Rola Al-Abyad, dari Keluarga “Pemulung” Menjadi Dokter

  • Whatsapp
Dr.Ir.H Apendi Arsyad,MSi

*** Nama saya Rola Al-Abyad. Dulu, saya tidak dikenal dengan nama itu. Di sekolah, di lingkungan rumah, bahkan di tempat umum, saya hanya dikenal sebagai “anak pemulung”. Orang-orang seakan melupakan siapa saya sebenarnya. Label itulah yang melekat ke mana pun saya pergi.

Ayah saya bekerja di dinas kebersihan kota. Rumah kami sederhana, tapi penuh kehangatan. Tidak seperti anggapan sebagian orang, kami tidak hidup dari sampah. Kami adalah keluarga biasa—memasak, makan bersama, bercanda, tertawa, dan saling menyayangi.

Read More

Saya anak sulung dari enam bersaudara: tiga laki-laki dan dua perempuan. Sejak kecil, saya selalu serius belajar. Namun, prestasi saya kerap tak dianggap. Di mata banyak orang, saya hanya “anak pemulung”.

Di kelas, hanya segelintir teman yang mau bicara dengan saya. Banyak yang bahkan malu duduk di sebelah saya, seolah-olah saya menjijikkan, atau bau sampah, hanya karena pekerjaan ayah saya.

Pernah suatu hari, saat guru bertanya apa cita-cita kami, saya menjawab dengan jujur. Tapi sebelum saya selesai bicara, ada yang menyela sambil tertawa: “Mau jadi pemulung, ya?” Semua ikut tertawa. Saya hanya bisa menahan tangis.

Namun, saat itulah guru saya memeluk saya dan berbisik, “Jangan malu dengan pekerjaan ayahmu. Ayah saya juga dulu penjaga gedung, menyapu, mengepel tangga, dan mengumpulkan baju bekas untuk kami pakai. Yang penting, kita tumbuh dengan rezeki yang halal. Jadilah kuat. Jangan pernah patah semangat!”

Sejak itu saya bertekad: saya harus kuat. Saya tidak akan membiarkan siapa pun merendahkan saya. Saya juga mengajarkan adik-adik saya hal yang sama—bahwa harga diri tidak boleh dikalahkan oleh hinaan, dan masa depan ada di tangan kita sendiri.

Bertahun-tahun kemudian, saya berhasil lulus ujian akhir dengan nilai terbaik dan masuk fakultas kedokteran. Saat itulah semuanya berubah. Mereka yang dulu meremehkan mulai memanggil saya “dokter”. Rasanya seperti terbang—saya berhasil menaklukkan rasa sakit itu.

Bahkan, banyak dari mereka yang dulu menertawakan saya akhirnya membutuhkan bantuan saya. Dan saya menolong mereka sebaik-baiknya. Demi Allah, saya tak pernah menaruh dendam.

Kini kami semua tumbuh dewasa. Ayah saya sudah tak perlu bekerja lagi. Kami pindah ke rumah yang lebih besar, dan tetap hidup rukun sebagai satu keluarga. Dua adik laki-laki saya menjadi insinyur, yang ketiga sedang kuliah kedokteran gigi, dan adik perempuan saya kuliah di fakultas farmasi. Saya sendiri sudah menikah dan punya dua anak. Adik-adik saya juga banyak yang sudah menikah atau bertunangan.

Kami semua tumbuh tanpa pernah melupakan masa lalu—bahwa dulu kami pernah disebut “anak pemulung”.

Kata-kata itu, mungkin lebih menyakitkan bagi ayah saya daripada kami. Tapi kami tidak pernah malu padanya. Kami bangga, karena beliau membesarkan kami dengan penuh cinta dan dari nafkah yang halal.

