Anak Butuh Bimbingan Bukan Bentakan

  • Whatsapp
ilustrasi

Oleh Maria Ulfah
(Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor / Penulis Buku Sepucuk Harapan)

jurnalbogor.com – Orang tua yang pemarah gak bikin anak nurut, justeru bikin anak semakin ngeberontak. Anak gak bisa milih dari rahim siapa dia dilahirkan dan dari keluarga seperti apa dia dibesarkan.

Read More

Orang tua yang harus mengusahakan jadi orang tua yang terbaik buat anak, biar anak gak punya luka pengasuhan, dan anak tumbuh jadi seperti apa yang diharapkan semua orang tua.

Anak adalah amanah yang harus dijaga dan dididik dengan sebaik-baiknya. Disini pentingnya semua orang tua harus membekali diri dengan ilmu sebanyak-banyaknya. Karena anak adalah peniru ulung dan orang tua harusnya bisa jadi teladan baik untuk mereka tiru.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, lalu kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”

Diungkapkan juga dalam syair :

وَينَشْأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا … عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ

“Seorang pemuda akan tumbuh, dengan sesuatu yang dahulu dibiasakan oleh orang tuanya.”

Karena itu, orang tua jangan pernah lelah buat terus belajar dan setiap hari jangan lupa untuk mengintropeksi diri. Karena bukan cuma anak yang bisa salah, orang tua juga bisa. Karena orang tua ataupun anak, kita sama-sama manusia yang gak luput dari salah dan dosa.

Suatu ketika, aku lagi di sebuah ruangan ngedenger ibu berantem sama anaknya.
Anak itu nangis terus kesel bilang ‘ibu bbi ‘, terus ibu itu marah bilang ‘Setn! ‘Mau jadi apa lu masih kecil udah ngelawan’!

Dengan penuh amarah, anak itu diseret dibawa keluar. diluar anak itu nangis sesegukan.
Aku samperin terus bawa anak itu agak ngejauh dari tempat itu. Aku elus-elus dadanya biar dia lebih tenang.

Pas dia udah mulai agak tenang. Percakapan singkat aku sama anak itu “Kamu kenapa?”
“aku di tabok.”
“emang kamu ngapain (tanya aku dengan suara lembut dan pelan)
“cuma mau bantuin.” anak itu jawabnya sambil nangis lagi.

Dari gemeter suara, dan merah mukanya aku ngerasain sakit, marah, kecewa yang dia rasain. Disitu air mata aku langsung ngalir ga bisa berenti.
Aku gabisa ngeliat ini. Rasanya marah, kesel, miris dan ga terima. Kok bisa?

Anak yang bisa aku prediksi umurnya masih 6 tahun yang ketika salah harusnya diarahin, dinasehatin dengan lemah lembut, justru malah dibalas pukulan dan kata-kata makian.

Warning!!!
Sebagai orang tua, harus hati-hati dalam bicara. Ucapan itu doa, apalagi ucapan yang keluar dari lisan seorang ibu! Semarah apapun harus tahan, gak boleh keluar kata-kata kasar dan buruk ke anak. Itu sama aja doa.

Disclaimer, aku bukan menyalahkan orang tua sepenuhnya atas perilaku buruk anak. Aku cuma me-warning para orang tua dan kita semua, harus pandai-pandai ngejaga lisan apalagi ketika dalam keadaan marah, harus sebisa mungkin kita kendalikan. Biar gak ada yang jadi korban.

Makanya kalo ada anak yang ngelawan, penting banget buat jangan langsung menyalahkan dan men-judge si anak durhaka, ngebangkang, dll. Pasti ada alasan yang bikin dia berbuat demikian. Apalagi anak yang masih usia dini! Perlakuan kasar yang didapat dan ucapan buruk orang tua justru bisa jadi salah satu penyebabnya.

Semua orang tua pengen anaknya baik, sholeh, sholehah, nurut semua perkataan dan permintaan mereka. Tapi kadang orang tua lupa, gimana akhlak anak besar kemungkinan dipengaruhi oleh didikan orang tua.

Didikan yang baik dan tepat dari orang tua pasti akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan akhlak yang baik dan konsep diri positif. Tapi sebaliknya, didikan yang negatif akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan akhlak buruk dan konsep diri negatif.

Dalam buku “Psikologi Komunikasi” karya Jalaludin Rakhmat, ia menjelaskan bahwa anak yang dibesarkan dengan pujian, penghargaan, dan kata-kata positif akan cenderung tumbuh menjadi orang yang penyayang, percaya diri, berani mengambil risiko dan memiliki harga diri yang tinggi.

Sementara, anak yang dibesarkan dengan makian, kata-kata negatif akan cenderung tumbuh menjadi orang yang rendah diri, kurang percaya diri, takut mengambil risiko dan memiliki harga diri yang rendah.

Ini menunjukkan orang tua harus hati-hati dalam berucap dan bahasa yang keluar harus positif. Karna orang tua punya pengaruh yang besar terhadap perkembangan pribadi anak.

(***)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *