Sukajaya l Jurnal Bogor.
Pengalokasian Dana Desa (DD) tahap kedua di Desa Sukamulih, Kecamatan Sukajaya digunakan untuk membangun beberapa item insfrastruktur meliputi pengaspalan hotmix jalan desa antarkampung ke Kadupugur sepanjang 600×2,5 meter dan pengerjaan Tembok Penahan Tebing (TPT) di Kampung Giri Mulya dengan volume 250 ×1 meter, serta pembangunan jalan lingkungan (Jaling) antarpermukiman warga sepanjang 250×20 meter.
“Dari sekian bangunan insfrastruktur, kini tengah berlangsung salah satu pengerjaan peningkatan jalan ke pengaspalan hotmix. Dipastikan 165 persen kondisi jalan sangat parah, sehingga pengerjaannya dari nol persen, “kata Rukmana Somad, Kepala Desa Sukamulih kepada Jurnal Bogor, Rabu (7/11).
Dia juga berharap beberapa bangunan proyek yang dikerjakan tim pelaksana minggu kedua sudah harus beres. ”Pengerjaan sedang berjalan dan progres fisiknya sudah tercapai 70 persen,” imbuhnya.
Secara global realisasi DD di wilayahnya sudah sesuai juknis. ”Pemerintahan desa juga cukup transparan. Ini sejalan dengan program nawacita pemerintah,” pungkasnya.
“Untuk swakelola kita serahkan ke masyarakat yang ingin turut serta membangun desa. Dari situ kita bisa, selain untuk pemberdayaan tentunya perputaran ekonomi bagi masyarakat,” ungkap Rukmana.
Menurutnya, pembangunan ini selain untuk memberikan fasilitas yang lebih layak, juga bisa membangun lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dana pembangunan jalan antar kampung dan jalan lingkungan berikut pengerjaan TPT, merupakan DD yang sudah dianggarkan oleh APBN yakni, tahap dua sebesar Rp 400 juta.
“Selain membangun insfrastruktur, kita juga merencanakan apa yang sudah digaungkan dan disarankan oleh Kemendes, dengan pembentukan usaha kerakyatan yaitu BumDes pastinya. Semuanya akan kita bangun sesuai dengan yang dianggarkan,” imbuhnya.
Jahana (42) warga setempat menyambut baik dengan adanya proyek bangunan yang masih berlangsung. ” Sejumlah fasilitas maupun sarana insfrastruktur yang bersumber dari DD sudah dapat dinikmati masyarakat. Saya berharap ini dapat meningkatkan laju perekonomian semoga pembangunan melalui DD dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Sukamulih ” ujarnya. Arip Ekon
Tajurhalang I Jurnal Bogor
Untuk memantau pembangunan yang didanai oleh anggaran Dana Desa (DD), Bantuan Provinsi Jawa Barat dan APBD Kabupaten Bogor yang turun ke desa, Camat Tajurhalang Nurhayati mengecek langsung ke lapangan. Kali ini pengecekan dilakukan di Desa Citayam. Pengecekan guna untuk melihat langsung penyerapan anggaran.
” Monitoring ini sekaligus melihat fakta langsung di lapangkan berbagai fisik pembangunan baik dari DD, Program RTLH dan Dana Aspirasi. Karena saya selaku camat harus tahu bahwa dana tersebut benar – benar digunakan sesuai peruntukan dan perencanaan dan tidak ada penyelewengan. Jika ada hal tersebut maka saya tak segan – segan menindak dengan tegas,” terang Camat Tajurhalang Nurhayati kepada Jurnal Bogor, Rabu (8/11).
Masih kata Camat, sejauh ini di Desa Citayam tidak ada yang salah dalam menggunakan anggaran. Karena pembangunan infrastruktur, Program RTLH dan Dana Aspirasi berjalan baik. Menurutnya, memang seyogyanya kepala desa menggunakan dana tersebut dan berkreasi membangun demi kemajuan wilayah yang dipimpinnya.” Mudah – mudahan penyerapan anggaran disini dapat diikuti oleh seluruh pemerintah desa yang ada di wilayah Kecamatan Tajurhalang,’ tandas Camat perempuan satu – satunya di Kabupaten Bogor.
