami buktikan dalam kegiatan Bebersih ternyata masih mengalami kerusakan, malah cenderung naik dari indikator atau parameter capaian kritis kami. Mengapa kami nyatakan gagal, pertama di kawasan hulu lahan kritis itu belum pulih, malah cenderung kerusakannya meningkat juga di wilayah kehutanannya,” ungkap Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, Wahyudin, dalama keterangan persnya dikutip Senin (20/5/2024).

“Nah, di saat musim hujan kerap sering terjadi banjir bandang, banjir lumpur yang sekali juga menelan korban. Dan tentunya menengkatkan bentuk kerugian tidak hanya dalam kontek sektor lingkungan, tetapi kerugian secara material. Itu adalah salah satu indikator kerapa kami mengatakan gagal Citarum Harum, dari sisi kontek lahan kritis,” jelasnya.

Wahyudin mengatakan, alasan yang kedua adalah, WALHI juga masih menemukan bentuk-bentuk pelanggaran di sektor industri yang melakukan tercemaran secara langsung maupun tidak langsung  ke anak sungai maupun ke sungai Citarum. Pelanggar, industri-industri yang melakukan percemaran ke sungai tersebut tidak ditindas secara tegas.

“Nah yang ketiga, mengenai penyelesaian persoalan sampah yang masuk ke anak sungai, maupun bermuara ke Sungai Citarum. Memang situasi atau kondisi saat ini kami tidak menemukan sampah yang menggunung dari anak sungai yang bermuara ke Sungai Citarum. Tapi kami masih temukan pada saat kondisi hujan atau musim hujan, di sungai-sungai itu sampah mengapung. Jadi, kami tidak bisa membayangkan siapa instansi yang bertanggung jawab selanjutnya, ketika misalnya yang mengatasi, yang mengambil sampah-sampah yang bermuara di Sungai Citarum,” ucapnya.

“Yang keempat, soal anggaran yang bersumber dari APBD, Kementerian dan lainnya itu ada memang dipublikasikan, tapi secara detil tidak dilakukan penyerapan anggarannya. Saat iniemasuki tahun lke 6 dimana kurun waktu Program Citarum Harum ini sudah berjalan, lalu berapakah biaya, yang bersumber dari APBD dan Kementarian dan lainnya yang telah diserap. Selain, tidak ada transparansi secara detil anggarannya tersebut, kami pun juga melihat, tidak ada terasparasi secara detil termasuk keuangan yang bersifat hutang negara,” ungkapnya.

Dirinya membeberkan alasan yang kelima yaitu, seberapa jauh partisipasi publik dilibatkan secara masif. Misal terlibat pada ruang-ruang perencanaan, evaluasi, pengawasan terhadap Program Citarum Harum.

“Yang terakhir adalah benar adanya bahwa Program Citarum Harum merupakan program palsu. Faktanya, hingga saat ini masih mengalami kerusakan yang nyata. Mengapa kami katakan Program Palsu, karena tidak menyasar pada fokus masalah pencemaran dan kerusakan dari hulu ke hilir hingga muara Sungai Citarum, serta sejauhmana indeks kualitas air Sungai Citarum,” tutup Wahyudin.

Sementara Dedi Kurniawan peserta aksi yang juga Ketua Badan Kehormatan FK3I Jabar dan Mapala Ranger bersama  Gabungan Sahabat Walhi, Pecinta Alam, Pegiat Alam kumpul di Sektor-7 Sungai Citarum untuk Aksi Bersih Sungai Citarum dan membentangkan spanduk sambil rafeling dari Jembatan Rancamanyar. Mengkritik situasi Sungai Citarum ternyata belum ada perubahan ke arah perbaikan.

“Tagline kita Citarum Tidak Harum. Sebab, saat kita lihat langsung  Sungai Citarum, kondisinya hadeuh sambil memegang kepala saya gak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi,” tukas Dedi.

(yev/r)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *