Cigudeg l Jurnal Bogor
UNTUK mengakomodir kebutuhan warga di wilayah Dusun 4,6 dan Dusun 7, Pemerintah Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg mempercepat pembangunan jalan lingkungan. Tak hanya sekedar tambal sulam, Pemdes juga melakukan betonisasi jalan lingkungan.
Pengerjaan betonisasi jalan lingkungan dari Dana Desa tahap dua sebesar Rp 440 juta yang meliputi di beberapa titik yakni, Jalan Cikaret sepanjang 375 meter dengan lebar 1,5 m dan Jalan Kampung Cigowong dan Jalan Kampung Cigowong sebrang Mekar Jaya sepanjang 110 meter lebar 1,5 m, serta Jalan Kampung Taman Sari dengan panjang 300 meter dan lebar 1,5 m.
“Sebagian pengerjaannya ada yang selesai dilakukan, jalan lingkungan beberapa diantaranya sudah siap dipergunakan dan keseluruhan proses pengerjaannya sudah mencapai 70 persen,” Kata Agus Tomi Ketua TPK kepada Jurnal Bogor, Minggu (20/11).
Mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayahnya kata dia, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan sosial antar wilayah. “Ada beberapa titik kawasan di tiga dusun. Sebagian ada yang sudah rampung dan sudah bisa digunakan. “Diprediksi pengerjaan bangunan jalan tersebut akhir November sudah selesai,” imbuhnya.
Dayudin, Kepala Kaur Pembangunan Desa Sukamaju menjelaskan, pembangunan yang telah dilaksanakan sesuai ketentuan skala prioritas. Sebelum ditentukan titik pembangunannya, terlebih dulu digelar musyawarah di MusrenbangDes dan di RpjmDes. “Semua sudah sesuai prosedur dan skala prioritas. Mulai dari sebelum pembangunan dilakukan serta penentuan titik pembangunan,” beber Dayudin.
Meski pembangunan sudah berlangsung beberapa hari yang lalu, dikatakan Muit, Pelaksana Lapangan, pengerjaan jalan ini mendapat respon dari warga, sebab jalan ini merupakan salah satu infrastruktur penting bagi masyarakat. “Yang jelas, jalan betonisasi ini merupakan akses wilayah antar kampung yang begitu dibutuhkan dan dinantikan masyarakat,” tukasnya.
Sementara terkait pembangunan jalan, kata dia, masih menjadi prioritas tahun 2018 agar ada pemerataan pembangunan infrastruktur. “Sebelumnya kondisi jalan memang seperti tanah apalagi di saat penghujan tiba, Alhamdulillah kini warga sudah bisa merasakan manfaatnya,” tandas Alek (33), warga setempat. Arip Ekon
Caringin | Jurnal Bogor
PT Tirta Fresindo Jaya (TFJ) Plant Cimande, kembali menunjukan perhatiannya kepada warga dan lingkungan sekitar pabrik. Kali ini, bentuk perhatian perusahaan Mayora Group ini ditunjukan dalam kegiatan sosial pengobatan gratis bagi warga Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang berlangsung di area parkir milik perusahaan, Minggu (19/11).
Asep Hedi Hidayat, Manager IRGA PT TFJ Plant Cimande mengatakan, pengobatan gratis ini merupakan salah satu implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) Mayora yang dilaksanakan setiap tahun. “Kegiatan ini kami gelar dua kali dalam setahun. Dan alhamdulillah antusias warga yang hadir hari ini cukup tinggi,” ujarnya.
Selain pengobatan gratis, lanjut dia, pihaknya juga melaksanakan berbagai program CSR lainnya dalam bentuk kegiatan sosial, di antaranya bedah rumah, bantuan sarana air bersih, santunan yatim piatu, bantuan sarana peribadatan serta berbagai kegiatan sosial lainnya. “Termasuk kegiatan penanaman pohon sebagai bentuk kepedulian akan pelestarian lingkungan. Minimnya, semua kegiatan dilakukan dua kali dalam setahun,” jelasnya.
Pengobatan gratis kali ini dihadiri sekitar 200 warga Desa Cimande Hilir yang tersebar disejumlah RT dan RW. Pihak TFJ berharap, kegiatan sosial yang ini dapat membantu warga yang tengah menderita berbagai jenis penyakit. “Ya, semoga saja melalui pengobatan gratis ini, warga yang saat ini tengah menderita sakit bisa kembali sembuh dan beraktifitas seperti sediakala,” katanya.
Tatang Sukmana, Ketua RW 03 Kampung Tenggek menambahkan, kegiatan positif ini menurutnya sangat membantu warga. Pasalnya, selain melibatkan tim medis berpengalaman dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor melalui tim dokter RSUD Ciawi, warga yang tengah sakit pun bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma dengan kualitas obat-obatan paten. “Pastinya warga sangat terbantu dengan kegiatan ini. Kami berharap kegiatan sosial ini akan dilakukan secara berkesinambungan,” pungkasnya. Deny Malik
Leuwiliang | Jurnal Bogor
Setelah tujuh bulan buron, akhirnya pelaku penjambretan dengan cara kekerasan diciduk jajaran Reskrim Polsek Leuwiliang di kamar mandi rumahnya baru baru ini. Kepala Kepolisia Sektor (Kapolsek) Leuwiliang Kompol I Nyoman Supartha mengatakan, penangkapan pelaku pencurian dengan kekerasan (Curas) dari hasil pengembangan pelaku pertama Ahmad Junaidi (20), warga Kampung Cilegok RT 6 RW 12 Desa Sukaraja, Cianjur, yang sudah divonis penjara di Lapas Paledang.
Kejadian berawal tanggal 30 April 2017, saat itu Nani, warga Kecamatan Patungan mengunakan sepeda motor bersama anaknya dijambret kedua pelaku hingga jatuh, setelah anak dan ibu jatuh pelaku langsung mengambil tas korban. “Korban yang berteriak akhirnya satu pelaku Ahmad ditangkap warga, satu lagi pelaku melarikan diri dari amukan warga, sedangkan satu lagi teman tersangka Usep (32) melarikan diri,” ujarnya kepada Jurnal Bogor kemarin.
UP alias Bule yang tujuh bulan buron akhirnya dibekuk anggota Reskrim Polsek Leuwiliang di rumahnya yang beralamat di Kampung Lebak, Desa Bojong Sarung, Kecamatan Lebak, Kabupaten Lebak, Banten.
“Pelaku kita tangkap saat ngumpet di kamar mandi rumahnya tanpa perlawanan,” katanya.
Nyoman menambahkan, tindakan kedua pelaku termasuk sadis. Modusnya dengan cara menjatuhkan pengendara, setelah korban terjatuh dan terluka baru pelaku mengambil barang milik korban. “Pelaku dijerat dengan hukum di atas lima tahun, kita menghimbau kepada masyarakat khususnya wanita jangan mengendarai motor di tempat yang rawan dan sepi,” tukasnya. Cepi Kurnia
Nanggung l Jurnal Bogor.
SATU pohon buah jambu air jenis Samarangense ternyata tidak hanya sebagai tanaman yang menghiasi perkarangan rumah saja. Namun bagi Adih Sudirja (60), ternyata membawa berkah aat ini. Pasalnya, jambu air merah yang biasa disebut Semarang itu ditanam dipakarangan rumahnya 30 tahun silam ada suatu keajaiban dan tidak lazim cara berbuahnya.
Jambu air miliknya dengan ketinggian 8 meter bisa mendatangkan penghasilan yang cukup menggiurkan dan sudah membuktikan buahnya cukup lebat. Sekali panen dengan kwintalan buah jambu, ia bisa meraup keuntungan sekitar Rp 2 juta per satu kali panen. “Jambu air ini dengan kurun waktu satu tahun bisa 3 atau 4 kali berbuah. Umumnya cara berbuah jambu air dalam setiap tahunnya bisa satu atau dua kali berbuah,” kata Adih di rumahnya di Di Kampung Parakan Muncang RT 03 RW 04 Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung.
Meski diakuinya, pohon jambu yang ditanamnya itu dianggap tidak begitu diurus dan perawatannya biasa saja tidak menggunakan pupuk apa apa. Kini tanaman jambu miliknya telah dikembangkan menjadi tanaman unggul. “Batang pohon cangkokan telah laku dipasaran,” ujar Adih Sudirja kepada Jurnal Bogor, Minggu (19/11).
Ia menuturkan, semenjak seringnya berbuah dan pohon jambu yang satu ini cara berbuahnya tidak lazim, menurutnya, salah satu anugerah dari Allah SWT. Meskipun bigitu, bapak 6 anak ini menjelaskan, karena hasilnya memuaskan kini tak jarang orang berdatangan untuk sengaja membeli stek cangkokan, dan Ia jual satu batangnya kisaran Rp 25 hingga 30 ribu.