Sementara Kepala Desa Citayam, Namun Murid mengaku senang dengan monitoring yang dilakukan kecamatan. Menurutnya, pihak Pemdes jadi tahu kelebihan dan kekurangan dalam penyerapan anggaran yang turun ke desa.” Saya akan gunakan anggaran yang turun sesuai peruntukannya. Saya jadi kepala desa yang notabene pimpinan tertinggi di desa tidak ingin berakhir jadi seorang kepala dosa,” urai kades. Iwan S Pamungkas
Cijeruk | Jurnal Bogor
Kelompok Tani (Poktan) Barokah Abadi Jaya, Kampung Nagrak, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk mengadakan panen raya padi jenis baru yang ditemukan oleh petani tahun 2016. Awal mulanya Dayat, Ketua Poktan dengan tidak sengaja melihat ada tiga rumpun padi lain dari yang lain. Dengan keuletannya ia memisahkan jenis padi tersebut lalu dikembangkan.
Menurutnya, hasil pengembangan dari tiga rumpun tersebut akhirnya tanaman padi menjadi seluas dua ratus meter persegi, dan hingga sekarang telah berkembang menjadi seluas lima ratus meter persegi dengan hasil panen memuaskan. “Sayangnya untuk jenis padi baru ini belum diberi nama, karena masih dalam penelitian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (PTPH) Kabupaten bogor. Jenis padi baru banyak keunggulanya diantaranya, bisa tahan terhadap hama burung, bulir padi banyak 200 hingga 300 butir, bisa menghasilkan beras pulen dan wangi,” ungkapnya.
Dayat beserta Poktan belum berani menyebar hasil temuan padi tersebut, karena masih menunggu hasil dari PTPH. Padahal hasil beras sudah dimasak telah diberikan ke pihak dinas terkait. Namun hingga sekarang belum ada sertifikasi apa nama jenis padi hasil temuan tersebut.
“Saya belum berani menyebar kan ke petani lain, karena takut akan risikonya. Contohnya apakah padi jenis ini tahan terhadap penyakit apa belum, maka setiap waktu kami terus teliti dengan mendokumentasikanya. Saya berharap dinas terkait dapat segera mengeluarkan sertifikasi untuk jenis padi ini, karena saya belum pernah dengar ada padi jenis baru temuan petani,” ungkapnya.
Udung Saidun, Kepala UPT PTPH 11 Wilayah Caringin mengapreasi temuan Dayat. Maka sebagai bentuk dukungan ia akan terus memantau perkembangan jenis padi ini agar kedepanya dapat menjadi padi unggulan di Kabupaten Bogor. “Kita hari ini hadir untuk melihat perkembangan padi yang ditemukan Dayat. Jenis padi belum kita sebarkan dulu, sampai ada keputusan Dinas PTPH, makanya akan terus pantau, dan kita berikan dukungan penuh. Apa bila sudah keluar sertifikasinya kemungkinan akan disebarkan ke luar atau kelompok tani lain, ” ujarnya. Deny Malik
Caringin | Jurnal Bogor
Tes tertulis dan wawancara terhadap calon Panitia Pemungutan Suara (PPS) wilayah Kecamatan Caringin dilaksanakan, Selasa (7/11) di kantor Kecamatan Caringin. Peserta PPS dites sangat penting, karena jika semua peserta sudah mengikuti uji petik tes berarti peserta tersebut sudah selayaknya menjadi peserta PPS pada saat pelaksanaan pilkada maupun Pilbup tahun 2018.
Ketua Rekrutmen, Mulyadi menerangkan bahwa pertama dilaksanakan dalam kegiatan ini yakni tes tertulis semua peserta. Setelah selesai tes tertulis, peserta PPS nantinya peserta yang lulus baru melaksanakan lagi tes wawancara.” Semua ini dilaksanakan sesuai instruksi dari KPU agar semua peserta bisa melaksanakan kerjanya dengan profesional,” terangnya.
Dari hasil semua kegiatan tersebut yakni, semua peserta yang lolos untuk administrasi hanya 70 orang, dan dari 70 orang tersebut langsung mengikuti tes tertulis dan hasilnya, peserta bisa dinyatakan lulus hanya 65 orang. “Hanya 10 orang yang tak lulus,” terangnya.
Mulyadi yang sehari harinya dipanggil Damuy menambahkan, awalnya hasil terakhir peserta bisa mengikuti tes wawancara jumlahnya 65 orang. Tentunya dari jumlah semua orang tersebut tidak diambil semuanya melainkan, peserta hanya diambil 36 orang.” Kesimpulannya setiap desa seKecamatan Caringin semua peserta sudah dinyatakan lulus tes, jadi masing-masing peserta PPS setiap desa jumlahnya 3 orang ,” pungkasnya. Deny Malik
Bogor | Jurnal Bogor
Kericuhan mewarnai persiapan pelantikan Ketua Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di 16 Kelurahan se-Kecamatan Bogor Selatan dalam waktu dekat ini. Para Ketua LPM sendiri selesai terpilih beberapa waktu lalu. Untuk persiapan pelantikan, pihak Kecamatan Bogor Selatan menggelar rapat bersama dengan para Ketua LPM se-Kecamatan Bogor Selatan, Rabu (8/11), di aula kantor Kecamatan Bogor Selatan.