Ajarkan anak-anak kita untuk menghormati semua orang—tanpa memandang profesi. Ajarkan nilai cinta, respek, dan kesetaraan antara tukang sapu dan pejabat tinggi. Ajarkan bahwa tekad bisa mengubah segalanya, dan bahwa harga diri adalah hal yang paling berharga. Ilmu bisa membangun istana tanpa fondasi, sedang kebodohan bisa meruntuhkan rumah yang megah dan terhormat. Celakalah bangsa yang ditertawakan karena kebodohannya…

Kita perlu bangga pada orang-orang seperti ayah saya—dan pada siapa pun yang bekerja keras dengan cara yang bermartabat. Saya hanya satu dari sekian banyak anak yang lahir dari keluarga sederhana, namun tak pernah menyerah mengejar mimpi. Dengan ilmu, kita bisa mengangkat martabat diri. Dengan tekad, kita bisa mengubah nasib. ***

Bismillahir Rahmanir Rahiem
Artikel tersebut diatas sangat bagus dipahami, dihayati dan diamalkan, janganlah kita menjadi orang lupa diri, berperilaku sombong, pecundang, penghianat, feodal dengan merendahkan orang lain, dan gemar memakan hak orang lain (korupsi, maling, merampok, merampas, etc)..

Riwayat hidup dr.Rola Al-Albyad, yang berasal dari keluarga sangat sederhana, direndahkan derajatnya, yang diberi sebutan hinaan, keluarga “pemulung” oleh orang-orang yang sombong di sekitarnya. Orang-orang sombong yang tak berperikemanusiaan.

Padahal keluarga Rola adalah keluarga hidup sangat sederhana yang hidup rukun, dan mereka pekerja keras, hidup jujur alias tidak mau memakan harta/ penghasilan haram spt hasil korupsi, memanipulasi, kolusi, mencuri, merampok dan cara-cara haram lainnya dengan memindahkan harta (asset) publik spt asset wakaf berpindah hak kepemilikannya menjadi milik aset pribadi (state/communal property right berubah private property right) yang berkedok Yayasan Sosial (nirlaba) dengan jargon, cara menjual ayat-ayat Al Al Quran, atau menjual issu kemiskinan dengan proposal tipuan untuk mendapatkan dan meraup dana hibah dari lembaga donor (negara dan swasta) atau sejenisnya.

Setelah dana sosial terkumpul, para maling, perampok, penghianat dan pecundang menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadi dan keluarganya (nepotistik needs). Yayasan sosial yang berkedok agama seolah-olah telah menjadi perusahaan pribadinya (coorporate/ private right), dan mereka para penjahat ini hidup mewah dan bermegah-megahan (hedon) di lingkungan sosial hidupnya sulit dan susah.

Hal ini tampak dari penampilan si perampas dan pecundang dari pola, gerak-gerik dan gaya hidupnya (life style), antara gemar menampilkan di publik dengan kemegahan mobil mewahnya dari hasil korupsi dana hibah negara (Apbd dan Apbn) dan umat Islam dari dana Ziswanya, nauzubillahi minzalik.

Orang-orang yang suka memakan dana haram inilah, suka bermaksiat dengan mendewakan 3 Ta, dimana pola komunikasi dengan orang lain menjadi sombong, pecundang, feodal, tidak ada kesetaraan di lingkungan kerjanya, dia merasa paling top dan hebat. Dan dia mudah menghina orang lain spt yang dialami siswi Rola Al-Abyad di sekolahnya tempo doeloe.

Apa yang saya kemukakan gejala abnormal, penyakit sosial tersebut diatas ada banyak terjadi di sekeliling kita. Para penjahat begitu mudahnya masuk ke lembaga sosial, diantaranya seperti lembaga “pendidikan dan keagamaan” berkedok Yayasan bersimbol agama, yang tak tersentuh hukum akibat lemahnya pengawasan atau kuatnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sehingga sistem dan jejaringan permafiaan di dunia pendidikan tetap berjalan dan eksis, nauzubillahi minzalik.

Riwayat hidup Rola Al-Abyad tersebut sangat baik dibaca untuk dipahami, dihayati dan diamalkan, serta menarik sebagai bahan pembelajaran (lesson learned) agar kita tidak sombong, menghindar memakan harta publik (asset umat) berkedok Yayasan sosial bersimbol agama, itu jelas perbuatan haram.

