jurnalbogor.com – Angklung Gubrag merupakan alat musik tradisional tertua di Kabupaten Bogor. Kesenian yang diwariskan oleh para leluhur secara turun temurun sebagai bagian adat istiadat masyarakat Sunda.
Komunitas Seni Berbagi Indonesia pun menggelar sosialisasi warisan budaya tak benda Kabupaten Bogor, yaitu kesenian angklung gubrag.
Dalam sosialisasi turut dihadiri Kementerian Kebudayaan RI, seniman, budayawan, mahasiswa dan pelajar. Kegiatan berlangsung di Sawah Abah Bogor di Jalan Lingkar Dramaga, Kabupaten Bogor.
Ketua Komunitas Seni Berbagi Indonesia, Asep Saepudin disapa akrab Kang Jurasep mengatakan, hari ini kita melakukan sosialisasi warisan budaya tak benda salah satunya kesenian angklung gubrag.
Kalau bicara gongnya, tentu banyak yang kita inginkan sebenarnya adalah keterlibatan seniman tradisi pada disetiap kegiatan apapun termasuk kegiatan kebudayaan dan sosilisasi.
“Diajang sosialisasi ini kita perlu terus menerus melakukan kegiatan untuk mempublikasikan kebudayaan-kebudayaan apalagi angklung gubrag ini sudah ditentukan menjadi warisan budaya tak benda oleh Kemendikbudristek pada tahun 2021,” ujar Asep, Kamis (26/12/2024).
Menurut Asep seniman bukannya hanya mereka yang tampil, tapi yang hadir juga merasakan keadaan kebudayaan keberadaan dilingkaran para pelaku kebudayaan.
“Jadi kalau bicara gong tentunya bukan hanya satu, tetapi kita memiliki beberapa produk kebudayaan yang sebenarnya bisa diunggulkan oleh Kabupaten Bogor,” katanya.
Kegiatan ini hadir dari mahasiswa, komunitas, dan pelajar. Target kita adalah generasi muda, karena memang mereka yang menjadi pewaris meneruskan kesenian ini.
“Saya ingin teman-teman semua seniman, budayawan berada dalam satu ruang, satu frekuensi, satu tujuan untuk kemajuan kebudayaan nasional di Republik Indonesia,” terangnya.
Sementara Yudi Wahyudin perwakilan dari Kementerian Kebudayaan mengapresiasi kegiatan sosialisasi ini, meski sebetulnya ini kewajiban pemerintah daerah pengusul menjadi warisan budaya, tapi ini setidaknya menjadi stimulan untuk dimulai dilakuan ruang dialog, sosialisasi. Sehingga tidak keteterputusan informasi.
Dan ini menarik karena banyak informasi informasi terbaru dan terkini. Mudah-mudahan bisa menjadi asupan kementrian kebudayaan yang baru berusia dua bulan.
“Perkembangan globalisasi merupakan tantangan kita karena kekuatan nusantara yaitu tradisi lisan kita juga harus memperkuat tradisi dokumentasi. Dokumentasi dikita masih terbatas, jadi marilah kita sinergi terkait pencatatan pendokumentasian dan lain-lain,” paparnya.
Lanjut dia, derasnya informasi dari luar yaitu melalui medsos satu satunya yang harus kita lawan, yakni membuat konten dengan perbanyak konten tradisi kebudayaan masa kini, karena tidak ada jalan lain untuk melawannya, kita harus memperkaya konten konten dengan pendekatan.
“Makanya dengan kegiatan kreatif yang dilakuan oleh berbagai pihak khususnya pemerintahan daerah itu diantaranya, melakukan workshop, pelatihan konten, fotografi, video, narasi kita bisa memperkaya informasi. Kita jadikan globalisasi sebagai peluang dan tantangan,” ungkapnya.
(Yudi)