Camat Bogor Selatan, Sujatmiko berbeda pendapat dengan para Ketua LPM dari 16 kelurahan. Kericuhan terkait usulan Camat Sujatmiko yang akan melantik para Ketua LPM terpilih itu, disekaliguskan dengan pelantikan jajaran pengurus Forum Komunikasi (FK) LPM Kecamatan Bogor Selatan. Mayoritas para Ketua LPM se-Kecamatan Bogor Selatan, meminta agar kepengurusan FK LPM Kecamatan ditempuh dengan cara musyawarah. Namun Camat Sujatmiko jsuteru akan melakukan penunjukan langsung Ketua FK LPM Kecamatan Bogor Selatan sesuai dengan Perwali nomor 77 tahun 2014 tentang pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan di Kota Bogor.
Sejumlah Ketua LPM mengaku kecewa dan prihatin dengan intervensi Camat Bogor Selatan, terkait rencana penunjukan Ketua FK LPM Bogor Selatan, diantaranya Ketua LPM Bojongkerta, Harjasari, Cikaret, Rancamaya, Kertamaya, Lawanggintung, Batutulis, Empang, dan Genteng.
Ketua LPM Batutulis, Rudi Yuniardi mengungkapkan, memang berdasarkan Perwali nomor 77 tahun 2014 itu, Camat bisa menunjuk Ketua FK LPM, tetapi alangkah lebih baik dalam proses pemilihan Ketua FK LPM beserta jajarannya, bermusyawarah dan bermufakat bersama para Ketua LPM aktif dari 16 kelurahan.
“Kami ingin bermusyawarah dan mufakat serta dilibatkan dalam pembentukan FK LPM itu. Jadi jangan hanya menggunakan Perwali, tapi musyawarah harus dikedepankan,” ungkap Rudi.
Senada, Ketua LPM Bojongkerta, Iyan Sopian meminta agar aspirasi para Ketua LPM aktif ditampung dan diterima. Ini bukan masalah setuju atau tidak setuju dengan hak preogratif Camat sesuai Perwali dalam menunjuk Ketua FK LPM, tetapi para ketua LPM aktif harus diajak musyawarah dan terlibat langsung.
“Silakan saja mau menunjuk siapapun, tapi kami juga harus dilibatkan sebagai Ketua LPM aktif. Karena kita kedepannya kan harus sinergi dan bekerjasama dengan kepengurusan FK LPM, jadi harus terlibat secara kelembagaan,” tegasnya. Handy Mehonk
Ciomas | Jurnal Bogor
Sejumlah kepala desa yang tidak hadir mengikuti rapat Minggon tingkat Kecamatan Ciomas, Rabu (8/11), disayangkan Camat Sutisna. Dari sepuluh desa hanya empat kepala desa yang hadir yaitu Kades Sukamakmur, Ciomas Rahayu, Ciapus, dan Padasuka. Sedangkan enam kades hanya diwakili staff maupun Sekdes.
Camat Sutisna menyebutkan, dalam Minggon sangat penting guna menyamakan persepsi di tingkat desa, permasalahan akan pelayanan masyarakat dan rencana ajuan pembangunan. “Tidak adanya kehadiran 6 kepala desa dalam rapat Minggon ini jelas tidak memberikan contoh kepada masyarakat sebagai seorang pemimpin,” tegas Sutisna.
Lanjut Sutisna, ketidakhadiran 6 kepala desa dalam rapat Minggon itu dirinya nanti akan menanyakan satu persatu kepada kepala desa yang tidak hadir. “Nanti saya akan coba tanyakan ke mereka kenapa alasannya,” tutupnya. Cepi Kurnia
” Saya tiap hari gunakan rakit, maka rakit sampai saat ini masih sangat dibutuhkan karena untuk dibangun jembatan sampai saat ini belum ada kabar beritanya hal tersebut akan terwujud,” ujar Mardiah.
Laporan : Iwan S Pamungkas
Rakit termasuk salah satu alat transportasi yang sudah ada sejak dulu. Walaupun sekarang sudah di era modern namun keberadaan rakit yang terbuat dari bilah bambu yang diikat sampai sekarang masih eksis di wilayah tertentu. Seperti di Kampung Cibodas RT 01/01, Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin sampai kini masih ada akibat tak ada jembatan penghubung antara Kecamatan Ciseeng menuju Rumpin. Keberadaan rakit pun sangat dibutuhkan.
Setiap hari puluhan warga menggunakan rakit. Kehawatiran was-was terjatuh ke aliran Sungai Cisadane menghantui warga selama perjalanan. Ironisnya, kondisi ini dibiarkan terus-menerus oleh Pemerinatah Daerah. Harapan warga untuk memiliki jembatan yang aman untuk dilewati hanya sebatas impian.” Saya setiap hari gunakan rakit ini untuk menyebrang. Jika lewat jalur biasa akan sangat jauh karena harus memutar,” ungkap Aswadi, salah seorang warga Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin yang tiap hari gunakan jasa rakit.
Hal yang sama diungkapkan oleh warga Desa Putatnutug, Kecamatan Ciseeng Mardiah, Ia mengatakan, adanya rakit sangat membantu warga. Selama ini akses ini yang terdekat, sehingga banyak dilalui warga dari dua wilayah.“Seharusnya pemerintah membangunkan jembatan permanen, setiap harinya warga yang melintas tidak selalu diganti perasaan was-was terjatuh ke Sungai Cisadane,” bebernya .
Sementara itu penarik rakit, Santa menjelaskan, rakit sudah ada sejak zaman Belanda dan merupakan warisan keluarga. Selama ini warga lebih memilih mengunakan rakit karena jarak yang dekat. Rakit mulai dipakai pada pukul 06:00 sampai 18:00 WIB. Dalam sehari puluhan warga mengunakan rakit dari mulai anak sekolah, ibu yang ke pasar dan warga yang hendak kerja ke wilayah Ciseeng dan Parung.” Untuk ongkos naik rakit tidak ditarif, mereka bayar seikhlasnya,” ujar Santa, bapak tiga anak ini.
Risiko mengunakan rakit pasti ada, lanjut Santa, ketika kali Cisadane meluap, rakit tidak beroperasi karena dikhawatirkan warga terjatuh dari rakit. Biasanya warga memutar arah melalui Jembatan Gerendong.” Bisa membantu warga merupakan kebahagian yang tak terhingga, selama belum ada jembatan beton. Rakit akan terus beroperasi dan jadi tumpuan warga di dua kecamatan,” ujarnya.
Leuwiliang | Jurnal Bogor
Relokasi belum dimulai, SDN Kampung Tengah, Desa Puraseda, Leuwiliang, Selasa (7/11) kembali diterjang banjir. Sungai Puraseda kembali meluap dan semakin mengikis lahan sekolah yang dibangun pada tahun 1982 tersebut.
“Sekolah kami terendam banjir lagi. Sore ini (kemarin, red) sekitar jam tiga. Air sungai cepat sekali naik dan merendam sekolah,” ujar Kepala SDN Kampung Tengah, Atory ketika dihubungi via ponselnya, kemarin.
Dengan kejadian yang kesepuluhkalinya ini, Atory bersama para guru memohon kepada Pemkab Bogor untuk mempercepat proses relokasi. “Mudah-mudahan bisa ada solusinya. Setiap hujan besar pasti banjir,” terangnya.
Dari pantauan terakhir, pukul 18.00 WIB, kemarin, jembatan darurat dari bambu yang menghubungkan perkampungan dan sekolah juga terbawa banjir. Praktis, besok pagi (hari ini, red) siswa dan orangtua pengantar bakal kesulitan untuk berangkat sekolah. “Kalau memutar jauh sekali, saya khawatir orang tua enggan mengantar anaknya. Kemungkinan banyak yang tidak sekolah,” jelas Atory.
Kondisi di atas sangat dilematis. Di satu sisi, mereka sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir semester, di sisi lain para guru dan siswa SDN Kampung Tengah, Puraseda dihadapkan pada situasi KBM darurat. Tjahyadi Ermawan
Leuwisadeng l Jurnal Bogor
SALURAN irigasi induk yang terletak di Cicaung, Babakan Batu Beureum, Desa Kalong Satu, Kecamatan Leuwisadeng jebol. Akibatnya belasan hektare lahan pesawahan terancam kekeringan dan gagal tanam.
Saluran irigasi untuk mengairi pesawahan itu belum pernah dibangun oleh pemerintah derah. Sudah sejak lama warga pertani swadaya membangun irigasi secara manual dengan menggunakan batu dan bambu sebagai penahan air.