Ia mengungkapkan, dari sisi penjualan selama ini masih dilakukan di rumahnya. Ia jual per satu kilonya Rp 15 ribu. “Selain di jual terlebih saya bagikan juga sama tetangga,”imbuhnya.
Menurutnya, untuk saat ini yang paling penting adalah membudidayakannya dengan serius dan melakukan perawatan tanaman agar secara rutin tanaman jambu air jenis Samarangense ini bisa terus berkembang,” tutup Adih. Arip Ekon
Gunungsindur I Jurnal Bogor
Proyek peningkatan Jalan raya Rawa Kalong – BTN Pamulang di Desa Rawa Kalong, Kecamatan Gunungsindur sepanjang 2 kilometer yang dikerjakan oleh CV.Prima Dustarana dengan menelan anggaran Rp 2,2 miliar dikeluhkan warga. Pasalnya, warga beranggapan pengerjaannya asal – asalan karena baru beberapa minggu kondisi bahu jalan sudah banyak yang retak.
“Kalau saja pengaspalan jalan di desa kami ini dikerjakan sesuai aturannya, tentu saja hasil pekerjaannya bagus. Tetapi sebaliknya kalau pekerjaannya tidak sesuai dengan aturan dan tentu saja hasilnya ya seperti sekarang ini. Baru saja selesai diaspal atau diperbaiki sudah kelihatan mengalami keretakan, sehingga menimbulkan kekecewaan bagi warga,” ujar salah seorang warga Maman Cahyadi kepada Jurnal Bogor, Minggu (19/11).
Masih kata Maman, menurutnya pihak penyedia jasa melakukan pengaspalan sangat tipis sehingga membuat jalan cepat rusak, padahal proyek jalan ini pengajuannya sangat lama.” Untuk mendapatkan dana untuk pengerjaan jalan ini dibutuhkan proses, dan disini pihak pemborong asal saja dalam membangun karena mereka hanya memikirkan keuntungan semata tanpa melihat kepentingan kami selaku warga yang berharap jalan ini bertahan lama. Saya berharap masalah ini ditanggapi serius oleh Pemkab Bogor terutama dinas terkait. Agar kerusakan dibeberapa titik segera diperbaiki dan jika perlu diaudit kalau memang adanya indikasi korupsi dalam proyek pengaspalan ini,” geramnya.
Sementara Kades Desa Rawakalong Mawar Rais Asmara mengatakan, awalnya dia merasa senang dengan peningkatan Jalan Raya Rawakalong – BTN Pamulang, karena pelaksanaan pengerjaannya tidak sesuai dengan harapan. Warga lainnya pun berbalik dan merasa kecewa terhadap pemborong pekerjaan jalan itu karena pekerjaannya amburadul. ” Sebenarnya masyarakat kami merasa senang sekali karena jalan kami diperbaiki, namun sekarang hal tersebut menjadi terbalik menjadi kecewa karena jalan yang baru saja selesai seminggu diperbaiki kok sudah banyak mengalami keretakan atau kerusakan dibeberapa titik sehingga Warga menilai pekerjaan pengaspalan jalan ini desa yang sudah selesai dikerjakan ini terkesan asal jadi,” kata Kades dengan nada kesal.
Dia mengungkapkan, pekerjaan peningkatan Jalan Raya Rawakalong – BTN Pamulang tidak sesuai dengan RAB, dengan demikian jajarannya akan melaporkan hal ini Kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bogor agar menindaklanjuti apa yang dikeluhkan masyarakat. “Pertama ketebalan aspal hotmix tidak mencapai target, kedua hotmixnya yang masih terlihat kasar dipermukaan dan finishing dranase dan hotmix yang kurang baik ,” pungkasnya. Iwan S Pamungkas.
Cijeruk | Jurnal Bogor
Jalan di Kampung Babakan, Desa Cibalung, Kecamatan Cijeruk, amblas. Tak hanya itu, jalan juga berlobang di tengahnya yang cukup dalam. Kondisi jalan ini cukup mengancam keselamatan para pengguna jalan dan juga putusnya jalan penghubung di dua desa yaitu Desa Cibalung dan Warung Menteng.
Awalnya amblas jalan ini hanya berdiameter 50 centimeter. Kini melebar kurang lebih 2 meter dengan kedalaman 1 meter lebih. Pihak Pemerintah Desa Cibalung telah melaporkan kejadian ini beberapa waktu lalu ke pemerintah kecamatan maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Bogor agar secepatnya segera ditangani.
“Kita sudah melaporkan amblasnya jalan ini ke Dinas PUPR,untuk segera di perbaiki, dan bukan ini saja (jalan ambles) tapi juga longsor yang hampir memutus jalan. Untuk perbaikan sendiri bukan kewenangan dari pemerintah desa sebab jalan tersebut jalan kabupaten, dan laporan kita ditanggapi dengan datangnya Dinas PUPR ke lokasi longsor dan jalan ambles tersebut,” ungkap, Rusyadi, Kepala Desa Cibalung.
Kepala desa khawatir dengan amblasnya jalan akan membawa korban dan memutus akses jalan dua desa. Oleh sebab itu meminta pemerintah setempat agar segera memperbaiki jalan tersebut. Apa sekarang musim hujan terus mengguyur sehingga air sering meluap membanjiri jalan dengan membawa material lumpur.
” Jika jalan tersebut tidak segera diperbaiki, saya khawatir amblasnya akan makin parah, akibatnya akses jalan dua desa bisa terputus, sehingga perlu perbaikan secepatnya. Setelah juga saya sudah melakukan antisipasi dengan mengurug kiri kanan jalan agar bisa dilalui kendaraaan, ” tutupnya.
Dedy, warga Cibalung berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar segera memperbaiki jalan amblas maupun longsor, sebab jalan tersebut satu-satunya akses jalan untuk warga apa lagi sekarang ini pembangunan sedang dilaksanakan, khawatir jalan tersebut putus dan bisa menghambat pembangunan.
“Apa bila tidak cepat diperbaiki amblasnya jalan menjadi luas, dan bisa memutus akses jalan, sedangkan di Desa Cibalung lagi ada kegiatan pembangunan, kalau jalan putus maka akan menghambat pembangunan desa, karena kendaraan setiap hari membawa bahan material melewati jalan tersebut,” jelasnya. Deny Malik
Bogor | Jurnal Bogor
Pengusaha konstruksi asal Sukabumi, H.M Arif Dapang Sadili memberi waktu dua minggu kepada Pemkot Bogor melalui dinas-dinas terkait untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran atas pekerjaan pembangunan tembok penahan tebing (TPT) di tujuh titik lokasi yang hingga saat ini masih belum dibayar.
“Jika dua minggu terhitung hari ini (kemarin, red) belum juga ada itikad baik dari Pemkot Bogor melalui dinas terkait untuk membayar tagihan atas pekerjaan yang sudah saya selesaikan, maka saya akan menempuh jalur hukum. Saya akan lapor ke Kejaksaan Negeri Kota Bogor,” ujar H.M Arif Dapang yang juga Direktur CV Gelar Bagja Anugrah kepada wartawan dalam pressconfrence di Pondok Restu, Jalan Pandu Raya Bogor, Selasa (14/11/2017)
Dalam kesempatan ini, H.M Arif Dapang Sadili didampingi kuasa hukumnya, Teguh Pribadi SH. Kepada awak media, menjelaskan kronologis awal bisa mendapatkan pekerjaan pembangunan TPT di tujuh titik lokasi di Kota Bogor. “Saya awalnya dikontak Pak Edy Mulyadi. Nah, dari Pak Edi inilah saya dikenalkan sama orang dewan (anggota DPRD Kota Bogor, red), Kosasih. Dialah yang memberi pekerjaan, yang menjamin bahwa pekerjaan bakal dibayar,”ujar H.M Arif.
Menurut H.M Arif, setelah dicek ke lokasi, dan bertanya kepada pihak kelurahan dan kecamatan setempat, semua titik lokasi yang disebut dan dijanjikan oleh Kosasih memang benar adanya. “Dibenarkan oleh aparat di wilayah, bahwa daftar pekerjaan yang dibawa H.M Arif memang masuk dalam pengajuan mereka. Ringkasnya, datang saya permisi dan tanya ke wilayah. Begitu beres juga saya lapor lagi dan dapat surat pernyataan/keterangan sudah menyelesaikan pekerjaan juga dari aparat wilayah setempat,” papar H.M Arif.
Namun demikian, sudah hampir setahun berlalu, total tagihan hampir satu miliar ini belum juga dibayar. H.M Arif mengaku sulit menemui dan mengontak Kosasih. “Ayeuna mah moal ngudak Kosasih deui. Mendingan nagih ka Pemkot Bogor wae, nagih ka Walikota, nagih ka Wakil Walikota, ka Sekda,” paparnya seraya mengatakan dirinya hanya ingin pekerjaannya segera dibayar. “Klien saya sudah sangat sabar menanti dalam satu tahun ini. Dari November 2016 hingga sekarang November 2017. Tapi, belum ada tanda-tanda itikad baik dari Pemkot Bogor melalui dinas terkait untuk membantu penyelesaian masalah ini,” ujar Teguh.
Kepada Jurnal Bogor, Teguh mengatakan kliennya sudah dua kali menemui Wakil Walikota Usmar Hariman. Pertama, masih di Tahun 2016 dan yang kedua belum lama ini masih di bulan November. Menemui Usmar dan kala itu berjanji bakal bantu diuruskan. “Faktanya, sampai sekarang masih belum juga. Tidak ada progress. Ini lebih mengarah kepada oknum dan penipuan. Saya sedih sekali, sudah setahun pekerjaan saya belum juga dibayar,” pungkas H.M Arif.
Kepada wartawan, lanjut Arif, dirinya akan segera ke Polda Jabar dan juga merapat ke Kejaksaan Negeri Kota Bogor untuk berkonsultasi masalah ini. “Klien kami sangat dirugikan. Moril dan materiil, apalagi uangnya H.M Arif juga sebagian besar boleh pinjam lagi dari pihak ketiga. Ini kan harus dibalikin, coba saya minta kebijaksanaannya dari Pemkot Bogor. Saya mah rumasa jalma bodo. Ayeuna mah, bayar wae pagawean saya,”pungkas H.M Arif yang mengaku hingga saat ini belum menerima bayaran satu perak pun dari Pemkot Bogor melalui dinas terkait.
Pekerjaan proyek tembok penahan tanah (TPT) di empat kelurahan diantaranya, Bondongan, menteng, kencana dan cimahpar, dengan lokasi berada di tujuh titik yaitu bondongan, menteng 1, menteng 2, kencana 1, kencana 2, menteng 1, menteng 2, cimahpar 1, dan cimahpar 2. Tjahyadi Ermawan
Leuwisadeng l Jurnal Bogor
Kondisi areal pesawahan di dua desa yakni, Desa Kalong Satu dan Kalong dua, Kecamatan Leuwisadeng seluas 50 hektare di Blok Sawah Lega terancam kekeringan. Pasalnya Bendungan Peres yang terletak di Kampung Pasirgintung Lebak, RT 02 RW 04, Desa Batutulis, Kecamatan Nanggung telah jebol pada Minggu (12/11), pukul 21: 00 WIB.
Jebolnya bendungan tersebut setelah wilayah itu diguyur hujan deras belakangan ini. Akibatnya, bendungan sepanjang 40 meter, dan turap penahan tanah jebol sepanjang 10 meter. “Jebolnya bendungan sudah dua kali. Selang satu minggu jebol yang sekarang kondisi rusaknya cukup parah,” kata Eman (50), petani setempat kepada Jurnal Bogor, Selasa (14/11).
Namun, ucap Eman, semenjak ambrolnya bendungan itu, belum adanya terlihat datang pengontrolan dari petugas maupun pihak pemerintah. ” Belum terlihat ada yang datang untuk meninjau bendungan yang jebol itu, “imbuhnya.
Dimusim tanam tahun ini, kata dia, dipastikan sejumlah petani akan mengurungkan niatnya untuk tidak tanam padi. Sebab, sumber air utama untuk mengairi kepasawahan warga secara otomatis berubah fungsi menjadi lahan kering.
Kendati baru beberapa hari terjadi, Eman dan sejumlah petani sudah mulai mengeluh karena irigasi yang ambrol merupakan prasarana pertanian yang vital bagi mereka. Sebab dengan dibendungnya aliran air sungai Kali Cikaniki dengan sistem buka-tutup, air yang terbendung bisa dengan mudah dialirkan menuju persawahan, “tambah Eman.
Sayangnya, kemudahan itu kini tak lagi dirasakan sejak bendungan yang kurang lebih 3 tahun dibangun itu sudah ambrol. “Untuk itu saya meminta kepada pemerintah untuk segera membangun kembali bendungan yang jebol itu sehingga kami dan sejumlah petani lainnya bisa menanam padi kembali, “harapnya.
Kepala Desa Kalong Satu, Yeyen Permana mengatakan, semenjak dibangunnya bendungan saluran irigasi, kurang lebih tiga tahun lalu, dirinya menganggap kurangnya koordinasi dengan pihak kontraktor. “Sudah tiga kali ganti kontraktor untuk membangun bendungan itu, tetapi kurang adanya koordinasi, ” pungkas Yeyen.