Kata imam Al Ghazali, orang-orang yang suka memakan harta haram, maka pola berperilaku kehidupannya seperti iblis/seitan yaitu sombong (arogan spt Firaun), orangnya suka menipu, maling, merampok, pecundang, khianat, suka merendahkan dan menghina orang lain, serta gemar pamer kemewahan harta di arena publik, etc.

Orang sombong membawa banyak malapetaka bagi orang lain dan menghambat kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Orang sombong adalah benalu dan predator kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya atau lingkungan sosial tempat bekerja seperti yayasan sosial pendidikan etc. Kita sebagai pegawai atau karyawan dibuatnya hidup miskin akibat dieksploitasi, sementara mereka yang menganggap diri kaum penguasa.menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) dan hidup mewah dan bermegah-megahan (hedonist) dengan gusture dan life style sombong, hidup dari harta haram, jauh dari keberkahan.

Dipenghujung tulisan saya ini, maka yakinlah bahwa Allah SWT tidak tidur..” boten sare”, semua perilaku dicatat dalam kitab Lahu Mahfudz dengan maha teliti dan rinci..bahkan akan ada azab yang menunggu bagi mereka yang hidup sombong, pongah, karena hidup dari penghasilan yang haram dari hasil korupsi, manipulasi dari asset wakaf-milik publik/umat menjadi milik pribadi, dan atau berbuat korupsi dana publik (Apbd dan Abbd) yang peruntukannya kepentingan sosial pendidikan umat dan rakyat jelata (fuqoro masakin, dhuafa dan mustaafin), memakan hak orang lain dengan merampas, merampok dan menipu, abuse of power, etc.

Kita berkeyakinan bahwa yang hak itu akan datang dan menang seperti yang diraih oleh anak “pemulung” Rola Al-Abyad yang kini menjadi dokter dengan keluarga yang sukses dan hidup berbahagia, hidup rukun-damai, tenteram hidup sekeluarga based on “sakinah mawaddah warohmah”. Sebaliknya mereka yang sombong dan suka memakan harta haram, berbuat zholim dan bathil akan ada azab Allah, dan janji Allah SWT dalam Al Quran, yang bathil pasti binasa.

Orang-orang baik (sholeh/sholehah) tetaplah bersabar, istiqomah dan bertawakkal illallah, yakinlah kemenangan akan datang. Sebaliknya orang yang suka berbuat maksiat, tunggulah azab dari Allah pasti akan datang, untuk itu bertaubatlah sebelum ajal tiba, nyawa anda dicabut Allah SWT, ingat firman Allah..”setiap bernyawa pasti mati.”, akan menghadap Allah Tuhan Maha Pencipta dan Pemilik jagat raya beserta segala isinya, rajin-rajinlah beristighfar, astaghfirullahal aziem.

Semoga tulisan saya AA ini, yang saya ambil dari sepenggal pengalaman hidup saya yang pernah dizholimi. Harapannya bisa menjadi bahan perenungan dan pembelajaran (iktibar, lesson learned) agar kita janganlah hidup sombong, hidup ini ada akhirnya, dan menjadilah hidup yang rahmatulil alamin, mereka hidup antar sesama saling menghormati, saling menghargai dan insyaAllah membahagiakan yang pernuh rahmat, karunia dan berkah dari Allah SWT, senantiasa bersyukur akan nikmat Allah spt yang dijalani keluarga berbahagia dr.Rola Al-Abyad, Aamiin3 YRA ***

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel Sindangsari Botim City, West Java, Jumat, 23 Mei 2025.

Wassalam.
====✅✅✅
Dr.Ir.H Apendi Arsyad.MSi (Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor thn 1986-2024, Pendiri dan Ketua Wanhat MPW ICMI Orwil Khusus Bogor merangkap Wasek Wankar MPP ICMI, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui Tulisannya di Media Sosial dalam Rangka menuju Indonesia Emas 2045).

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *