HUJAN turun hampir setiap hari membasahi wilayah Cianjur. Hujan memang anugrah, namun ada juga wilayah yang terkena bencana banjir. Di Cianjur belum lama ini dilaksanakan gerakan pengurangan resiko bencana. Gerakan ini ada, karena wilayah Cianjur memiliki peringkat nomor satu sebagai daerah yang rawan bencana di Indonesia
PELAKSANAAN gerakan pengurangan bencana digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur dibantu fasilitator daerah yang sudah dilatih oleh BNPB di Jogyakarta.
Awalnya pelaksanaan gerakan ini, dari mulai rapat persiapan Jumat 26 Agustus dan 5 September di aula BPBD sebanyak 10 orang. Kemudian pembentukan komunitas sungai selama tiga hari Senin s/d Rabu (19/21), September dihadiri 30 orang di aula Desa Haurwangi Kecamatan Haurwangi. Selanjutnya, sosialisasi pengelolaan sungai kepada aparatur dan masyarakat selama dua hari Selasa s/d Rabu 18 s/d 19 Oktober sebanyak 100 orang di Bale Praja Komplek Pemkab Cianjur.
Lalu dilaksanakan pula sosialisasi dan desiminasi informasi bulan September dan November di Kabupaten Cianjur. Apel relawan dan bersih-bersih sungai Citarum Sabtu 19 November sebanyak 1.000 orang di lapangan Kulina, Desa Sukatani Kecamatan Haurwangi dan daerah aliran sungai Citarum Cianjur. Workshop rencana tindak lanjut hari Kamis 28 November sebanyak 30 orang dan pelaporan bulan Desember.
Kepala pelaksana BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Suparman didampingi Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), Diah Hadiyati, mengatakan, Kabupaten Cianjur sebagai daerah yang memiliki peringkat nomor satu sebagai daerah yang rawan bencana alam di Indonesia. Data tahun 2015-2016 menunjukan jumlah kejadian bencana alam di Cianjur terus mengalami peningkatan. Salah satunya bencana alam banjir yang sudah terjadi sebanyak 36 kali dari bulan Januari sampai bulan September tahun 2016.
“Bencana alam banjir disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga sungai. Padahal, saat ini sudah banyak sungai-sungai yang tercemar oleh limbah industri sehingga dapat membayakan kesehatan masyarakat,” papar Asep.
Guna menghadapi tantangan-tantangan dalam resiko bencana, kata Asep, pemerintah membuat suatu gerakan untuk menyelamatkan dan mengembalikan sungai. “Penyelamatan dan pengembalian sungai pada kondisi yang bersih, sehat, produktif, lestari serta dapat bermanfaat bagi manusia, lingkungan secara berkelanjutan dan mengurangi resiko bencana banjir di masa yang akan datang,imbuhnya. ”