Ketika musim penghujan tiba, bendungan yang dibuat warga menjadi langganan sering jebolnya tergerus luapan air hujan. Sejumlah petani di area Blok Ranji seluas 15 hektare meminta kepada pemerintah untuk segera dibangunnya irigasi tersebut. “Sering jebolnya irigasi ini karena curah hujan cukup tinggi sehingga debit air di saluran irigasi cukup besar dan dinding irigasi tidak mampu menahan tekanan air sehingga jebol,”kata Sueb Nur, warga setempat, Selasa (6/11).
“Kami minta perhatian Dinas Pengairan Kabupaten Bogor untuk segera membangun irigasi tersebut.
Tidak adanya jaringan irigasi itu sangat berpengaruh kepada hasil panen pada musim tanam tahun ini, sebab kondisi air tidak stabil sehingga bisa menghambat proses penanaman,” tambah Doup, petani lainnya.
Doup mengatakan, saluran irigasi yang mengairi areal Persawahan Blok Ranji di wilayah Desa Kalong satu seluas 15 hektare. Selain itu, kata Doup, kejadian jebolnya irigasi terjadi pada Senin malam (6/11) karena tensi hujan yang begitu tinggi.
Ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar segera menangani saluran irigasi bendungan Cicaung yang sampai saat ini tak kunjung dibangun.
Maman Suyatman, Kasie Ekbang desa setempat langsung tanggap dengan akan meninjau lokasi. “Akan segera dikoordinasikan dengan pemerintahan desa setempat untuk segera direncanakan untuk pembangunan bendungan,” kata dia. “Apakah sumber anggarannya nanti harus menggunakan dari Dana Desa, atau apakah harus harus diajukan ke APBD Kabupaten Bogor sesuai pembahasan di Musrenbang Desa, yang jelas akan segera dikomunikasikan dengan pihak terkait, ” tambahnya lagi. Arip Ekon
Cisarua | Jurnal Bogor
Guna terus memajukan industri pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata beserta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor menjalin kerjasama, Cisarua, Selasa (7/11).
Kepala Disbudpar Kabupaten Bogor, Rahmat Sudjana mengatakan, terjalinnya kerjasama merupakan komitmen bersama antara pemerintah daerah beserta para pelaku industri pariwisata dalam memaksimalkan potensi yang ada di Bumi Tegar Beriman.
“Banyak hal yang ingin kami gali bersama, untuk dunia pariwisata di Kabupaten Bogor. Pemerintah daerah dan PHRI akan beriringan dalam mengembangkan industri pariwisata kearah yang lebih baik lagi,” ujar Rahmat kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Ia menambahkan, ada lima poin yang menjadi fokus dalam terjalinnya kerjasama pihaknya dengan PHRI Kabupaten Bogor. “Kami sepakat untuk melakukan pengembangan bidang Sumber Daya Manusia (SDM), promosi bersama, pelestarian nilai-nilai budaya, pengembangab ekonomi kreatif dan pengembangan data dan informasi,” tambahnya.
Ia menerangkan, bidang pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan baik untuk pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan pendapatan maupun menggerakan roda perekonomian.
“Banyak sumber pendapatan yang dapat digali dalam pariwista. Bukan hanya itu, masyarakat juga terkena dampak positif atas adanya kegiatan pariwisata di wilayah tinggalnya. Hal tersebut memang sudah menjadi satu kesatuan dalam kegiatan industri pariwisata,” terangnya.
Senada, Katua PHRI Kabupaten Bogor, Budi Sulistyo mengungkapkan, dengan terjalinnya kerjasama secara formal dengan pemerintah daerah ini akan lebih mengeratkan dalam langkah memaksimalkan industri pariwisata.
“Kami ingin lebih mamajukan industri pariwisata dengan meningkatkan kualitas SDM agar dapat lebih bersaing dengan wilayah-wilayah lain dalam meningkatkan kunjungan pariwisata,” kata Budi.
Lebih lanjut ia memaparkan, langkah bersama pemerintah daerah memiliki tujuan bersama untuk meningkatkan daya tarik pelancong baik dari regional maupun mancanegara ke wilayah Kabupaten Bogor.
“Para pelaku industri akan melakukan inovasi-inovasi yang akan menyelaraskan antara kondisi alam dan kebudayaan di Kabupaten Bogor untuk menjadi magnet bagi para wisatawan. Dengan demikian, secara otomatis akan menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat Kabupaten Bogor,” paparnya. n Noverando H