jurnalbogor.com – Pascabencana alam di wilayah Sukabumi, timbul persoalan dampak kesehatan dan akses layanan masyarakat yang belum teratasi di posko – posko pengungsian.
Hal ini disampaikan oleh Widianto Soekarnen selaku Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat, Rabu (11/12/2024) dinihari.
“Secara standar apa yang harus dilakukan pemerintah adalah mempermudah akses terhadap layanan masyarakat, dengan kembalinya beroperasi Rumah Sakit di Jampang. Itu adalah langkah awal yang baik,” jelasnya.
Dia membeberkan, dalam laporan yang ada, hanya laporan mengenai penanganan korban luka dan trauma fisik. Seperti, patah tulang, luka ringan dan luka serius. Namun, berapa jumlah keseluruhan luka ringan, sedang, dan berat, diluar data 11 korban meninggal, belum terlaporkan secara resmi.
“Kekurangan di penanganan pada bencana biasanya malah di penyakit menular, kondisi sakit anak-anak, dan penyakit tidak menular. Krisis pertama kita ada di sanitasi dan air bersih. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular seperti ISPA, Diare dan Campak. untuk anak-anak ini menjadi penyakit yang dapat menyebabkan kematian dengan cepat. Jadi pemerintah perlu quick respon,” desaknya.
Disamping itu, kata Widianto Soekarnen menambahkan, dalam kondisi sekarang dengan ribuan pengungsi sering timbul penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
“Nah, risiko pada anak sangat tinggi, karena ISPA sampai saat ini adalah penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak.
Untuk kaitan dengan sanitasi dan air bersih, kerusakan, atau penggunaan yang berlebihan, fasilitas sanitasi dan atau kurangnya air bersih berarti bahwa penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor menyebar lebih cepat.
“Kalau penyakit kulit biasanya akibat sanitasi dan air bersih, namun tidak terlalu menjadi krusial karena bukan penyebab kematian yang utama. Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, penyakit, dan risiko lain terhadap kesehatan mereka. Risiko ini bahkan lebih tinggi untuk anak-anak yang tidak didampingi dan dipisahkan.
Widianto Soekarnen mengungkapkan, saat ini diperlukan respon cepat yang terfokus pada anak secara bersama. Awalnya ini akan fokus pada perawatan yang menyelamatkan jiwa, tetapi intervensi juga harus mengurangi penderitaan dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
“Pada 7 hari awal maka pastinya fokus pada penyakit yang mengancam jiwa. Tapi, kalau penanganan tidak baik maka kasus ispa dan diare akan meningkat di 14 hari pertama. Sesuai dengan teorinya maka berjalannya kembali fasilitas kesehatan hanya dalam hitungan hari atau jam di lokasi itu respon sudah cukup baik,” bebernya.
Menurutnya, meski keterbatasan tenaga dan alat masih cukup memprihatinkan, bahkan kondisi ini di kondisi normal pun terjadi di Sukabumi Selatan.
Sementara ini penanganan penderita ISPA maupun penyakit pasca bencana, menurut pengamatan Widianto Soekarnen, bahwa Standar Operasional Prosedur pada Dinkes terpantau tergolong aman dalam penanganan kuratif, namun di pengungsian masih berada dibawah standar pelayanan kesehatan lingkungan.
“Untuk SOP Dinkes sih aman. Dalam penanganan kuratif. Tapi, di posko pengungsian masih dibawah standar. Ini bukan kuratifnya, tapi kesehatan lingkungannya,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Direktur RSUD Jampang Kulon, dr. Luqman Yanuar Rachman, MPH, menyampaikan mengapresiasi langkah cepat yang diambil oleh PLN dalam menormalkan kembali pasokan listrik di RS Jampang Kulon. Sebagai rumah sakit yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat, keberlangsungan listrik sangat krusial untuk operasional peralatan medis dan kenyamanan pasien. Dengan listrik yang kembali normal, kami dapat memberikan pelayanan maksimal tanpa gangguan. Terima kasih kepada tim PLN. Semoga kerja sama yang baik ini terus terjaga demi kepentingan masyarakat.
Saat ini RS Jampang Kulon telah kembali mendapatkan pasokan listrik penuh, memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat berjalan optimal.
dr. Luqman mengatakan pemulihan kelistrikan ini dilakukan dengan dukungan penuh dari tim teknis PLN. Meski menghadapi tantangan akses jalan yang sempat terputus akibat longsor di Jalan Raya Nasional Bagbagan – Jampangkulon – Tegalbuleud, tim PLN bekerja keras untuk memastikan pasokan listrik segera kembali.
Pihak Manager PLN UP3 Sukabumi, Yuniar Budi Satrio, menjelaskan bahwa RS Jampang Kulon menjadi prioritas utama dalam proses pemulihan kelistrikan di wilayah terdampak bencana. Pihaknya memahami betapa pentingnya listrik bagi operasional rumah sakit ini, terutama dalam situasi darurat.
Sementara General Manager PLN UID Jawa Barat, Agung Murdifi, juga menyampaikan bahwa pemulihan kelistrikan di RS Jampang Kulon mencerminkan komitmen PLN untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, terutama melalui fasilitas kesehatan yang menjadi prioritas utama. Kami bangga dengan tim PLN yang bekerja tanpa kenal lelah untuk mewujudkan hal ini.
(yev/*)