Karena ini kata dia, karena menyangkut kebutuhan orang banyak, hususnya warga petani, dia berharap Pemkab Bogor untuk segera membuat perencanaan dengan dibangunnya irigasi tersebut. “Kasihan warga disini yang mata pencahariannya cuma sebagai petani,” tukas Yeyen. Arip Ekon
Rumpin I Jurnal Bogor
Pembangunan ruang kelas baru (RKB) SDN Kertajaya 04 Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin, yang menggunakan dana Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Bogor sebesar 453 juta rupiah lebih, disinyalir mangkrak. Hal ini tentu akan sangat berdampak negatif dan mengganggu berlangsungnya kegiatan belajar di sekolah tersebut.
Kepala Seksi Ekonomi Pembangunan Kecamatan Rumpin, Nurul Ahyar menyebutkan, penyedia jasa proyek pembangunan RKB tidak ada laporan dan koordinasi ke pemerintah kecamatan. Padahal menurutnya, pekerjaan proyek sudah dimulai sejak 17 Agustus 2017 lalu.“Kalau mereka tidak ada laporan, bagaimana kami melakukan pengawasan yang nanti akan menjadi bahan pelaporan terhadap pimpinan,” kata Nurul Ahyar, kepada awak media, Selasa (14/11).
Meski tidak menerima laporan, lanjutnya, namun pihak Pemerintah Kecamatan Rumpin tetap melakukan monitoring terhadap adanya kegiatan pembangunan RKB di lantai dua SDN Kertajaya 04 tersebut. Hasilnya, pihak kecamatan menemukan adanya keterlambatan pengiriman bahan material dan kekurangan tenaga kerja.
Nurul menjelaskan, dari dua temuan itu saja, sudah dipastikan pembangunan akan ada keterlambatan. Menurutnya, hal tersebut akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar. “Saya meragukan pembangunan ini akan selesai pada waktunya. Sekarang saja pembangunan baru mencapai 50 persen, sedangkan pengerjaan harus diselesaikan tanggal 14 September 2017 mendatang. Makanya kami akan panggil pihak pemenang tender pembangunan RKB tersebut.” tegasnya.
Semenatara itu, Kades Mekarsari, Satibi mengaku bahwa pengerjaan bangunan sekolah tersebut berjalan lamban. Padahal sekolah ini harus segera selesai agar bisa digunakan para siswa. “Pembangunan SDN Kertajaya 04 desa dibilang lambat dari segi pergerjaannya sangat lambat. Dan kami sudah berkali-kali meminta kepada pemborong agar segera diselesaikan,” katanya.
Sedangkan pemborong pembangunan sekolah tersebut atas nama CV Menara Tri Putri belum memberikan penjelasan perihal ini. Masa kerja dimulai 17 agustus 2017 dan berakhir 14 November 2017. Iwan S Pamungkas.
Rumpin | Jurnal Bogor
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, Luthfi Syam, langsung menurunkan tim ke lokasi atas amburuknya plafon ruang kelas SDN Cipinang 01 pada Sabtu (11/11). “Sudah kami kirim tim tadi pagi untuk di ambil langkah secepatnya,” ujar Luthfi saat dihubungi Jurnal Bogor, Selasa (14/11).
Dia melanjutkan, SDN Cipinang 01 berlokasi di Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor itu, ambrol akibat lapuk di makan waktu. “Emang umur bangunan sudah tua terlihat dari bahan tulangan plafon terbuat dari kayu,”singkatnya.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor Wasto dalam waktu dekat ini akan melakukan rapat evaluasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. “Kita akan jadwalkan untuk rapat evaluasi dengan Disdik dalam waktu dekat ini, termasuk kita akan tanyakan bannyaknya sekolah yang ambrul palfonnya,” tukasnya.
Terpisah Elipiyah, pelajar kelas enam di SDN Cipinang 01 mengaku khawatir kalau kejadian serupa bakal terjadi di kelasnya. “Iya takut juga kita kalau lagi belajar jadi enggak tenang. Takut plafonnya ambruk kayak ruangan sebelah,” ujarnya.
Sementara Kepala SDN Cipinang 01 Ummah berharap secepatnya Disdik Kabupaten Bogor, melakukan perbaikan terhadap kondisi sekolah yang dapat mengancam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. “Gedung sekolah sudah rapuh di makam usia, mengkhawatirkan dan takut rubuh lagi. Tentunya hal ini akan mengganggu aktivitas anak sekolah,” tukas Ummah dengan nada cemas. Cepi Kurnia